Tag Archive for: Dee Lestari

Rantai_Tak_Putus_tipe_penawar_di_pasar

Rantai Tak Putus: Tipe-Tipe Penawar di Pasar dan Warung

Setiap orang sebagai pembeli tentunya akan menginginkan harga terbaik bagi dirinya. Maka dari itu, muncul istilah “penawar” (orang yang menawar) dalam transaksi jual beli. Kegiatan tawar menawar ini biasa dilakukan di warung-warung atau toko kelontong yang tergolong sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seperti dalam karya terbaru Dee Lestari berjudul Rantai Tak Putus yang akan membahas mengenai UMKM di Indonesia.

Warung-warung kecil hingga toko kelontong di Indonesia juga termasuk ke dalam UMKM. Kelengkapan dan kemudahan pembelian di warung maupun toko kelontong menjadikannya sebagai prioritas utama tempat berbelanja bagi sebagian orang. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga dapat didapatkan melalui warung-warung hingga toko kelontong. Kemudian hal yang sama juga terjadi dalam kasus pasar tradisional. Kelengkapan di pasar tradisional menjadi kekuatan tersendiri dibandingkan warung dan toko-toko kelontong.

Berbelanja di pasar tradisional dan warung-warung kecil sebenarnya memiliki keunikan tersendiri. Hal yang tidak dapat dilakukan jika berbelanja di supermarket. Hal tersebut adalah kegiatan tawar-menawar barang. Pembeli atau konsumen dapat melakukan tawar-menawar dengan pembeli. Sehingga pembeli cenderung memiliki sifat menawar. Di Indonesia sendiri budaya tawar-menawar ini sudah menjadi hal yang umum. Maka dari itu, Mintang akan merangkum tipe-tipe penawar di pasar maupun warung berikut.

Tipe Penawar yang Membandingkan dengan yang Lain

Biasanya trik ini dilakukan ketika kondisi tempat kios berjualan berjejer antara yang satu dengan yang lain. Kemudian barang yang dijual merupakan jenis barang yang sama, sehingga membuat kalian malas berkeliling. Hal tersebut menimbulkan tipe menawar seperti ini.

Penawar biasanya akan melontarkan kalimat seperti:

“Di sebelah saya dapat harga segini loh, Mbak/Mas. Masa di sini mahal banget, sih.”

Akan tetapi, strategi penawaran ini masih terbilang 50:50. Karena saat ini banyak juga penjual yang lebih hebat. Penjual akan memberikan tanggapan, “Ya sudah, beli di sana aja, Mbak/Mas.”

Tipe Penawar Kejam

Dalam kegiatan tawar-menawar biasanya penawaran dilakukan dengan memotong harga sebesar 30% hingga 50%. Hal ini merupakan aturan tidak tertulis dalam dunia tawar-menawar. Namun, ternyata hal ini tidak menutup kemungkinan terdapat para penawar ekstrem yang berani menawar harga lebih dari setengah harga atau di atas 50%. Mungkin atas dasar terlalu perhitungan dan juga tidak mau rugi yang menghadirkan penawar-penawar kejam ini.

Tipe Penawar Bahasa Lokal

Tipe penawar ini sangat yakin bahwa jika membeli menggunakan bahasa daerah maka akan mendapatkan harga yang lebih rendah. Kemudian akan dirasa meningkatkan persentase keberhasilan dalam tawar-menawar. Misalnya jika penjual menggunakan bahasa Jawa, maka penawar juga akan menggunakan bahasa Jawa.

Tipe Penawar Pura-Pura Pergi

Cara terakhir dari strategi para penawar adalah pura-pura pergi. Ketika penjual sudah menolak harga tawaran dari pembeli, maka penawar akan berpura-pura pergi. Hal itu dilakukan dengan harapan sang penjual akan memanggil kembali dan memberikan harga tawaran kepada sang pembeli. Uniknya hal ini cenderung berhasil. Biasanya penjual akan memanggil kembali.

“Ya udah deh, harga segini nggak apa-apa.”

Kemudian penawar akan memalingkan kembali dengan wajah gembira karena tawaran mereka berhasil.

