Tag Archive for: anak sehat

Cuci Tangan Tanpa Sabun

Efektivitas Cuci Tangan Tanpa Sabun

Cuci tangan tanpa sabun memang terlihat lebih ringkas daripada jika harus menggunakan sabun. Namun tentu efektivitas antara keduanya berbeda. Sabun mengandung senyawa kimia yang bisa mengangkat kotoran dan kuman di kulit. Ketika mencuci tangan hanya menggunakan air saja, kotoran dan kuman tidak akan terangkat sehingga akan tetap menempel pada kulit.

 

Cuci Tangan Tanpa Sabun

Photo by: Pezibear on Pixabay

Bagaimana Jika Tidak Ada Sabun?

Pada masa pandemi ini kita dianjurkan selalu mencuci tangan sesering mungkin. Padahal tidak setiap tempat menyediakan air dan sabun untuk mencuci tangan. Lalu bagaimana solusinya? Hand sanitizer menjadi pilihan baik jika dibandingkan dengan harus cuci tangan tanpa sabun. Hand sanitizer mengandung alkohol minimal 60%, sehingga efektivitasnya baik untuk membunuh kuman dan virus sumber penyakit.

 

Beberapa tempat saat ini sudah menyediakan hand sanitizer selain juga menyediakan sabun dan wastafel. Selain itu banyak dijual hand sanitizer dengan bentuknya yang ringkas dan ringan, membuat hand sanitizer mudah dibawa kemana-mana. Ini menjadi pilihan baik selain harus cuci tangan tanpa sabun.

 

Baca Juga: Antara Sabun dan Hand Sanitizer

Cuci Tangan Tanpa Sabun Adalah Sebuah Kesalahan

Di antara beberapa kesalahan saat mencuci tangan, tidak menggunakan sabun saat cuci tangan termasuk salah satunya. Cuci tangan dengan air saja tidak cukup karena kuman tidak dapat larut dan mati jika hanya dibasuh dengan air. Agar lebih mudah, gunakan sabun cair untuk mencuci tangan. Selain lebih ringkas, menggunakan sabun cair juga akan mencegah penularan kuman melalui sabun batang yang dipakai bersama-sama.

 

Selain cuci tangan tanpa sabun, kesalahan lainnya adalah langsung membilas tangan setelah diberi sabun. Setidaknya setelah menuangkan sabun ke telapak tangan, lakukan proses mencuci tangan dengan menggosok seluruh bagian tangan selama minimal 20 detik.

 

Tips untuk Mencuci Tangan

Lakukan cuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik, dengan menggosok seluruh bagian tangan. Jangan lupa untuk segera mengeringkan tangan setelah membasuhnya dengan air mengalir. Hindari menyentuh objek lain saat tangan masih basah, karena tidak menutup kemungkinan akan kembali terpapar oleh kuman.

 

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan dengan melakukan cuci tangan sesering mungkin. Mengajarkan kebiasaan mencuci tangan pada anak akan lebih mudah jika dibersamai oleh Cican dalam serial Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri. Buku karya Wahyu Aditya ini akan menemani anak-anak untuk belajar membiasakan cuci tangan. Segera miliki dengan lakukan pemesanan di sini atau kunjungi toko buku kesayangan.

Mengajarkan Anak Cuci Tangan

Mengajarkan Anak Cuci Tangan yang Benar

Pandemi covid-19 masih berlangsung, sehingga protokol kesehatan perlu terus dibiasakan. Salah satunya adalah kebiasaan cuci tangan. Kebiasaan ini tidak hanya perlu dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak perlu juga untuk diajak menjaga kesehatan. Oleh karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk mengajarkan anak cuci tangan yang benar.

Mengajarkan Anak Cuci Tangan

Photo by: Nghi Nguyen on Pixabay

 

Mengajarkan anak cuci tangan sepertinya bukan hal yang mudah, mengingat mereka adalah manusia yang senang eksplorasi dan belum begitu paham konsep bersih-kotor. Namun, bukan berarti tidak mungkin Orang tua bisa mengajari mereka kebiasaan mencuci tangan.

