Tag Archive for: buku montessori

Ssstt.. Ajak Anak Main “Silence Game” Untuk Terapkan Metode Montessori!

Sssttt.. Jangan berisik.. Kali ini kita akan mempelajari apa itu Silence Game yang sering banget diterapkan di  metode pembelajaran Montessori. Tunggu, berarti di Silence Game ini anak-anak tidak boleh berbicara sama sekali? Bukan juga guys! Anak-anak akan diajari untuk bisa mencintai sebuah ketenangan. Berdasarkan buku Filosofi Montessori karya Rosalynn Tamara, Maria Montessori sendiri telah menerapkan permainan ini pada setiap kelas yang dia ajarkan guna untuk mengajak anak-anak dalam mengalahkan keriuhan dalam kelas menjadi tenang. Lalu, permainan dengan jenis seperti apa sih, yang bisa dilakukan di Silence Game ini? Simak tulisan ini lebih lanjut ya!

Game Montessori dengan Silence Game

Pertama-tama, kenalan dulu nih sama salah satu game Montessori yang dinamakan Silence Game ini. Silence Game sendiri merupakan sebuah permainan atau kegiatan Montessori yang mana dirancang secara khusus untuk menenangkan anak-anak dalam kelas yang sedang ramai. Akan tetapi, Silence Game ini tidak bisa diterapkan begitu saja ketika kelas sedang tidak kondusif untuk melakukannya. Misalnya ketika kelas benar-benar ricuh keadaannya.

Untuk permainannya sendiri, salah satu contohnya adalah para guru maupun orang tua yang akan menunjukkan gambar sesuatu yang menenangkan. Misalnya lumba-lumba. Di belakang gambar itu ada kata ‘diam’. Guru maupun orang tua akan mengangkat gambar ini untuk dilihat anak-anak, dan anak-anak akan tahu sudah waktunya untuk menenangkan diri dan menggunakan suara hati mereka, artinya suara dengan volume yang sesuai untuk di dalam kelas.

Contoh Silence Game

Selain contoh diatas, kira-kira apalagi yang bisa diterapkan dalam Silence Game? Para orang tua maupun guru bisa mengikuti contoh-contoh Silence Game ini. Pada awalnya, anak-anak masih belum familiar dengan Silence Game sendiri. Maka untuk mengawali Silence Game, orang tua maupun guru bisa mengenalkan Silence Game dengan kegiatan seperti membawa nampan, membawa kursi maupun meja, menggulung dan membuka tikar, membawa gunting, dan duduk di meja.

Untuk langkah selanjutnya, guru maupun orang tua bisa melatih dasar Montessori melalui kegiatan Silence Game dengan menyendok dan menuangkan sesuatu, membuka dan menutup botol, menyortir objek, melipat kain, maupun mengajari cara menjepit pakaian dengan penjepit.

Jika permainan tersebut sudah diajarkan, maka kita bisa beralih ke permainan yang lebih luas lagi, seperti penerapan Silence Game Montessori pada lingkungan. Contohnya, menyiram tanaman, menata dan menggosok meja, perawatan lingkungan luar, ataupun memotong dan merangkai bunga.

Setelah menerapkan game Montessori diatas, saatnya melatih anak berlaku kesopanan dengan cara mencuci tangan, mengundang seseorang ke kelas, cara menyela orang yang sedang bekerja maupun berbicara, mengamati tanpa mengganggu, mengucapkan; maaf, tolong, dan terimakasih, cara menyapa seseorang, dan cara mengantri dengan benar.

Kegiatan-kegiatan tersebut bisa diajarkan oleh guru maupun orang tua dalam melatih game Montessori agar anak bisa belajar caranya melatih kesabaran dan berusaha untuk tenang dalam setiap kegiatan.

Cara Melakukan Silence Game Montessori

Sebelum melakukan setiap kegiatan tersebut, pastinya orang tua dan guru harus mengajari pemahaman terlebih dahulu terhadap anak-anak mengenai apa yang saat ini akan dilakukan. Untuk itu, hal yang harus dipersiapkan dalam melakukan Silence Game ini adalah:

Persiapan

Semua latihan persiapan membantu anak mencapai kontrol dan anak-anak dapat berpartisipasi dalam Silence Game.

  • Mengajarkan anak untuk duduk dengan tenang dan diam.
  • Tunjukkan pada mereka bagaimana mengatur diri mereka dengan nyaman di kursi atau lantai; jika menggunakan kursi, pusatkan diri kita di kursi (penting bahwa anak-anak memiliki kursi yang memungkinkan kaki mereka menyentuh lantai).
  • Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk mendengar keheningan dan suara keheningan
  • Mintalah sekelompok kecil anak untuk duduk diam dan melihat apa yang benar-benar dapat mereka dengar… minta mereka mendengarkan hujan di kaca jendela, kicauan burung, salju yang turun, suara alam, dan suara lalu lintas).
  • Biarkan anak-anak mengalami keheningan tanpa kita (guru) memunculkan hal-hal untuk mereka sadari (jangan tanyakan apa yang mereka cium, dengar, atau rasakan, biarkan saja).
  • Setelah anak-anak menjadi unit kohesif yang bekerja menuju tujuan bersama untuk kebaikan semua (kehendak kolektif), permainan diam dapat dimainkan.

Petunjuk untuk memainkan The Silence Game

Lalu, petunjuk apa saja yang harus diterapkan dalam Silence Game? Berikut untuk petunjuknya.