Tawar-menawar menjadi budaya yang umum di Indonesia. Namun, tidak boleh dilupakan setiap pedagang pasar bahwa warung yang berupa UMKM juga mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sehingga kita sebagai pembeli juga harus memahami hal tersebut dan tidak terlalu kejam dalam menawar.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Rantai_Tak_Putus_Karya_Terbaru_Dee_Lestari_Perihal_UMKM_Indonesia

Rantai Tak Putus: Karya Terbaru Dee Lestari Perihal UMKM Indonesia

Dee Lestari―yang dikenal sebagai penulis, penyanyi, pencipta dan penulis lagu―akan mengeluarkan karya terbarunya. Bersama Bentang Pustaka, Dee Lestari akan segera merilis sebuah buku dengan genre nonfiksi dengan judul Rantai Tak Putus. Setelah pada tahun 2018 merilis karya fiksinya berjudul Aroma Karsa, Dee Lestari mengeluarkan perihal di balik kepenulisan dan proses kreatif penyusunan Aroma Karsa. Karya tersebut berjudul Di Balik Tirai Aroma Karsa yang rilis pada tahun 2019 dan menjadi karya nonfiksi pertama Dee Lestari.

Rantai Tak Putus yang akan segera terbit menjadi karya atau buku nonfiksi kedua dari Dee Lestari setelah Di Balik Tirai Aroma Karsa. Sebagai karya nonfiksi buku ini secara garis besar akan mengisahkan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Indonesia. Karya terbaru Dee Lestari ini juga akan membahas bagaimana bisnis dan usaha dapat berkembang ke arah yang lebih baik melalui manajemen modern.

Mengapa berjudul Rantai Tak Putus?

Rantai yang tak putus dalam judul Rantai Tak Putus merupakan simbol bahwa dalam unit usaha seperti UMKM setiap peranan memiliki porsi dan fungsi masing-masing. Kemudian setiap peran tersebut akan selalu terhubung satu sama lain layaknya rantai yang tidak akan putus. Mulai dari pengusaha hingga setiap orang yang terlibat dalam proses di baliknya sebuah usaha atau UMKM tidak akan terputus. Untuk mencapai tujuan bersama dibutuhkan hubungan dan kerja sama yang saling terhubung yang pada dasarnya tidak boleh terputus.

Makna dari judul tersebut juga diartikan bahwa setiap ilmu dalam pengembangan bisnis akan terus diturunkan secara turun-temurun. Bahwa ilmu-ilmu tersebut tidak akan terputus. Ilmu-ilmu mengenai pengembangan UMKM dan usaha lainnya secara umum akan terus tersalurkan kepada penerus berikutnya. Hal itu merupakan dasar pengembangan bisnis, dalam konteks ini berupa UMKM. Karena pada dasarnya setiap ilmu (tidak hanya perihal bisnis) akan terus disalurkan sehingga tidak akan mati dan terputus.

Intisari dari Karya Terbaru Dee Lestari

Secara umum Dee Lestari dalam Rantai Tak Putus akan membahas bagaimana membangun sebuah bisnis dan usaha. Dalam konteks ini akan melihat perkembangan UMKM yang dibawahi oleh Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA). Dalam karya nonfiksi ini juga akan menceritakan tokoh Agus yang membangun usahanya dalam bidang manufaktur. Melalui karya ini juga akan diperbincangkan mengenai bagaimana meningkatkan kualitas UMKM. Kemudian peran-peran yang terdapat dalam bidang usaha, hingga manajemen modern untuk meningkatkan bisnis dan usaha.

Passion, kalau tidak dikelola dengan baik, akan sulit maju. Passion digabungkan profesionalitas, baru dua jempol.”

Nantikan selengkapnya karya terbaru Dee Lestari dengan judul Rantai Tak Putus yang akan segera terbit di Bentang Pustaka.

 

Penulis: Stevanus Febryanto W.S

Filosofi Kopi Terbit dalam Edisi Jepang

Kabar gembira dari Filosofi Kopi, salah satu cerpen yang ada pada Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade karya Dee Lestari.

Buku ini dilirik oleh dua penerjemah novel di Jepang, yaitu Hiroaki Kato dan Keiko Nishino. Dan rencananya cerpen terbitan Bentang Pustaka itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang serta akan diterbitkan oleh Sophia University Press di Jepang.

Acara launching dan talkshow Filosofi Kopi edisi Jepang ini diadakan di Auditorium Sophia University, pada 8 Januari 2020. Acara tersebut dimulai pukul 18.00 bersifat free tanpa registrasi.

Dee juga menampilkan musical performance yang dibawakan oleh Hiroaki Kato featuring Reza Gunawan. Bagi para pembaca setia Dee Lestari yang berada di Jepang silakan merapat, karena Filosofi Kopi edisi Jepang tersedia di tempat dan juga sudah ada di toko buku Jepang, lho!

Dee Lestari dan Karyanya

Bagi yang belum mengenal Dee Lestari, beliau adalah seorang penulis kelahiran Bandung. Sudah delapan belas tahun namanya termasuk dalam jajaran penulis papan atas Indonesia.

Karya pertamanya yang membuat namanya melejit yaitu seri Supernova. Di mulai dari Supernova: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh hingga judul terakhirnya yaitu Supernova: Inteligensi Embun Pagi.

Filosofi Kopi adalah salah satu judul dalam cerpen Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade terbitan penerbit Bentang Pustaka. Terbit pada tahun 2006, perempuan yang akrab di sapa ibu suri itu ingin menghadirkan sosok  yang memaknai kopi dalam perspektif kehidupan.

Sebagian besar karya Dee Lestari yang difilmkan meraih banyak penghargaan, seperti Perahu Kertas, Supernova: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh, dan Filosofi Kopi.

Kopi, Kesederhanaan, dan Cinta

Film Filosofi Kopi rilis pertama kali di tahun 2015, diperankan oleh Rio Dewanto dan Chicco Jeriko, bercerita tentang dua orang sahabat yang mendirikan sebuah kedai kopi bernama “Filosofi Kopi”

Chicco Jeriko berperan sebagai Ben, sedangkan Rio Dewanto sebagai Jody.

Ben dalam cerita dikisahkan sebagai seorang barista yang sangat piawai dalam meracik kopi. Hal itu dikarenakan sejak kecil ia hidup di lingkungan petani kopi sebagaimana ayahnya yang juga petani kopi. Sedang Jody dikisahkan sebagai manager yang mengatur administrasi di kedai tersebut.

Mereka membuat nama Filosofi Kopi atas usul Ben, ia sering menyelipkan sebuah filosofi pada setiap kopi yang ia racik. Sampai pada kilmaks cerita, Ben bertemu dengan Pak Seno yang kemudian mengajarinya sebuah cinta sederhana melalui kopi tiwus.

Pada dasarnya Filosofi Kopi mengajarkan kepada semua pembacanya bahwa dalam mengerjakan sesuatu tidak dibutuhkan kesempurnaan tetapi bagaimana sesuatu itu dibuat dengan sepenuh hati.

Tepatnya dengan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana yang diajarkan Pak Seno kepada Ben tentang kopi sederhana namun penuh cinta.

Mencicipi Kopi Sambil Berfilosofi

Berawal dari film yang diadaptasi dari cerpen Dee Lestari hingga diwujudkan sebagai brand dan kedai kopi, saat ini masyarakat tidak hanya bisa membayangkan kopi yang diseduh oleh Ben dan diseruput oleh Jody, akan tetapi mereka dapat merasakan sendiri dengan adanya transformasi tersebut.

Kopi menjadi trend yang tidak dapat ditolak, banyak yang menggemari kopi lebih dari sekadar minuman. Menyeruput kopi sambil membaca filosofinya bisa jadi adalah hal menyenangkan yang patut kamu coba lho, Sahabat Bentang! (Rizal)

Special Order di Balik Tirai Aroma Karsa

Meraih dua penghargaan IKAPI Award Book of The Year 2016 (untuk Intelegensi Embun Pagi) dan 2018 (untuk Aroma Karsa), Dee Lestari berhasil mengukir namanya menjadi salah satu penulis wanita berbakat di Indonesia.

Menjadi karya ke-13 dan buku nonfiksi pertamanya, Di Balik Tirai – Aroma Karsa mengungkap beragam riset, proses kreatif, latar keputusan kreatif yang diambil, serta teknik penulisan yang digunakan Dee dalam setiap karyanya. Dalam buku ini pula, pembaca akan diajak untuk mengintip dapur lahirnya karya-karya fiksi Dee secara detail.

Daftar Toko Buku Online

  1. Mizanstore
  2. Bukabuku
  3. Bukukita
  4. Bukubukularis
  5. Alifiabookstore
  6. Parcelbuku
  7. Demabuku
  8. Klasikabookstore
  9. Bookish Storage Yogyakarta
  10. Katalis

Berikut daftar lebih lengkapnya:

Sinopsis

Proses kreatif penulis menjadi misteri bagi banyak orang, terutama para pembaca yang tinggal menikmati hasil akhirnya. Sementara, di balik lahirnya sebuah karya, terdapat banyak sekali aspek yang menjadi pertimbangan penulis serta para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung meninggalkan jejaknya.

Dilengkapi lebih dari 200 foto termasuk karya-karya fanart dari pembaca. Di Balik Tirai Aroma Karsa merupakan buku nonfiksi pertama karya Dee Lestari yang mengulas secara mendetail proses kreatif penulisan Aroma Karsa, mulai dari riset hingga pemasaran.

