Tag Archive for: rahwana

gambar siluet candi di tengah hutan - Fakta Kitab Omong Kosong, Cerita Ramayana ala Seno Gumira Ajidarma

Fakta Kitab Omong Kosong, Cerita Ramayana ala Seno Gumira Ajidarma

Ada fakta-fakta menarik tentang Kitab Omong Kosong, buku karya Seno Gumira Ajidarma. Walau premis utamanya adalah Ramayana, Seno Gumira mengambil kebebasan untuk memodifikasi kisah Ramayana secara kreatif dan dengan sentuhan khasnya.

Berikut 4 fakta tentang Kitab Omong Kosong:

Baca juga: Kitab Omong Kosong: Buku Seno Gumira Ajidarma yang Akan Terbit Ulang

 

Penulisan Nama dan Latar yang Tidak Konvensional

Kita mengenal Sinta, Rama, Rahwana, Kota Ayodya, dan Hanoman. Namun, di Kitab Omong Kosong, Seno Gumira menuliskan nama-nama tersebut dengan unik. Sinta menjadi Sītā, Rama menjadi Rāma, Rahwana menjadi Rāwana, Ayodya menjadi Ayodhyā, Hanoman menjadi Sang Hanūmān, dan penulisan nama-nama lain yang turut berubah.

Mereka tetaplah tokoh yang sama, tapi penulisan nama yang tidak “konvensional” ini telah menghidupkan ceritanya. Pemakaian aksen pada nama-nama tokoh cerita—yang memang berlatar di zaman dahulu—memperkuat latar cerita dan membangun suasana “Ayodya” tempat berlangsungnya kejadian.

 

Fokus pada Kisah yang Berbeda

Jika Ramayana berputar pada dinamika Rama-Sinta dan Rahwana-Sinta, serta peristiwa pengobongan dan pengasingan Sinta di Hutan Dandaka, Kitab Omong Kosong dimulai dengan upacara Persembahan Kuda.

“Maka berlangsunglah bencana Persembahan Kuda, sebuah upacara untuk dewa-dewa atas nama perdamaian yang menginjak-injak hak asasi manusia.”

Rama, bertahun-tahun setelah mengasingkan Sinta dalam keadaan hamil, melakukan upacara Persembahan Kuda demi menebus rasa bersalahnya. Tapi, semakin ke belakang, kita akan melihat bahwa Rama sesungguhnya tidak melakukan itu demi Sinta. Jangankan melakukan persembahan, Rama saja bahkan tidak berusaha mencari Sinta!

 

Perbedaan Karakterisasi Tokoh Sri Rama

Sri Rama kerap diagung-agungkan sebagai raja yang baik budi, bijaksana, mencintai kerajaan dan rakyatnya. Kitab Omong Kosong berlari dengan penggambaran yang berbeda 180 derajat.

“Saya Sri Rāma, raja yang berkuasa di Ayodhyā, mengadakan Persembahan Kuda. Kerajaan mana pun yang dilewati kuda putih yang kami lepaskan pada malam bulan sabit setelah surat ini disampaikan, harus tunduk kepada kami atas nama perdamaian.”

Rama digambarkan sebagai raja yang ditakuti. Upacara Persembahan Kuda yang menelan jutaan korban dan meluluhlantakkan benua, menciptakan citra sebagai raja arogan. Walmiki, pencerita Ramayana, menembangkan kisah yang mengutuk Rama atas perbuatannya. Sinta kecewa luar biasa dan mengemukakan ratapannya terhadap perbuatan Rama yang tidak adil dan seenaknya.

Singkatnya, sangat susah untuk bersimpati dengan Rama dalam cerita ini.

 

Tokoh Sentral Karangan Seno Gumira

Upacara Persembahan Kuda berubah jadi bencana, memorak-porandakan setiap negeri yang dilewatinya. Masuklah dua tokoh utama kita: Maneka dan Satya, salah dua dari sekian banyak korban upacara tersebt.