  1. beri tahu anak-anak bahwa kita para orang tua dan guru akan membuat keheningan
  2. mintalah anak-anak untuk duduk di lantai dengan nyaman, duduk di suatu tempat yang dapat mereka bangun dengan mudah
  3. menyuruh anak-anak untuk duduk dengan mata tertutup dan mendengarkan nama mereka; ketika mereka mendengar nama mereka, mereka harus datang dengan tenang dan duduk
  4. diam-diam, guru berjalan di luar kelas (atau ke sisi lain ruangan) dan membiarkan sekitar satu menit hening
  5. lalu dengan lembut, diam-diam, sang guru membisikkan nama seorang anak
  6. ketika nama seorang anak telah dipanggil, anak itu bangkit dari tempat duduknya, dan diam-diam berjalan ke arah guru dan duduk di lantai
  7. setelah anak terakhir bergabung dengan grup baru, semua orang dapat menikmati momen hening terakhir bersama

Seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya, permainan ini akan sangat membantu anak dalam mencapai titik keheningan mereka. Seperti yang telah dijelaskan pada buku Filosofi Montessori karya Rosalynn Tamara dengan berdasarkan apa yang dilakukan oleh Maria Montessori secara langsung. 

Kalian bisa membaca ajaran Montessori lainnya melalui buku Filosofi Montessori karya Rosalynn Tamara dengan membelinya melalui Official Store milik Bentang Pustaka maupun datang secara langsung ke toko buku kesayanganmu. Jangan lupa juga untuk share moment kalian bersama anak maupun ajarkan ilmu ini pada yang lainnya agar dapat terciptanya generasi muda yang cerdas dan santun.

Bunda, Ajari Anak Nyaman Belajar Matematika Lewat Buku Ini!

Banyak anak kesulitan belajar matematika, khususnya sejak usia dini. Alasannya pun beragam, mulai dari sulit, bosan, hingga cara belajar yang tidak menyenangkan. Maka, Bunda jangan heran ya kalau anak-anak tumbuh dengan tidak menyukai mata pelajaran tersebut.

Padahal, matematika menjadi salah satu ilmu dasar yang mesti anak-anak pelajari. Kita semua mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Suka tidak suka, konsep-konsep dasar pada matematika haruslah anak-anak kuasai.

Sebenarnya kecintaan anak akan matematika bisa orang tua atau guru pupuk sedari dini loh. Lewat konsep pendidikan montessori, matematika bertransformasi menjadi aktivitas menyenangkan untuk anak. Apakah Bunda tertarik mencobanya?

Mathematic in Montessori Way: Cara Asyik Anak Belajar Matematika

Mathematic in Montessori Way merupakan salah satu buku Bentang Pustaka yang dapat menjadi acuan dan pendamping para orang tua untuk mengajarkan matematika ke anak. Konsep pengenalan matematika pada buku ini khusus untuk anak usia dini, yakni 4-6 tahun.

 

 

Sebagai penulis, Ivy Maya Savitri menyediakan 100 aktivitas penunjang matematika ala pendidikan montessori. Lembar aktivitas yang ada dapat mempermudah anak dalam belajar matematika. Terlebih pada usia dini, anak-anak butuh kenal konsep matematika sebagai berikut:

  • Mempelajari materi sesuai tingkat kesulitan
  • Menggunakan alat-alat konkret dan aktivitas penunjang
  • Memperoleh pengajaran yang menyenangkan

Nah, berikut ini sedikit bocoran aktivitas penunjang untuk anak dalam buku Mathematic in Montessori Way:

Konsep Hitung

 

 

Pada konsep hitung, tersedia lembar aktivitas kegiatan baik untuk hitung kuantitas maupun angka/ simbol. Ini adalah dasar paling penting sebelum nantinya anak akan mengenal apa itu matematika. Begini contoh aktivitas penunjang yang melibatkan anak secara langsung lewat praktik:

Selain itu, belajar matematika lewat buku ini juga melibatkan praktik dengan benda-benda yang dekat dengan keseharian anak. Aktivitasnya memang dibuat sederhana, tujuannya agar anak lebih mudah fokus tanpa terlalu mengalami kesulitan.

Dalam pembelajaran mengenai konsep hitung ini, orang tua atau guru dapat mendampingi anak selama mengerjakan tiap aktivitas. Visual yang menarik sangat membantu anak dalam menikmati proses belajar matematika.

Mengenal Bangun Geometri

Pada usia 4-6 tahun, anak juga mulai bisa mengenal aneka bentuk geometri. Aktivitas penunjang awal ini melibatkan keaktifan anak dalam menggunting serta menempel. Tujuannya agar anak lebih mudah paham bentuk geometri dasar.

Dengan tampilan buku yang full color, anak juga akan lebih mudah mengenal berbagai jenis geometri. Ada juga aktivitas praktik lainnya yang mempermudah anak memahami geometri lewat konstruksi bentuk segitiga. Begini contohnya:

Operasi Aritmatika Sederhana

Agar anak lebih siap mempelajari konsep hitung pada matematika di tingkat lanjut, buku Mathematic in Montessori Way juga menyediakan operasi aritmatika sederhana. Ini akan menjadi pendidikan dasar terpenting agar anak lebih cakap akan matematika ke depannya.

Selain itu, terdapat juga lembar aktivitas operasi aritmatika dengan visual benda-benda yang menarik untuk anak. Orang tua bisa juga loh menggunakan benda-benda konkret agar anak makin antusias dalam belajar. Contohnya seperti ini:

Catatan dari Penulis

Mathematic in Montessori Way bagus untuk membantu anak dalam belajar matematika, entah dalam lingkungan rumah maupun institusi pendidikan. Dalam buku ini, Ivy Maya Savitri juga menambahkan sedikit catatan untuk para fasilitator, baik itu orang tua maupun guru.

Beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam menggunakan buku Mathematic in Montessori Way sebagai penunjang belajar anak antara lain:

  • Orang tua maupun guru sangat perlu untuk mencermati perkembangan anak selama belajar.
  • Buku ini menggunakan metode montessori dalam belajarnya. Maka, orang tua maupun guru sebaiknya juga sudah melibatkan sensoris anak terlebih dahulu sebelum mengerjakan lembar aktivitas pada buku.
  • Susunan buku ini sudah sesuai dengan standar pembelajaran matematika montessori berdasarkan tingkat kesulitan anak.
  • Berbagai simbol, visual, aktivitas, dan cara kerja dalam lembar aktivitas tersusun berdasarkan pendekatan pendidikan montessori.
  • Lewat pembelajaran yang menarik dan sederhana, anak-anak diharapkan dapat lebih mudah fokus serta menikmati belajar matematika.

Gimana nih, Bunda? Mulai tertarik untuk mendampingi anak belajar matematika sejak usia dini lewat buku ini? Agar tidak penasaran, segera miliki Mathematic in Montessori Way sekarang juga ya. Bunda dapat membelinya lewat https://linktr.ee/Bentang atau bisa langsung datang ke toko buku kesayanganmu.

Contoh Bentuk Kegiatan Matematika Montessori Asyik untuk Anak

 

Matematika montessori itu apa sih? Mungkin pertanyaan ini muncul di benak sebagian besar orang, terutama guru ataupun orang tua. Pada dasarnya, istilah tersebut sebenarnya merujuk pada konsep pembelajaran matematika yang menonjolkan keaktifan anak dalam belajar matematika lewat aktivitas dan praktik.

Selama ini kebanyakan orang tua mungkin bingung bagaimana cara membuat anak-anak suka pada matematika. Maklum saja, matematika ibarat sebuah mimpi buruk bagi anak. Entah itu karena sulit, atau bisa juga gara-gara cara belajarnya yang membosankan.

Matematika montessori menyediakan konsep belajar yang jauh lebih ramah anak, bahkan sejak usia balita. Jika anak sudah nyaman dengan matematika sejak balita, maka dia tidak akan menemui banyak kesulitan pada usia-usia selanjutnya.

Lalu, bentuk kegiatan menyenangkan seperti apa yang bisa membuat anak cinta pada matematika? Berikut ini contoh aktivitas matematika yang bisa orang tua praktikkan ke balita. Cobain ya!

Kegiatan Matematika Montessori untuk Anak

Sejak usia berapa seoranga anak sebaiknya mengenal matematika? Jawabannya adalah sejak dini. Orang tua tentu tidak bisa menyangkal kalau matematika akan terus dipakai. Suka tidak suka, seorang anak mesti mempelajarinya.

Usia balita menjadi usia paling tepat untuk memperkenalkan dunia matematika ke anak. Kegiatan simpel ini mudah juga untuk orang tua praktikkan bersama anak balita di rumah:

Mengelompokkan Benda

Ini adalah jenis kegiatan dasar sebelum anak nanti kenal apa itu matematika. Lewat aktivitas ini, anak akan terlatih dalam menggunakan keterampilan motorik halusnya. Dengan mengelompokkan benda sesuai karakteristik, anak nantinya akan lebih mudah dalam memahami hitungan, pola, bentuk, dan lain-lain.

Orang tua dapat menggunakan benda-benda yang mudah didapatkan. Misalnya, mainan anak, manik-manik, biji-bijian, dan lain-lain. Anak hanya perlu mengelompokkan benda-benda yang ada berdasarkan warna atau bentuk.

Mengenalkan Angka 1-10 Lewat Benda

Sebelum seorang anak mengerti konsep angka, sebaiknya perkenalkan dulu konsep jumlah alias kuantitas. Dalam hal ini, orang tua dapat memanfaatkan benda konkret di sekitar rumah untuk mempraktikkannya. Kebanyakan metode matematika montessori memakai benda seperti buah, puzzle, bola, dan lain-lain.

Caranya juga mudah. Orang tua mesti mengelompokkan benda-benda tadi dengan jumlah berbeda-beda. Katakanlah satu, dua, tiga, sampai sepuluh. Izinkan juga anak memegang benda tersebut untuk melatih motoriknya. Dari situ, anak akan mulai mengenal angka 1 sampai 10.

Mengenalkan Geometri

Matematika juga erat hubungannya dengan geometri. Konsep ini akan membuat anak mengeksplor banyak bentuk benda lewat sentuhan sekaligus menstimulasi indranya. Orang tua dapat memanfaatkan benda seperti origami, puzzle, sedotan, atau bahkan kain untuk menciptakan beberapa bentuk geometri.

Lewat meraba-raba berbagai bentuk (segitiga, kotak, lingkaran), anak dengan sendirinya akan memahami konsep masing-masing geometri. Misalnya, segitiga memiliki tiga sisi, persegi mempunyai empat sisi, dan lain-lain. Ini akan jadi bekal yang bagus buat anak mengenal lebih banyak bentuk geometri ke depannya.

Rekomendasi Buku Matematika Montessori

Bentang Pustaka punya nih buku tentang montessori, khususnya untuk matematika. Buku tersebut adalah Mathematic in Montessori Way, karya dari Ivy Maya Savitri. Beliau sudah menjadi praktisi montessori selama lebih dari 22 tahun dan merupakan pendiri Pusat Belajar dan Pelatihan Rumah Montessori di Tangerang Selatan.

Mathematic in Montessori Way ini disusun khusus untuk pendampingan belajar matematika anak usia 4-6 tahun. Jadi, sangat cocok loh untuk menjadi bekal pendidikan anak usia dini yang hendak menuju ke pendidikan dasar. Orang tua dapat mendampingi dan memfasilitasi anak mengenal matematika di rumah lewat buku ini.

Dalam buku ini tersedia 100 aktivitas penunjang belajar dan pastinya dengan konsep montessori. Anak-anak tidak akan bosan karena tampilan Mathematic in Montessori Way ini full color sehingga justru menarik minat anak dalam belajar.

