Jepang Memiliki Maskot Polisi untuk Setiap Prefektur

Maskot polisi di Jepang? Seperti apa, tuh? Pernahkah terbayang olehmu kalau polisi berseragam yang rata-rata berwajah datar itu dibuat versi karakter animasi yang lucu dan menarik? Itulah yang Jepang lakukan untuk membuat ikon populer supaya polisi mereka dapat diterima di kalangan masyarakat, khususnya anak-anak.

Di Jepang, polisi membutuhkan waktu dan cara untuk dapat diterima masyarakat. Katakanlah, ini merupakan upaya PDKT alias pendekatan dari pihak berwajib kepada warga yang mereka layani. Kalau maskot-maskotnya sudah dibuat selucu dan semenggemaskan itu, siapa yang tidak akan jatuh hati?

Jepang Maskot Polisi

Setiap Maskot Memiliki Nama

Jepang memiliki 47 prefektur dan seluruhnya memiliki maskot kepolisian. Asal kalian tahu, semua maskot di Jepang memiliki nama khusus, termasuk maskot polisi. Sebagai contoh, maskot polisi Tokyo bernama Pipo-kun.

Nama-nama itu bukan acak, lho. Pipo merupakan kependekan dari PeePo atau People and Police. Nama yang disandang tersebut bertujuan agar memberikan kesan bahwa polisi dan masyarakat dapat bersahabat dan menjalin hubungan yang baik. Desain maskot mereka juga bukan dengan prinsip ‘asal lucu saja’, setiap bagian dari maskot tersebut memiliki filosofi.

Telinga Pipo-kun dibuat lebar, itu mengartikan bahwa polisi akan selalu mendengar keluhan warga mereka. Mata yang besar menyiratkan bahwa polisi Tokyo akan melihat apa yang dilakukan warganya. Antena di atas kepala menyimbolkan bahwa para polisi akan mengamati warga mereka untuk memastikan keadaan sekitar baik-baik saja.

Baca juga: Rp 2 Jutaan Keliling Jepang

Maskot sebagai Komoditas Pasar yang Menarik

Selain menjadi “actor” utama untuk iklan promosi tertib lalu lintas dan lainnya di prefektur masing-masing, maskot Jepang juga telah menjadi komoditas yang laris di pasaran. Mereka membuat maskot itu dalam berbagai macam produk yang dapat dijual di tempat wisata. Gantungan kunci, stiker, boneka, poster, dan miniatur adalah beberapa produk maskot polisi yang kerap paling terkenal.

Orangtua Jepang sering membelikan produk tersebut untuk anak-anak mereka. Jadi, selain memberikan hadiah, mereka juga mengedukasi anak tentang kepolisian. Anak kecil cenderung lebih memahami sesuatu dalam pemaparan yang menarik ketimbang penjelasan panjang lebar. Komoditas maskot polisi ini adalah produk yang bisa memberikan hal itu.

Pentingnya Maskot dalam Pemasaran dan Promosi

Maskot menjadi wajah bagi perusahaan, lembaga, organisasi, acara, atau daerahmu. Salah satu cara untuk meningkatkan brand awareness adalah dengan membuat maskot yang akan diingat oleh masyarakat, sehingga ketika mereka mendengar suatu brand disebutkan, hal pertama yang akan terbayang di otak mereka adalah si maskot.

Maskot menyederhanakan hal-hal rumit. Bagi orang yang kesulitan memahami bacaan panjang tak menarik tentang suatu prosedur, akan lebih mudah, eye-catching, dan diingat jika si maskotlah yang menunjukkan caranya. Sebagai contoh, maskot memeragakan cara memakai sabuk pengaman untuk anak-anak dengan lagu dan tarian sederhana.

Maskot merupakan alat pemasaran yang bagus, terutama jika promosi yang dilakukan berbasis media sosial. Engagement dengan pelanggan dapat ditingkatkan dan mascot marketing bisa mengurangi segala keengganan customer untuk berinteraksi dengan perusahaan atau lembaga di media sosial. Pipo-kun bahkan punya Instagram, lho!

Haruskah Polisi Indonesia Memiliki Maskot Polisi di Jepang?

Ya! Setelah apa yang disebutkan di atas, polisi Indonesia harus memiliki maskot juga. Apabila masih terlalu sulit untuk membuat maskot bagi 34 provinsi, mungkin pemerintah dapat memulai dengan mendesain maskot untuk Polisi Republik Indonesia (POLRI) terlebih dahulu.

Sungguh disayangkan polisi Indonesia kerap mendapat komentar negatif dari masyarakat. Dengan adanya maskot, diharapkan hal tersebut dapat berkurang, sehingga polisi Indonesia akan dipandang sebagai pelindung warga yang ramah dan bersahabat. Apakah kamu sependapat? Temukan sisi kreatif kamu untuk eksplor lebih jauh di sini.

 

Nur Aisyiah Az-Zahra

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta