Description
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Penulis: Emha Ainun Nadjib</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Judul Buku: Gelandangan di Kampung Sendiri</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Penerbit: Bentang Pustaka</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">ISBN:&nbsp;&nbsp;978-602-291-472-3&nbsp;</span></span></p>
<h3><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Penyunting: Arif Koes Hernawan, Nurjannah Intan</span></span></h3>
<h3><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Tebal Punggung:&nbsp;1.7&nbsp;cm</span></span></h3>
<h3><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Kover:&nbsp;13×20.5 cm</span></span></h3>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Format:&nbsp;13×20.5 cm</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Jumlah halaman:&nbsp;304&nbsp;hlm</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Jenis Kertas Isi: bookpaper 55 gr</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Jenis Kertas Sampul: AC 230 gr</span></span></p>
<p><span style="font-size:14px;"><span style="font-family:lucida sans unicode,lucida grande,sans-serif;">Kode:&nbsp;&nbsp;BS-526</span></span><br />
&nbsp;</p>
<p>Rasa-rasanya, para pejabat sering salah sangka terhadap rakyat dan dirinya sendiri. Mereka menyangka bahwa mereka adalah atasan rakyat, sementara rakyat mereka kira bawahan. Mereka merasa tinggi dan rakyat itu rendah. Maka, mereka merasa sah dan tidak berdosa kalau memaksakan kehendak mereka atas rakyat. Mereka membuat peraturan untuk mengatur rakyat karena merasa merekalah yang berhak membuat peraturan. Rakyat hanya punya kewajiban untuk menaatinya.<br />
Inilah tatanan dunia yang dibolak-balik. Bukankah hak atas segala aturan berada di tangan rakyat? Kalau rakyat tidak setuju, itu berarti bos tidak setuju. Hamba sahaya harus punya telinga selebar mungkin untuk mendengarkan apa kata juragannya. Maka menjadi aneh jika rakyat terus menerus diwajibkan berpartisipasi dalam pembangunan.<br />
Karena rakyatlah pemilik pembangunan.</p>
gelandangan di kampung sendiri, gelandangan, politik, emha ainun nadjib, cak nun, mbah nun, maiyah, maiyah badar, gamelan kiai kanjeng
69000
55200