Buat kamu yang tertarik mengenalkan matematika ke anak lewat konsep montessori, bisa loh memakai buku ini. Boleh pesan lewat https://linktr.ee/Bentang atau beli langsung di toko buku kesayanganmu.

Pertajam Pancaindra Anak dengan Montessori Sensorial Activities!

Montessori Activity menjadi kegiatan yang dapat mengasah sensorial dalam menangkap informasi melalui panca indera anak. Dengan anak yang memahami dunianya, mereka menciptakan keteraturan melalui Montessori activity sensoris ini.

Nah, untuk bisa melakukan kegiatan Montessori, maka diperlukan material sensoris sendiri untuk bisa memahami konsep matematika dan membantu anak selama tahap perkembangan bahasa mereka.

Dengan adanya buku Montessori Sensorial Activities, orang tua maupun guru akan diajak penulis untuk memahami mengenai kegiatan Montessori apa saja yang bisa kita terapkan untuk lingkungan anak pada kesehariannya.

Buku ini memiliki 86 halaman yang ditulis oleh Rosalynn Tamara dan diterbitkan oleh penerbit Bentang Pustaka. Seperti yang diklaim Rosalynn dalam bukunya, Montessori Sensorial Activities akan menerangkan seputar konsep matematika dan bahasa kepada anak, merancang pembelajaran individu berbasis aspek sensoris, dan pembelajaran secara langsung dengan berbagai aspek sensoris. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai buku ini, kalian dapat membacanya melalui artikel berikut.

Perbedaan Impresi Sensoris dan Pendidikan Sensoris

Pada awal buku Montessori Sensorial Activities ini, kalian akan disuguhi mengenai, apa sih perbedaan dari pendidikan dan impresi sensoris sendiri? Bagi Rosalynn, keduanya merupakan hal yang berbeda. Lalu, apa perbedaannya?

Impresi Sensoris

Impresi sensoris bagi anak merupakan stimulus untuk tumbuh kembang mereka melalui kelima indra. Anak akan merekam setiap impresi secara visual meskipun bukan berbentuk informasi maupun pengetahuan. Seperti yang dicontohkan pada buku ini, yaitu bayi yang baru lahir dan melihat sekotak pensil warna, maka hal tersebut hanyalah kesan dan ditangkap oleh indra penglihatannya.

Pendidikan Sensoris

Sedangkan untuk pendidikan sensoris sendiri, seperti kalimatnya, lebih mengarah pada pendidikan atau kegiatan yang bersifat sensoris. Latihan sensoris sendiri memiliki tujuan agar anak dapat memperoleh informasi yang bisa diserap dengan sadar sehingga anak mampu untuk membuat klasifikasi pada lingkungannya.

Montessori Activity

Pada bab-bab selanjutnya, para orang tua dan guru akan diajak untuk memahami mengenai Montessori Activity atau aktivitas Montessori apa saja yang bisa dilakukan untuk menemani anak bermain sambil belajar dengan metode Montessori. Yang mana, aktivitas tersebut akan dikelompokkan berdasarkan kelima indra anak.

Salah satunya adalah kegiatan untuk menajamkan area persepsi terhadap dimensi dengan material Montessori silinder berkenop. Orang tua dan guru akan dijelaskan mengenai usia berapa anak bisa melakukan kegiatan ini, material apa saja yang dibutuhkan, kendali kekeliruan, tujuan kegiatan menggunakan material tersebut, langkah-langkah, bahkan dijelaskan hingga bahasa apa saja yang berkembang untuk anak ketika melakukan kegiatan ini.

Terdapat juga Montessori Activity dengan menggunakan material larutan pencicip yang akan menajamkan indra pengecap anak. Tujuan dari kegiatan ini juga dijelaskan dalam buku Montessori Sensorial Activities, yaitu aktivitas ini akan meningkatkan persepsi anak terhadap rasa, menciptakan kesadaran akan adanya bermacam rasa, serta mengembangkan kecerdasan anak dalam mengeksplorasi lingkungan mereka sendiri.

Buku Montessori Sensorial Activities

Seperti yang telah disebutkan dan dijelaskan, buku ini amat sangatlah berguna bagi anak, orang tua, dan guru. Setiap aktivitas Montessori yang dijelaskan sangatlah rinci dan jelas sehingga setiap orang dapat menerapkannya dengan mudah. Ditambah lagi, pada setiap kegiatan yang dilakukan akan dibumbui dengan gambar-gambar secara real mengenai tahapan dalam menerapkan aktivitasnya. Menarik kan?

Dengan adanya penerapan menggunakan material-material yang dijelaskan melalui buku ini, memudahkan anak untuk belajar lebih cepat dari yang seharusnya. Loh, kok bisa? Karena setiap materialnya akan mencerminkan indra yang akan digunakan pada anak. Misalnya untuk mempelajari geometri dasar yang menekankan pada indra peraba anak, maka material yang digunakan adalah bangun ruang tiga dimensi.

Ajak anak untuk bermain sambil belajar menggunakan material yang telah dijelaskan pada buku Montessori Sensorial Activities, maka impresi dan pendidikan sensoris anak akan berkembang lebih cepat.

Saatnya untuk membeli buku Montessori Sensorial Activities melalui official store Bentang Pustaka maupun offline store melalui toko buku kesayangan kalian. Jangan lupa share keseruan kalian bareng anak menggunakan material Montessori dengan menandai kami melalui Instagram Bentang Pustaka!

Mathematic in Montessori Way: Anak Bisa Kok Suka Matematika!

Mathematic in Montessori Way merupakan salah satu buku terbitan Bentang Pustaka yang dapat membantu para orang tua untuk mengenalkan matematika ke anak. Bahkan, dari usia yang cukup dini. Buku karya Ivy Maya Savitri ini dikhususkan untuk melatih anak-anak usia 4-6 tahun.