Lewat buku ini, kita akan mengetahui jatuh bangun, tantangan, sekaligus alasan dari berbagai keputusan kreatif seorang penulis. Di Balik Tirai akan membuka wawasan kita tentang dunia kepenulisan dan memperdalam apresiasi kita terhadap karya kreatif dan kreator di baliknya.

deretan parfum terlaris

Deretan Parfum Legendaris di Dunia

Jika kamu membaca novel Aroma Karsa karya Dewi “Dee” Lestari, kamu akan tahu bagaimana keistimewaan yang dibawakan oleh parfum seri Kemara yang dirilis oleh perusahaan milik Raras Prayagung. Parfum racikan Suma ini menjadi parfum yang cukup legendaris dalam sejarah berdirinya perusahaan parfum milik Raras tersebut. Meskipun parfum tersebut tidak begitu laku di pasaran seperti parfum lainnya, parfum tersebut masih dipertahankan karena legendaris dan menjadi ciri khas atau identitas dari perusahaan milik Raras Prayagung.

Di luar novel, memang ada berbagai macam parfum yang tetap dipertahankan oleh perusahaan parfum dunia meskipun mereka terus berinovasi dengan berbagai macam formula baru. Parfum-parfum ini bahkan menjadi legendaris dan masih menjadi identitas perusahaan-perusahaan parfum dunia tersebut sampai sekarang. Apa saja deretan parfum tersebut, Tim Bentang Pustaka rangkum buat kamu, nih.

Chanel No. 5

https://pro-essay-writer.com

Parfum ini merupakan parfum yang dirilis oleh perusahaan Chanel. Perusahaan yang didirikan oleh Coco Chanel ini membuat parfum No. 5 pada 1932 dengan racikan tangan Ernest Beaux. Parfum ini diklaim sebagai parfum pertama yang dibuat oleh perancang busana. Deretan artis ternama pun menggunakan parfum ini, salah satunya Marilyn Monroe.

Guerlain Shalimar

Parfum ini dibuat oleh Jaques Gerlain pada 1925. Parfum yang terinspirasi dari kisah cinta Kaisar Shah Jahan dan Mumtaz Mahal ini memiliki beberapa tema wewangian, seperti citrus, bunga-bungaan, bergamot, kacang, vanila, dan lain sebagainya.

Calvin Klein CK One

Parfum ini merupakan parfum unisex yang cukup terkenal pada tahun ‘90-an. Parfum ini memiliki wangi yang cukup unik, yakni amber dan green tea. Tak hanya itu, wangi parfum ini dikombinasikan dengan bergamot, cardamom, dan nanas.

Estee Lauder Youth Dew

Tak seperti parfum yang telah dibahas sebelumnya, parfum ini lebih memilih tema wangi Oriental Spicy. Parfum ini dibuat oleh Josphin Catapano pada 1953. Parfum ini memiliki wangi lavendel, aldehydes, jeruk, rempah-rempah, dan bergamot. Tak hanya itu, ada unsur anggrek, cassia, cengkih, mawar, kenanga, melati, dan kayu manis.

Bvlgari Pour Femme

Parfum ini merupakan parfum perempuan yang diproduksi oleh Bvlgari. Bvlgari Pour Femme dibuat pada 1994 dan dibuat kembali pada 2006. Karakter Bvlgari Pour Femme cenderung romantik dan lembut sehingga menonjolkan feminitas perempuan. Adapun wewangian ini merupakan perpaduan antara musk dan kayu cendana.

 

Bagi kamu yang suka mengoleksi parfum, nama-nama parfum tersebut wajib masuk dalam daftar koleksi kamu. Sebab, deretan parfum tersebut masih akan menjadi favorit para pencinta parfum sampai sekarang. Seperti layaknya Kemara, parfum ini memiliki karakteristik tersendiri yang banyak disukai oleh banyak orang di tengah berbagai inovasi racikan parfum baru yang menguasai pasar.

tentang dee lestari

Dee Lestari – Author, Singer-Songwriter

Menulis adalah hobi yang dilakoni Dee sejak kecil. Sejak umur 9 tahun, ia sudah berkhayal satu saat nanti pergi ke toko buku dan menemukan buku yang ditulisnya sendiri. Meraih dua penghargaan IKAPI Award Book of The Year 2016 (untuk Intelegensi Embun Pagi) dan 2018 (untuk Aroma Karsa), Dee Lestari berhasil mengukir namanya sebagai salah satu penulis wanita berbakat di Indonesia.

 

Pada tahun 2000 Dee menulis sebuah manuskrip yang ia rasa layak menjadi buku pertamanya, yakni Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (KPBJ). Setelah terbitnya Supernova KPBJ, Dee semakin dikenal sebagai penulis. Setelah itu Dee menerbitkan antologi pertamanya, Filosofi Kopi, yang merupakan kumpulan karyanya dari tahun 1995 – 2005. Filosofi Kopi berhasil menjadi Karya Sastra Terbaik 2006 versi majalah Tempo dan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Literary Award.