Maneka adalah pelacur yang menerima rajah dari si kuda persembahan. Hal ini membuat reputasinya sebagai pelacur melejit pesat. Orang-orang berbondong datang dari sepenjuru negeri untuk tidur dengannya, tidak peduli laki-laki atau perempuan. Maneka yang awalnya semringah lama-lama menjadi tersiksa.

Dia bertemu Satya, seorang budak berumur 16 tahun. Pertemuan ini membuat Satya berani untuk melarikan diri dari dunia perbudakan. Bersama-sama, mereka pergi mencari Walmiki untuk menanyakan mengapa mereka dimasukkan ke dalam cerita Ramayana.

Di tengah perjalanan, tujuan mereka berubah menjadi mencari Kitab Omong Kosong, sebuah kitab peninggalan Hanoman yang berisi cara menghemat 300 tahun untuk membangun kembali peradaban yang dihancurkan Persembahan Kuda.

 

Kitab Omong Kosong sedang dalam masa prapesan. Pembelian via bit.ly/pesankitabomong sampai tanggal 14 April 2021 akan mendapatkan bonus poster dari Bentang Pustaka. Info lengkapnya dapat diakses di bit.ly/pesankitabomong, Instagram Bentang, atau Twitter Bentang.

 

Kontributor artikel: Anggarsih Wijayanti

Kitab Omong Kosong: Buku Seno Gumira Ajidarma yang Akan Terbit Ulang

Kitab Omong Kosong, buku Seno Gumira Ajidarma, akan diterbitkan ulang. Buku ini unik karena menceritakan kisah wayang dari sudut pandang tokoh minor. Togog, yang merasa minder dan terasingkan dalam sebuah dunia yang sangat memuja Semar, memutuskan untuk merangkai kisahnya sendiri.

Baca juga: Dekonstruksi Kisah Cinta Rahwana dan Sinta dalam Rahvayana karya Sujiwo Tejo

 

Cerita Wayang dari Sudut Pandang Baru

Berkisah tentang malapetaka serbuan bala tentara Sri Rama, inilah kisah Satya dan Maneka, rakyat yang menjadi korban, yang menjelajahi pencarian Walmiki penulis Ramayana, sembari berlayar di samudera cerita. Inilah saat kematian Sang Hanoman, wanara agung yang ditakdirkan berumur panjang untuk menjaga kebudayaan.

Dalam buku Seno Gumira Ajidarma ini, kamu akan menemukan tokoh-tokoh wayang yang sudah familiar: Semar, Rama, Rahwana, Sugriwa, dan masih banyak lagi. Namun, akan ada banyak twist di dalamnya: sisi humanis tokoh wayang yang selama ini tidak diketahui, isi pikiran yang tidak pernah terungkap, dan motivasi-motivasi tidak terduga di balik kejadian fundamental cerita wayang.

Nuansa pewayangan yang kental, digabungkan dengan gaya berkisah Seno yang khas, membuat buku ini wajib masuk ke daftar rekomendasi bukumu.

 

Dari Penulis Peraih Kusala Sastra Khatulistiwa

Karya-karya Seno yang pernah terbit menjadi buku di antaranya Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Jazz, Parfum dan Insiden (1996), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), dan lain-lain.

Selain cerita pendek dan novel, dia juga merupakan seorang fotografer dan kritikus film. Seno menerima penghargaan Sea Write Award (1987) dan Kusala Sastra Khatulistiwa (2005). Tahun 2008, dia didapuk menjadi juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

 

Prapesan Kitab Omong Kosong akan diadakan tanggal 1—14 April 2021. Simak info lengkapnya di situs resmi Bentang Pustaka, Instagram Bentang, atau Twitter Bentang.

 

“Tolong sampaikan agar cerita ini tidak usah dibaca karena membuang waktu, pikiran dan tenaga. Sungguh hanya suatu omong kosong belaka. Mohon maaf sekali lagi untuk permintaan tolong ini. Maaf, beribu-ribu mohon maaf.”

—Togog

 

Kontributor artikel: Anggarsih Wijayanti

© Copyright - Bentang Pustaka