Sejak dulu anak-anak kerap mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Andai sejak usia dini saja sudah tidak suka, tentu kita bisa bayangkan bagaimana saat dewasa nanti bukan? Nah, matematika ala pendidikan montessori dapat menjadi solusi tepat untuk masalah tersebut.

Buku Mathematic in Montessori Way bagus untuk orang tua pakai kala mengajarkan matematika ke anak. Selagi masih kecil, penting sekali menanamkan kecintaan anak akan matematika agar tidak membencinya saat dewasa nanti. Berikut sedikit ulasan mengenai buku tersebut.

Mengenal Pendidikan Montessori

Sebenarnya, pendidikan montessori itu apa sih? Montessori adalah metode pendidikan yang mampu bantu anak mencapai potensi diri lewat kemandirian dan keaktifan. Pada dasarnya, konsep pendidikan ini melibatkan anak melalui praktik serta permainan kolaborasi.

Ciri khas dari pendidikan montessori adalah banyak aktivitas menarik buat anak. Dari aktivitas itu, anak bebas menemukan serta mengeksplorasi potensi masing-masing. Tugas orang tua atau guru adalah memandu, mengamati, serta memperkaya pengetahuan mereka.

Dalam mengenalkan matematika ke anak, peran montessori ini jelas sangat penting. Dengan cara yang lebih menyenangkan, bisa jadi matematika tak lagi menjadi “musuh” bagi para anak.

Kenapa Anak-Anak Tidak Suka Matematika

Pertanyaannya, kenapa ya banyak anak sangat tidak menyukai matematika? Bahkan, matematika seakan-akan menjadi pelajaran yang paling anak-anak hindari sejak SD. Padahal, matematika sebenarnya tidaklah semenyeramkan itu kan?

Bagi anak-anak, matematika itu rumit sekaligus membosankan. Anak-anak kerap “terjatuh” karena tidak memiliki bekal konsep dasar dan pemahaman yang tepat. Alhasil, makin bertambah usia si anak, kian besar pula ketidaksukaannya pada matematika.

Maka, peran orang tua dan guru sebagai fasilitator sangat penting di sini. Apa yang tampak rumit bagi anak mesti bisa fasilitator sampaikan dengan cara menyenangkan. Harapannya, anak-anak nantinya lebih mudah jatuh cinta pada matematika saat betul-betul memahaminya.

Matematika Montessori

Buku Mathematic in Montessori Way menekankan beberapa hal penting yang anak-anak usia dini butuhkan dalam mengenal konsep matematika. Antara lain sebagai berikut:

  • Tahapan materi belajar sesuai tingkat kesulitan
  • Penggunaan alat-alat konkret lengkap dengan lembar kerjanya
  • Pengajaran yang menyenangkan

Lewat matematika montessori, anak-anak dapat berkembang sesuai usianya. Misalnya, melatih fokus dan melatih logika berpikir yang sistematis. Selain itu, belajar matematika lewat cara ini juga ampuh menumbuhkan kepercayaan diri anak.

Buku Mathematic in Montessori Way

Sebagai penulis, Ivy Maya Savitri menyiapkan materi pembelajaran matematika yang ramah untuk orang tua pakai ke anak-anak. Mathematic in Montessori Way berisi 100 aktivitas penunjang matematika dengan konsep montessori. Sangat bagus sebagai tahap awal bagi anak usia 4-6 tahun dalam mengenal matematika.

Dengan tampilan full color, buku ini jelas sangat menarik untuk anak-anak. Desain materinya juga sederhana sehingga membantu anak untuk lebih bisa berkonsentrasi saat belajar. Lembar aktivitas di dalam buku ini membuat anak makin bersemangat lewat kegiatan menggunting, menempel, serta menghitung.

Bagi para orang tua yang ingin menyiapkan anak sebelum masuk ke jenjang pendidikan dasar, sangat disarankan untuk memiliki Mathematic in Montessori Way ini. Lewat berbagai aktivitas dalam buku ini, orang tua dapat mendampingi anak-anak dalam berkenalan dan menjelajah dunia matematika dengan lebih seru dan asyik.

Yuk, tanamkan kecintaan anak pada matematika sedari dini! Jika kamu tertarik membeli buku tersebut, kamu bisa melakukan pemesanan lewat https://linktr.ee/Bentang. Kamu juga bisa membelinya langsung di toko-toko buku kesayanganmu.

Filosofi Montessori: Bukan Gagal, Anak Hanya Fokus di Tujuannya!

Metode Montessori dengan memahami Filosofi Montessori menjadi hal harus dibaca setidaknya sekali seumur hidup bagi setiap orang. Bagaimana tidak? bukan hanya pada orang tua, buku “Filosofi Montessori” ini juga bisa dipelajari oleh setiap orang untuk bisa membangun diri sendiri untuk menjadi yang lebih baik lagi. 

Terdapat kutipan dari buku Filosofi Montessori sendiri, “Walaupun gagal mereka (anak) akan terus mencoba. Ketika bekerja dengan aktivitas yang menurut mereka menarik dan memiliki tujuan yang jelas, anak tidak pernah tergesa-gesa dalam prosesnya bekerja” -Filosofi Montessori, hal 27.

Buku ini merupakan karya dari Rosalynn Tamara dengan tebal 92 halaman. Yang mana, buku ini diperuntukkan pada orang tua maupun guru agar bisa melatih anak di usia 0-6 tahun. Filosofi Montessori menjadi pilihan wajib yang harus diterapkan para orang tua maupun guru dalam memberikan pendidikan terhadap anak. Berikut terdapat ulasan yang harus dibaca bagi setiap orang ketika ingin membaca buku ini.