Sesuai cita-citanya untuk menjadi penulis multigenre yang tidak terkurung dalam satu jenis tulisan saja, Dee lalu menulis fiksi populer berjudul Perahu Kertas yang segmennya lebih mengarah ke remaja dewasa. Versi cetak Perahu Kertas baru terbit setahun kemudian, yang juga menjadi kerja sama pertamanya dengan Bentang Pustaka. Hingga kini, Perahu Kertas menjadi salah satu karya Dee yang paling laris.

Kerinduan Dee bermusik terpenuhi ketika buku berikutnya, Rectoverso, hadir pada tahun 2009. Sebelas cerpen yang bertandem dengan sebelas lagu menjadi karya hibrida sastra-musik pertama di Indonesia. Rectoverso adalah sebuah buku dengan pengalaman audio (musik), visual (ilustrasi), dan tentunya, sastra.

Karya berikut Dee adalah antologi berjudul Madre yang merupakan kompilasi karyanya dari tahun 2007 sampai 2011. Berisikan tiga belas cerpen dan puisi, Madre mendapat Penghargaan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dari Kementrian Pendidikan & Kebudayaan Indonesia.

Setelah dua belas tahun diikuti pembaca, Serial Supernova akhirnya ditutup dengan episode keenam, Inteligensi Embun Pagi (IEP), yang terbit pada bulan Februari 2016. Melalui program pre-order, IEP terjual 10.000 eksemplar bahkan sebelum tanggal rilisnya di toko buku.

Aroma Karsa adalah karya terbaru Dee Lestari yang berhasil memperoleh penghargaan IKAPI Award Book of The Year 2018

aroma karsa

Semesta Riset Dee Lestari dalam Novel Aroma Karsa

“Semesta Riset Dee Lestari dalam Novel Aroma Karsa bagi saya adalah cerita yang benar-benar menjadi sebuah pengalaman baru. Bukan hanya kepada pembacanya, tapi juga kepada penulisnya. Saya merasa tertantang mengerjakan seluruh aspek riset pada Aroma Karsa.” kata Dee Lestari

Dee Lestari kembali menghadirkan tema baru, menyentuh dunia asing yang masih jarang dibicarakan lewat buku teranyarnya, Aroma Karsa.

Novel ini mendedah ranah aroma serta indera penciuman manusia. Satu hal yang Dee gunakan sebagai perangkat untuk membahas perkara-perkara yang lebih kompleks lainnya: jati diri, esensi keluarga, hingga masa lalu.

Adalah Jati Wesi dan Tanaya Suma, dua orang yang dipertemukan oleh ambisi dan obsesi Raras Prayagung memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan hanya bisa diidentifikasi melalui aroma.

Suma adalah salah satu anak terpilih yang memiliki penciuman luar biasa. Jati juga mempunyai kemampuan serupa, hanya saja ia tidak hidup di rumah mewah dan bukan pula pengusaha parfum berkelas sebagaimana Suma. Laki-laki yang dijuluki si hidung tikus ini tumbuh besar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang.
Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia. Satu tanaman yang akan diburunya seumur hidup. Perburuan itu juga yang membawa penulis Aroma Karsa Dee Lestari turut berpetualang melalui sejumlah risetnya.

Dikenal sebagai penulis karya fiksi-fantasi Indonesia populer bertajuk Supernova. Dee memulai kariernya sebagai penulis melalui Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diterbitkannya 20 Januari 2001 silam.
Saga Supernova dari Dee berlanjut menjadi Petir dan& Gelombang (2014). Pada tahun ke-15 berkarya sebagai penulis, Dee memutuskan untuk merilis buku terakhir penutup pada 26 Februari 2016 yang berjudul Intelijensi Embun Pagi.

Berdasarkan wawancara eksklusif Babak Berikutnya akan Fokus Pada Peretas Puncak Dee menyampaikan bahwa ia butuh waktu minimal 6 bulan untuk merilis buku baru. Dalam waktu dekat, baru akan menulis manuskrip baru. Keluarnya belum tahu kapan, karena biasanya saya butuh waktu 6 bulan hingga setahun untuk rilis buku, termasuk produksi, ujar Dee kepada Tirto pada Januari 2017.