 

Berikut ini beberapa hal yang bisa dipraktikkan untuk mengajarkan anak cuci tangan:

 

  1. Mengajarkan dengan Mengajak, Bukan Menyuruh

Anak-anak mudah sekali meniru perbuatan orang dewasa, dan biasanya mereka justru sulit jika hanya diberi perintah oleh orang tuanya tanpa memberi contoh. Maka daripada hanya menyuruh mereka untuk mencuci tangan, lebih baik jika mengajak mereka sekaligus memberikan contoh bagaimana mencuci tangan yang benar.

 

  1. Buat Proses Mencuci Tangan Menjadi Seru dan Mengasyikkan

Sesekali ajak anak bermain-main dengan busa sabun dan air supaya proses mencuci tangan jadi kegiatan menyenangkan. Selain itu, pastikan wastafel mudah dijangkau oleh anak. Jika wastafel terlalu tinggi, bisa gunakan bangku kecil sebagai pijakan bagi mereka.

 

Baca Juga: Mengajarkan Kebiasaan Cuci Tangan Anak

 

  1. Beri Penjelasan Tentang Proses Mencuci Tangan

Tunjukkan kepada anak bagaimana cara mencuci tangan yang benar sesuai dengan standar kesehatan. Menggosok sela-sela jari, bagian atas tangan, dan bawah kuku. Selain itu tunjukkan pada mereka berapa lama seharusnya durasi mencuci tangan agar kuman benar-benar mati.

 

  1. Biasakan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun

Anak-anak biasanya suka hal-hal yang singkat dan ringkas, temasuk mencuci tangan dengan hanya menggunakan air. Ada baiknya jika orang tua juga membiasakan anaknya untuk mencuci tangan dengan sabun, sehingga kebersihan dan kesehatan mereka akan selalu terjaga.

 

Untuk menumbuhkan kebiasaan cuci tangan yang benar pada anak, akan lebih mudah jika menggunakan buku serial Cican. Buku karya Wahyu Aditya berjudul Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri akan menemani proses anak belajar mencuci tangan. Dapatkan di sini atau kunjungi toko buku kesayangan Mom.

Sulit Mengajari Anak Disiplin?

Sering kali kita merasa bahwa setiap tindakan anak hanya mengacau dan sulit untuk membuat anak disiplin. Seolah ketika mereka bergerak, mereka akan menghancurkan sesuatu atau akan berbuat hal-hal yang hanya akan merusak segala hal. Dan ketika ini terjadi, kita mengatakan bahwa anak tidak disiplin dan menyalahkan mereka. Namun, apakah benar ketika anak sulit menjadi disiplin adalah sepenuhnya kesalahan mereka? Lantas, bagaimana caranya agar anak mau menjadi disiplin?

Alasan Sulitnya Membuat Anak Disiplin

Kita sering kali bertanya-tanya mengapa seorang anak sulit sekali untuk menjadi disiplin? Di mana letak kesalahan kita saat mengasuh atau apakah ketidakdisiplinan seseorang adalah turunan dari orang tua? Banyak sekali pemikiran kita terhadap hal ini dan kita tidak tahu apa penyebabnya. Sebenarnya, ada dua macam kedisiplinan yang dapat kita temukan pada anak.

Yang pertama adalah external discipline yang merupakan bentuk kedisiplinan yang lahir karena campur tangan orang lain di sekitar anak. Misalnya, kehadiran kita sebagai orang terdekat anak yang memarahi, memaksa, mengancam, atau bahkan menjanjikan hadiah agar mereka patuh. Proses ini mungkin hanya butuh waktu singkat, namun anak belum tentu memahami arti kedisiplinan tersebut.

Yang kedua adalah internal discipline atau disiplin batin. Hal ini merupakan bentuk kedisiplinan yang tumbuh dalam diri anak. Artinya, anak mampu membuat pilihan yang baik karena ia tahu mana yang benar dan salah. Hal ini tidak datang dari pemahaman yang dipaksakan oleh orang lain. Disiplin batin merupakan pedoman moral bagi anak dalam menjalankan kehidupan mereka.