Metode Pendidikan Montessori

Sebelum membahas lebih jauh mengenai buku Filosofi Montessori ini, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu bukan, apa yang dimaksud dengan kata “Montessori” ini? Montessori adalah nama dari seseorang yang revolusioner dalam dunia pendidikan, Maria Montessori. Montessori sendiri memiliki cita-cita menjadi dokter ketika muda. Yang pada akhirnya, Montessori mendirikan Casa Dei Bambini dengan metode pendidikan yang dia buat sendiri tersebut.

Metode pendidikan dari Montessori lebih pada lingkungan dengan aktivitas dan material yang dirancang secara khusus dan berfokus pada pemikiran anak dan peranan orang dewasa.

Dalam memahami bagaimana pemikiran dan tingkah laku anak terhadap suatu lingkungan, maka para orang tua dan guru harus memahami terlebih dahulu konsep dari perbedaan pemikiran orang dewasa dan anak. Pemikiran itu sendiri bukan berpatok pada sifat kekanak-kanakan seorang anak, tetapi lebih pada bagaimana anak yang lebih memilih fokus terhadap proses daripada hasilnya ketika ingin mencapai satu tujuan.

Lingkungan Montessori

Dalam buku ini, metode montessori dijelaskan dengan beberapa elemen yang harus dipersiapkan ketika ingin membangun lingkungan yang baik bagi anak. Elemen tersebut termasuk kebebasan, perkembangan komunitas, material Montessori, struktur dan keteraturan, nyata dan alami, serta keindahan dan atmosfer. Kalian akan menemukan penjelasan mengenai setiap elemennya melalui buku Filosofi Montessori ini.

Aktivitas Montessori

Aktivitas yang bisa diterapkan dalam kegiatan metode pembelajaran Montessori sangatlah bervariasi. Para orang tua maupun guru bisa memilih berbagai macam kegiatan seperti aktivitas kehidupan nyata, aktivitas sensorial, bahasa, matematika, dan kultural yang akan dijelaskan lebih lanjut dan rinci pada buku ini.

Terminologi Metode Montessori

Memahami lingkungan anak akan memudahkan kita dalam memahami metode Montessori  sendiri. Namun, apa kita benar-benar sudah paham mengenai lingkungan itu sendiri? Melalui buku ini, Rosalyn memberikan penjelasan mengenai terminologi yang ada dalam metode Montessori tersebut.

Dalam proses tumbuh kembang anak, kita sebagai orang tua maupun guru harus memahami setiap prosesnya agar dapat menjalankan metode ini.

  • Anak akan beradaptasi untuk menyesuaikan diri dalam merespon satu hal pada lingkungannya
  • Perkembangan jiwa dan fisik pada anak harus seimbang
  • Pendidikan yang mencakup semua fase dalam kehidupan manusia
  • Dorongan bagi anak untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan
  • Kemampuan anak dalam menyerap segala hal dan menyimpannya sebagai memori, sedangkan orang dewasa yang hanya mampu untuk mengagumi saja
  • Anak yang dibekali potensi diri untuk membentuk instingnya sendiri
  • Pengalaman yang selalu disimpan oleh anak di alam bawah sadar, atau koleksi peristiwa.

Buku Filosofi Montessori

Karena pendidikan Montessori cenderung berorientasi pada proses dalam pembelajaran anak untuk mencapai tujuan, buku ini akan menjelaskan pada orang tua dan guru mengenai metode Montessori melalui perilaku anak itu sendiri. 

Dalam buku ini sangat ditekankan, bahwa anak berbeda dengan orang dewasa dalam mencapai tujuannya. Anak memiliki kecenderungan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memenuhi tujuan dalam diri dengan berlatih, berorientasi pada proses, mencurahkan semua perhatian pada satu aktivitas, dan menikmati proses dalam bekerja.

Cocok dibaca Orang tua dan Guru

Maka dari itu, buku ini menjadi buku yang cocok untuk dibaca oleh setiap orang, baik untuk orang tua, calon orang tua, para childfree, guru, maupun untuk individu yang masih berada pada umur anak-anak. 

Karena setiap orang pasti pernah menjadi anak, dengan begitu melalui buku ini, setiap orang bisa memahami dirinya lebih baik lagi. Yang bahkan, buku ini menjelaskan perkembangan fisik maupun mental dari seorang anak hingga dewasa dan proses dalam mencapai tujuan tiap individu.

Mari cintai diri sendiri dengan mengenal diri sedari kecil. Ajarkan anak untuk tidak menyalahkan diri saat salah dan tidak semua yang benar harus diberi hadiah. Seperti yang diajarkan pada buku Filosofi Montessori ini.

Untuk bisa membeli buku ini, kalian dapat melakukan pemesanan melalui website resmi Bentang Pustaka, Official Store Bentang Pustaka, maupun membelinya secara offline melalui toko buku terdekat kalian.

Menahan Amarah Kepada Anak

Menahan Amarah

Kita sebagai orang dewasa tentu memiliki batasan tertentu dalam menahan amarah atau emosi, sama seperti anak. Anak juga memiliki pola pikir yang jauh berbeda dari kita sebagai orang dewasa, sehingga kita tidak banyak mengerti pemikiran anak. Sesederhana ketika kita melihat anak-anak naik-turun tangga. Hal itu bukan mereka lakukan karena ingin naik ke tangga yang lebih tinggi, melainkan bagian dari usaha anak mengembangkan kemampuan koordinasi tangan, tubuh, dan kaki. Itu sebabnya anak suka mengulang-ulang aktivitas yang sama.

 

Baca juga: Sulit Mengajari Anak Disiplin?