Hingga kemudian kejutan itu hadir di bulan November 2017 lalu. Dee mengumumkan di akun instagramnyabahwa buku barunya segera lahir. 9 bulan dirahasiakan, calon jabang buku itu akhirnya terbongkar, tulis Dee.
Kabar baik selanjutnya hadir di awal tahun ini. Aroma Karsa versi digital telah mulai terbit tanggal 18 Januari 2018. Sementara itu, versi cetaknya telah terbit bulan Maret 2018 lalu.

Berdasarkan keterangan Dee Lestari di laman pribadinya, ia juga berencana mempublikasikan secara digital proses riset pengerjaan novel terakhirnya. Satu buku yang ia beri judul Aroma Karsa: Di Balik Tirai.
Rencana publikasi proses riset Aroma Karsa ini merupakan bentuk pengungkapan Dee perihal betapa pentingnya penelitian dalam proses menulis cerita fiksi. Menurut Dee sendiri, riset merupakan bagian yang selalu ada di hampir semua karyanya. Namun, baru pada Aroma Karsa, ia mencoba mendokumentasikan prosesnya sebaik mungkin. Hasilnya di luar dugaan. Niat sederhana yang tadinya hanya sekadar dokumentasi untuk konsumsi pribadi, akhirnya menjadi materi edukasi bagi pembaca tentang proses kreatif yang dilalui penulis untuk melahirkan karya,
Dee menyatakan bahwa riset Aroma Karsa adalah riset paling intensif sejauh ini. Riset Aroma Karsa ini ia mulai dari mengikuti kursus meracik parfum, terjun meninjau langsung di gunungan-gunungan sampah TPA Bantar Gebang, mendaki Gunung Lawu, bertandang ke Mustika Ratu, sampai dengan melibatkan sejumlah dosen UI dalam mempelajari Bahasa Jawa kuno dan sejarah Majapahit.

Riset Aroma Karsa dimulai pada November 2016, ketika aku ikutan sebuah kursus meracik parfum. Lalu aku berpindah riset ke dunia satunya lagi: Tempat Pembuangan Akhir di Bantar Gebang. Di situ aku meriset dan melihat sendiri kehidupan para pemulung, termasuk ragam bau di sana. TPA Bantar Gebang adalah kanvas (setting tempat) utama, karena tokoh utama tumbuh di sana. Sebagai penulisnya, aku harus tahu apa dan bagaimana karakter utamaku si Jati Wesi, kata Dee Lestari di acara Gathering Aroma Karsa di Yogyakarta, Minggu (22/4/2018).
Beberapa penulis menyatakan, ketika masuk dalam ranah fiksi, penulis bisa mengarang apa saja. Alih-alih sepaham, Dee bersikeras menjadikan fiksinya senyata mungkin dengan riset-riset mendalam. Dee butuh 1,5 tahun untuk menulis dan meriset Aroma Karsa.

Saya pernah membaca sebuah ungkapan: Fiksi yang berhasil ketika dibaca akan terasa seperti nonfiksi, dan nonfiksi yang berhasil ketika dibaca akan terasa seperti fiksi. Saya sepenuhnya sepakat,tulis Dee.

Dee kemudian menjabarkan, ketika cerita fiktif bisa terasa riil, artinya cerita itu bukan hanya asyik tapi juga berhasil melenturkan batas antara fiksi dan fakta. Ketika tulisan nonfiksi terasa menghanyutkan, artinya tulisan itu bukan hanya enak dibaca dan informatif tapi juga berhasil melenturkan batas antara fiksi dan fakta.
Tidak berarti data dalam tulisan faktual perlu dimanipulasi demi terasa dramatis, dan tidak berarti sebuah fiksi perlu dijejali data biar terasa nyata. Benang merah antara kedua keberhasilan itu adalah kecermatan dan kelihaian teknik menulis.

Menjahit fakta dan fiksi adalah seni tersendiri. Bagi saya pribadi, hal itu adalah tolak ukur keberhasilan sebuah fiksi. Seberapa besar kadar fakta bisa dijahit ke dalam fiksi bisa meningkatkan besar kadar dari cerita tersebut. Intinya, segala sesuatu dalam fiksi itu harus masuk dalam logika cerita, lanjut Dee.
Terkait riset dalam menulis sebuah novel, Dee menekankan bahwa proses ini adalah salah satu hal utama untuk membuat cerita yang meyakinkan. Dengan riset juga, segala hal-hal “asing” dalam sebuah fiksi mampu membuat pembacanya kaya informasi sekaligus bertanya-tanya apakah semua itu nyata atau fiksi belaka.