 

Membentuk Disiplin Batin

Menurut Maria Montessori, kedisiplinan dapat mulai tumbuh ketika anak dibebaskan untuk memilih aktivitas yang menarik dan memiliki tujuan yang jelas saat melakukan sesuatu. Anak mudah berkonsentrasi ketika menemukan suatu aktivitas yang menarik bagi mereka. Akan tetapi, aktivitas yang menarik saja tidak cukup untuk menumbuhkan disiplin pada anak. Aktivitas ini perlu memiliki tujuan yang jelas dan control of error.

Menyediakan aktivitas dengan tujuan yang jelas artinya memberikan anak pekerjaan yang berguna. Ada tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pekerjaan tersebut. Ketika hal ini dipenuhi, anak akan mampu melakukan lebih banyak hal lainnya. Sementara itu, control of error artinya kegiatan tersebut bisa memberi tahu anak akan berhasil atau jauh dari keberhasilan. Ini merupakan ciri khas aktivitas untuk anak dalam metode Montessori. Aktivitas yang memiliki control of error membuat anak merenungkan kembali apa yang sudah ia lakukan sendiri. Orang tua tidak perlu memberikan teguran ketika anak membuat kesalahan. Aktivitas itu akan menunjukkan kepada anak kesalahannya supaya diperbaiki.

Ketiga hal ini memungkinkan adanya proses integrasi dalam diri anak. Hasilnya, kita bisa melihat anak yang tenang, penuh sukacita mengerjakan aktivitas dan mengulangnya terus hingga membentuk keteraturan dalam dirinya. Dari keteraturan ini, maka lahirlah kedisiplinan dalam diri anak. Anak jadi tahu apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

 

 

Keluhan-keluhan yang kita keluarkan ketika anak terlihat tidak disiplin rupanya bisa kita cegah sejak dini dengan menumbuhkan disiplin batin dalam diri anak. Kita sebagai orang dewasa juga tidak perlu banyak memarahi atau menegur anak ketika mereka tidak disiplin jika disiplin batin sudah ada dalam diri anak. Aktivitas yang dianjurkan oleh Montessori pun bukan aktivitas yang membutuhkan biaya yang besar. Hal ini karena aktivitas yang dibutuhkan berada di sekeliling kita, misalnya mencuci piring, menyiapkan makanan, menuang air, membersihkan rumah, merawat tanaman, membersihkan tempat tidur, dan lain-lain.

Buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan ParentingMelalui buku A-Z Tanya Jawab Montessori dan Parenting karya Rosalynn Tamara, founder Montessori Haus Asia, kita akan belajar memahami dunia anak dari kacamata Montessori. Banyak tips yang bisa kamu dapatkan tentang pengasuhan anak serta praktik Montessori. Buku ini bisa kamu dapatkan di linktr.ee/Bentang atau di toko buku kesayanganmu mulai tanggal 26 Juni 2021.

Manfaat Pengamatan Terhadap Bayi

Pengamatan terhadap bayi

 

Memahami bayi harus dimulai dengan membentuk bonding dengan mereka sedini mungkin. Saat bayi masih dalam kandungan pun, seorang ibu perlu memulai komunikasi dengan bayi. Dalam memahami bayi, kita perlu melakukan pengamatan terhadap bayi. Tidak hanya agar mengenal mereka lebih dekat, tetapi ada manfaat lain yang bisa kita dapatkan.

 

Baca juga: Tiga Alasan Kita Mencintai Bayi

 

Memahami dan Mengikuti Perkembangan Bayi

Ketika telah berusaha mengamati bayi, kita akan memahami dan mengikuti perkembangan mereka. Kita bisa menyadari perubahan-perubahan kecil dalam kemampuannya. Ketika menyadari perubahan tersebut, kita bisa menyediakan lingkungan serta kegiatan yang memberikan tantangan yang tepat bagi bayi.

Selain itu, kita juga bisa mengetahui rintangan apa saja yang menghambat gerakan, komunikasi, dan kegiatan bayi. Jika bayi kita rasa kurang mandiri, kita bisa mengenali faktor yang menghambat kemandirian bayi. Melalui pengamatanlah kita bisa mengetahui apakah kecenderungan manusiawi bayi sudah dipupuk atau belum.