 

Menahan Amarah dengan Menyesuaikan Diri

            Ketika dalam kondisi marah, kita sering lupa dengan diri kita dan anak. Saat marah, kita perlu menyesuaikan hati, pikiran, dan sikap kita. Penyesuaian ini penting karena merupakan suatu proses yang terus berjalan. Kita perlu menyesuaikan diri secara terus-menerus agar bisa hidup dalam harmoni dengan anak. Penyesuaian ini terjadi saat anak lahir, kemudian seiring bertambahnya usia anak, dan kita pun melakukan penyesuaian dengan perubahan anak.

Penyesuaian adalah proses yang dinamis. Jika tidak ada penyesuaian setiap waktu, setiap tahun, setiap anak lahir, yang terjadi hanyalah kemarahan, ketamakan, dan keegoisan. Jika tidak ada yang mengalah dan memberikan serta mengurangi diri sendiri untuk memperbaiki kondisi, maka bisa terjadi konfik.

 

Melakukan Observasi terhadap Anak

Untuk menyesuaikan diri kita dengan perubahan anak, maka kita perlu melakukan observasi terhadap mereka. Perhatikan usia anak hingga kita bisa tahu apa saja yang anak bisa dan tidak bisa lakukan. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan diri kita, usia kita, kemampuan, dan kekurangan kita. Dengan mengamati hal ini, kita bisa mulai melihat penyesuaian seperti apa yang perlu dilakukan dari kita kepada anak.

Ketika melakukan observasi, kita juga perlu sabar karena sabar adalah bagian kecil dari proses penyesuaian tersebut. Kehadirannya hanya untuk menyempurnakan keseluruhan proses penyesuaian. Observasi dilakukan untuk menjembatani perbedaan antara kita dan anak, sehingga kita harus aktif untuk mengobservasi anak. Melalui observasi, kita akan menanggalkan judgement kita terhadap anak. Kita bisa memahami dan mengerti pola pikir anak dan menyeimbangkan ekspektasi kita terhadap mereka.

 

Tidak salah jika kita memiliki emosi tersendiri terhadap anak. Namun, sebelum kita benar-benar mengeluarkan emosi terhadap anak terutama amarah kita, maka kita perlu mempertimbangkan beberapa hal lagi. Kita perlu mempertimbangkan banyak hal agar kita tidak salah mengambil langkah dan malah menjauhkan kita dari anak.

Buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan ParentingMelalui buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan Parenting karya Rosalynn Tamara, kita akan belajar memahami pemikiran dan dunia anak serta bagaimana cara kita menanggapi perilaku mereka. Dengan begitu, kita lebih bisa menahan amarah kepada anak-anak. Buku ini bisa kamu dapatkan sekarang di linktr.ee/Bentang atau di toko buku kesayanganmu.

Memberi Kepercayaan pada Anak

Memberi Kepercayaan pada Anak

Beberapa kali dalam pengajarannya, Montessori selalu menekankan pada kita untuk memberi kepercayaan pada anak. Mengapa perlu demikian? Mungkin karena pemikiran kita anak masih sangat kecil, lemah, dan belum banyak tahu sehingga rasanya kita perlu membantu mereka terus-menerus. Kita juga tidak memahami apa yang sebenarnya bisa mereka lakukan. Padahal, kita perlu memberi mereka kepercayaan bahwa mereka bisa melakukan banyak hal.

 

Baca juga: Kecakapan Komunikasi Sebagai Potensi Anak

 

Insting Anak untuk Bekerja

Sebagian dari kita pasti tidak tahu bahwa anak memiliki insting untuk bekerja. Montessori merasa bahwa orang dewasa tidak siap mengakui dan menerima bahwa anak kecil memiliki hasrat untuk bekerja. Oleh sebab itu, ketika keinginan anak ini muncul, orang dewasa tidak hanya heran tetapi juga melarang anak untuk mengekspresikannya.

Menurut Montessori, orang dewasa harus belajar mengenai insting bekerja yang dimiliki anak dan membantu mereka untuk menyalurkannya. Meskipun kegiatan dan pekerjaan anak adalah bermain, kita sebagai orang dewasa tidak bisa terus-menerus memaksa mereka untuk bermain. Kadangkala, mereka memilih untuk bekerja atau membantu kita.

Pada saat-saat seperti inilah kita perlu memerhatikan anak dan apa yang mereka inginkan. Kebanyakan orang dewasa bukannya memberi anak kesempatan untuk meraih capaian bermakna, tetapi justru menyuguhi anak-anak dengan berbagai macam mainan.

 

Anak dan Mainan

            Saat kita memberikan banyak sekali mainan kepada anak, apa yang sebenarnya kita inginkan? Barangkali kita memberikan mereka begitu banyak mainan dengan harapan barang-barang itu akan menyibukkan mereka sehingga tidak mengganggu kita. Tanpa disadari, kita menjadi tidak percaya pada anak bahwa mereka bisa bekerja sendiri tanpa perlu terus-terusan kita awasi.

Memberi kepercayaan pada anak bahwa mereka bisa beraktivitas sendiri dan tidak membuat kita khawatir perlu kita lakukan sejak dini. Menurut Montessori, kita tidak perlu terus-terusan memberikan mainan pada anak karena mainan bisa menjadi sumber frustasi bagi anak dan dia cepat bosan akan mainan tersebut. Membiarkan anak mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya dan memberi kepercayaan pada mereka bahwa mereka akan baik-baik saja akan menumbuhkan kepercayaan diri pada mereka pula.

Kita juga seringkali memilih untuk menyibukkan mereka dengan mainan daripada melibatkannya dalam kehidupan sehari-hari di sekelilingnya. Menurut Montessori, penyebabnya adalah orang dewasa menyadari bahwa demi mengakomodasi anak, dia harus berkorban, padahal orang dewasa terlampau sibuk mengejar capaian sendiri sehingga tidak mau berkorban seperti itu.