Ada beberapa hal yang tidak mungkin saya tulis jika saya tidak alami langsung, lanjutnya.
Dee menuturkan begitu banyak hal teknis dalam Aroma Karsa yang membuatnya sebagai penulis jadi ikut berkembang, tahu, dan jadi belajar banyak. Banyak hal baru yang menurutnya tidak mungkin ia jumpai tanpa riset langsung. Contohnya saat menjumpai para pemulung sampah di TPA Bantar Gebang. Ternyata pemulung itu punya proses adaptasi juga di tempat kerjanya. Adaptasi ini berlangsung kurang lebih selama satu minggu, mereka muntah-muntah dahulu, adaptasi dulu, untuk kemudian mampu bekerja seperti biasa, Aroma Karsa memang lahir di ranah-ranah yang jarang dibicarakan, mulai dari TPA Bantar Gebang, perusahaan parfum, Gunung Lawu, sampai dengan ranah arkeolog dan para ahli tanaman. Di area-area seperti itulah, cerita Aroma Karsa diwujudkan. Aroma Karsa bagi saya adalah cerita yang benar-benar menjadi sebuah pengalaman baru. Bukan hanya kepada pembacanya, tapi juga kepada penulisnya. Saya merasa tertantang mengerjakan seluruh aspek riset pada Aroma Karsa, kata Dee Lestari.

Tulisan ini sebelumnya telah diunggah lebih dulu dalam tirto.id

Dee Lestari

5 Buku Best Seller Dee Lestari yang Diangkat Menjadi Film

Tahukah kamu bahwa sebagian besar karya emas Dee Lestari sudah difilmkan? Meskipun beberapa penulis punya ketakutan tersendiri bahwa mengadaptasi bukunya menjadi sebuah film dapat menimbulkan kekecewaan apabila gagal kelak, Dee sepertinya mampu membuktikan bahwa melalui buku atau pun film, karyanya mampu menghibur banyak orang. Sebagian besar karya Dee yang difilmkan pun meraih banyak penghargaan. Berikut 5 film yang diangkat dari buku best seller karya Dee Lestari.

Perahu Kertas 1 (2012) dan Perahu Kertas 2 (2012)

Sebagai karya perdana Dee yang diangkat ke layar kaca, Perahu Kertas memang menuai kesuksesan seperti yang diharapkan oleh Dee dan para penggemarnya. Bisa dibilang, karya ini berhasil memuaskan para pembaca ketika karya tersebut berhasil divisualisasikan dalam bentuk film.

Film Perahu Kertas dibagi menjadi 2, film Perahu Kertas 1 tayang pada 16 Agustus 2012 dan sekuelnya, Perahu Kertas 2 tayang pada 4 Oktober di tahun yang sama. Film ini berhasil meraih penghargaan dari Festival Film Bandung sebagai Penata Musik Terpuji yang diperoleh oleh Andhika Triyadi selaku penanggung jawabnya. Sepertinya, film ini juga menjadi salah satu jejak awal Maudy Ayunda (Kugy) dan Adipati Dolken (Keenan) dalam kariernya di dunia perfilman Indonesia.

Rectoverso (2013)

Setelah melalui beberapa tahun tanpa menulis, Rectoverso merupakan karya emas yang terbit di tahun 2008 dengan nuansa yang unik dari Dee Lestari. Buku ini berisi 11 cerita dan 11 lagu sekaligus dan telah berhasil menjadi penawar rindu bagi para penggemar Dee yang sempat lama tak melihat karya Dee sejak terakhir menulis di tahun 2004 itu. Antologi cerita dan lagu ini kemudian diadaptasi dan diangkat ke layar lebar di tahun 2013.

Film Rectoverso merupakan film omnibus atau antologi Indonesia yang bernuansa cinta. Uniknya, film ini terdiri dari 5 segment dan juga 5 sutradara.  Lima segmen dalam film ini berjudul Malaikat Juga Tahu (Marcella Zalianty), Firasat (Rachel Maryam), Cicak di Dinding (Cathy Sharon), Curhat Buat Sahabat (Olga Lydia) dan Hanya Isyarat (Happy Salma).

Madre (2013)

Membaca judul ini, pertanyaan pertama yang muncul di benak kamu pasti “apa itu madre?” Madreadalah biang roti. Biang roti yang dibuat sang leluhur, seorang artisan ahli roti, dan disimpan bertahun-tahun dalam kulkas tua antik. Lantas, ada apa dengan madre itu?

Inilah kehebatan Dee Lestari. Ia bahkan mampu “memanusiakan biang roti” dan membuat jalinan alur yang begitu rapi tentang madre. Bahwa madre bukan sekadar adonan roti. Madre membawa kehidupan, madremembawa kepentingan, dan terutama, madre membangun kehidupan toko roti Tan de Bekker yang pernah berjaya pada masanya dan kini diwariskan ke Tansen, generasi selanjutnya.

Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2014)

Setelah sukses sebagai novel, Supernova pun diangkat ke layar lebar. Meskipun ketika itu, serial Supernovabelum selesai, tetapi wacana akan filmnya sudah menjadi desas desus dan diperbincangkan sehingga pada tahun 2014 berhasil diwujudkan dengan judul Supernova Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang diperankan oleh artis-artis papan atas seperti Herjunot Ali, Fedi Nuril, dan Hamish Daud.

Diangkatnya film ini sekaligus menjadi penanda bahwa film ini adalah film pertama di Indonesia yang mengangkat tema science dan kisah cinta, sekaligus! Film yang diangkat dari buku best seller Dee Lestari seri pertama ini mendapatkan penghargaan Citra Award for Best Visual Effects dan Bandung Film Festival for Commendable Film Editor.

Filosofi Kopi 1 (2015) dan Filosofi Kopi 2 (2017)

Kamu pasti tahu Ben dan kopinya? Kisah perjuangan Ben untuk mewujudkan toko kopi impiannya yang ditulis oleh Dee dalam Filosofi Kopi ternyata menyedot banyak perhatian. Berawal dari buku yang pertama kali dirilis tahun 2006, karya Filosofi Kopi mendapat anugerah sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo juga dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Award kategori fiksi. Selanjutnya, Dee memutuskan untuk mengangkatnya ke dalam dalam lebar dan film dengan judul yang sama pada akhirnya tayang pada tahun 2015.

Keputusan yang tepat manakala film tersebut berhasil mampu menuai prestasi dan  memeroleh 5 penghargaan di tahun yang sama, salah satunya adalah Citra Award for Best Writing–Adapted Screenplay. Keberhasilan tersebut kemudian dilanjutkan dengan membuat film sekuel Filosofi Kopi 2 yang naik ke layar lebar tahun 2017. Tahukah kamu apalagi yang menarik? Kedai kopi bernama Filosofi Kopi berhasil diwujudkan secara nyata dan kamu dapat mendatanginya di Jalan Melawai, Kebayoran Baru!

Di antara semua film yang diangkat dari buku Dee Lestari, mana yang jadi favoritmu? Atau adakah karya Dee Lestari yang ingin sekali kamu lihat visualisasinya dalam bentuk film? Atau akankah buku terbarunya, Aroma Karsa, diangkat menjadi film juga?

Artikel asli: http://blog.mizanstore.com/5-buku-best-seller-dee-lestari-yang-diangkat-menjadi-film/ Afina Emas

Dee lestari

Dee Lestari: Dari Semua Seri Sebelumnya, Gelombang Mengungkap Banyak Plot Besar

Festival Pembaca Indonesia kembali digelar di tahun 2015 dengan tema “Reading, Caring, Sharing”. Acara yang diselenggarakan Goodreads Indonesia ini merupakan kegiatan puncak dalam setahun. Festival Pembaca Indonesia yang tahun lalu sukses dengan 3.500 pesertanya ini mengadakan Anugerah Pembaca Indonesia. Yakni sebuah penghargaan yang diberikan kepada penulis atas karyanya.

Setelah dua minggu melalui Tahap I dan Tahap II, kini terpilihlah lima besar dalam setiap kategori di Anugerah Pembaca Indonesia. Salah satu yang masih bertahan adalah seri Supernova kelima, Gelombang. Karya Dewi Lestari, yang akrab dikenal dengan nama Dee, masuk dalam kategori Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit, bersanding dengan Critical Eleven karya Ika Natassa, In a Blue Moon karya Ilana Tan, Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi karya Eka Kurniawan, dan novel Rindu karya Tere Liye.

Menurut Dee Lestari, ia mengatakan bahwa Gelombang salah satu seri Supernova yang paling seru buatnya, karena banyak unsur petualangan, humor, dan juga petunjuk kunci tentang ide besar Supernova.

Polling shortlist yang diadakan Anugerah Pembaca Indonesia 2015 ini diadakan dari tanggal 16 November hingga 22 November 2015. Sama seperti Tahap I dan Tahap II, dalam Polling Shortlist semua peserta yang telah melakukan voting dalam tahap sebelumnya, boleh mem-voting ulang. Dengan syarat harus memiliki akun di situs goodreads.com dan tergabung di grup Goodreads Indonesia. Hasil dari Polling Shortlist ini akan dipilih satu Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit.

“Dari semua seri sebelumnya, Gelombang mengungkapkan banyak plot besar Supernova. Ini adalah episode yang paling penting untuk dibaca.” – Dee Lestari.

 

 

Artikel ini telah diterbitkan sebelumnya oleh L. Augusteen 

© Copyright - Bentang Pustaka