Mari mulai melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari dan mengurangi kontak mereka dengan mainan. Beri mereka kepercayaan bahwa tanpa mainan pun mereka bisa mengeksplor banyak hal dan tidak membuat kita khawatir berlebihan.

 

 

Memberikan kepercayaan pada anak sejak dini akan membuat mereka memiliki kepercayaan diri serta bisa menggali potensi mereka secara bersamaan. Hal ini karena anak-anak kita biarkan mengeksplorasi diri dan lingkungan mereka secara mandiri. Melalui buku Montessori: Seni Menggali Potensi Anak Sejak Dini, Paula Polk Lillard ingin berbagi ilmu cara menggali potensi anak ala Montessori. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan tentu saja menyimpan banyak tips yang bisa kita praktikkan terkait menggali potensi anak. Dapatkan buku ini segera di linktr.ee/Bentang.

Makna kegiatan anak

Makna Perilaku Anak yang Perlu Kita Ketahui

Ketika kita melihat perilaku anak, mungkin dalam pikiran kita hanyalah mereka melakukan aktivitas yang lucu, menggemaskan, atau bahkan nakal. Namun, setiap gerakan mereka mengandung sebuah makna. Pada buku Montessori: Keajaiban Dunia Anak yang Terlupakan, Montessori menjelaskan hasil eksperimennya terhadap makna perilaku anak-anak.

 

Anak Suka Mengulang-ulang Kegiatan

Apakah si kecil sering mengulangi kegiatan yang sama? Misalnya mengeluarkan dan memasukkan mainan dua kali atau lebih? Apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat hal tersebut? Montessori dalam buku ini melakukan eksperimen dengan berusaha menginterupsi fokus anak yang melakukan hal sama berulang kali. Hasilnya, si anak tetap fokus dengan hal yang sedang ia kerjakan.

Hal ini menandakan bahwa anak berhasil konsentrasi terhadap sesuatu yang ia kerjakan dan begitu selesai ia akan kembali melihat kita dan mencari hal lain yang menarik. Tentu ini menjadi lebih mudah bagi kita ketika ingin mengajari anak sesuatu. Misal kita mengajari mereka cara mencuci tangan setelah bermain. Anak-anak cenderung mengulangi hal yang sama dan bangga menunjukkan pada kita kalau mereka sudah mencuci tangan.

 

Peka Terhadap Keteraturan

Banyak dari kita yang tidak mengetahui kalau anak-anak itu menyukai keteraturan. Ketika anak terlepas dari sesuatu yang biasa ia rasakan atau keteraturan tersebut, mereka cenderung merasa tidak nyaman. Mereka juga suka meniru apa yang mereka lihat. Misalnya, ketika kita menjatuhkan sesuatu kemudian kita ambil dan kita kembalikan ke tempatnya. Anak juga cenderung akan melakukan hal tersebut dan paham bahwa benda itu memiliki tempatnya sendiri.

Kita pasti pernah menghadapi situasi ketika sedang melakukan suatu pekerjaan lalu anak mengikuti dan kita meminta mereka untuk tidak mengikuti. Namun, anak tetap mengikuti dan kita berpikir bahwa mereka tidak patuh. Namun, sebenarnya anak ingin membantu. Ketika ia sudah berhasil membantu, ia akan kembali melakukan hal tersebut untuk seterusnya. Ini menunjukkan bahwa anak sebenarnya peka terhadap keteraturan.

 

Bebas Memilih

Pernahkah kita lupa mengunci pintu lemari anak dan kemudian tiba-tiba ia mengambil barang miliknya di dalam lemari? Apa yang kita pikirkan ketika hal itu terjadi? Ketika hal ini terjadi, Montessori melihat bahwa hal ini menandakan anak-anak sudah mulai bisa memilih. Ketika melihat lemari terbuka, mereka berpikir bahwa mereka boleh memilih baju dan aksesori apa yang ingin mereka kenakan.

Kita juga bisa mulai melatih kebebasan anak dalam memilih, misalnya memilih rasa es krim yang mereka inginkan, pakaian yang ingin mereka kenakan, dan kegiatan apa yang ingin mereka lakukan hari ini. Alih-alih berpikir bahwa mereka nakal atau memiliki insting mencuri, misalnya, kita bisa berpikir bahwa anak sudah memiliki preferensi dan minat mereka sendiri.

 

Anak-Anak Tidak Selalu Memilih Mainan

Montessori melihat bahwa anak-anak tidak selalu memilih mainan dalam beraktivitas. Mereka lebih memilih aktivitas tanpa mainan hingga Montessori datang kepada mereka dan menawarkan mainan. Anak-anak tetap memilih kegiatan tanpa mainan ini dan Montessori menyimpulkan bahwa ketertarikan anak tidak selalu pada mainan.

Dalam kehidupan anak, mainan dan bermain mungkin dianggap sebagai sesuatu yang inferior, sementara aktivitas adalah alternatif lain yang bisa mereka lakukan jika tidak ada yang lebih baik lagi. Ini sama halnya ketika kita bermain kartu pada saat senggang, namun kita tidak lagi tertarik bermain kartu jika dipaksa terus-menerus.

 

Ada banyak perilaku ajaib anak yang mungkin hanya terlihat sederhana dan tanpa makna, namun jika kita mendalaminya, setiap langkah mereka jadi bermakna. Pada buku Montessori: Keajaiban Dunia Anak yang Terlupakan, Maria Montessori mengupas makna perilaku anak yang sering terlupakan oleh kita. Untuk memperdalam pemikiran Maria Montessori mengenai dunia anak, buku ini menjadi rekomendasi yang bisa kamu dapatkan melalui linktr.ee/Bentang

© Copyright - Bentang Pustaka