 

Pengamatan Membuat Kita Menyadari Usaha dan Kemampuan Bayi

Saat melakukan pengamatan terhadap bayi, kita juga perlu mengamati apakah bayi berinteraksi dengan lingkungannya atau tidak. Kemudian, kita juga perlu melihat apakah bayi menggunakan indranya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pengamatan ini, kita bisa mulai menyadari apa usaha yang sedang dilakukan bayi.

Begitu kita menyadari usaha yang sedang dilakukan oleh bayi, kita juga akan menyadari kemampuan mereka. Dari sini, kita bisa mulai mengenali periode sensitif bayi. Kita akan menyadari minat dan kegiatan apa yang menjadi konsentrasi bayi. Selain itu, kita pun mulai melihat apa saja hal yang terus-menerus bayi kembalikan, ulangi atau justru bayi menaruh konsentrasi di bidang tersebut.

 

Melalui pengamatan terhadap bayi, kita bisa mengenal dan memahami bayi kita lebih jauh dan mampu membantu saat mereka butuhkan. Pengamatan ini akan lebih baik lagi jika kita lakukan tanpa harus ikut campur tangan terlalu banyak. Dengan mengamati secara seksama, kita benar-benar memahami setiap gerakan yang dilakukan bayi dan hal apa yang berusaha mereka sampaikan. Kita bisa memaknai semua ini lebih dalam dan bisa membuat kita lebih dekat lagi dengan bayi. Hal ini karena bayi akan berpikir bahwa orang tua atau orang terdekatnya, benar-benar memahami mereka.

 

Montessori Baby coverMelalui buku The Montessori Baby karya Simone Davies dan Junnifa Uzodike dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia ini, kita bisa belajar memahami bayi seutuhnya dan juga menemukan alasan mengapa kita begitu mencintai bayi. Hal-hal sederhana yang dilakukan bayi barangkali tidak pernah kita pikirkan, namun melalui buku ini penulis mengajak kita untuk memahami mereka lebih dalam lagi. Buku ini bisa kamu dapatkan di linktr.ee/Bentang atau di toko buku terdekat.

Biarkan Anak Membantu, Yuk!

Biarkan Anak Membantu

Pernahkah kita melihat anak berniat untuk membantu kita? Bagaimana respons kita atas hal tersebut? Apakah kita senang dan biarkan anak membantu atau justru menganggap mereka hanya mengganggu? Ketika anak memiliki niatan untuk membantu kita, sebenarnya karena mereka sedang berusaha aktif. Hal ini, menurut Montessori, adalah hal yang baik. Ketika anak banyak bekerja, justru hal tersebut semakin baik karena menurut Montessori hidup adalah aktif.

Anak-anak memiliki hasrat untuk bekerja; dalam hal ini adalah membantu kita. Namun, banyak dari kita yang belum memahami hal ini. Sehingga, banyak dari kita yang justru membatasi anak untuk membantu atau mengekspresikan keinginan mereka tersebut. Justru, kita sebagai orang dewasa malah menyuruh anak untuk bermain terus-menerus. Kita harus mulai mengenali insting anak untuk membantu kita mulai sekarang.

 

Baca juga: Penerapan Praktis Metode Montessori

 

Anak Senang Membantu

Saat kita membersihkan rumah atau memasak, anak melihat yang kita lakukan. Mereka suka sekali dengan keteraturan, sehingga timbul dalam diri mereka untuk ikut bekerja bersama kita. Mereka akan sangat senang jika diperbolehkan untuk membantu pekerjaan kita. Selain itu, anak memang memiliki hasrat untuk bekerja selain bermain.

Jika anak terlihat tertarik untuk membantu maka kita bisa membiarkan mereka untuk terlibat. Jangan berpikir bahwa anak hanya akan membuat keadaan kacau atau berpikiran negatif lainnya. Anak-anak memang senang membantu, kok. Jadi, biarkan anak membantu kita ya!

 

Membantu Bukan Bikin Berantakan

Sering kali ketika kita melihat anak sedang menyapu atau berusaha merapikan meja yang berantakan, kita justru melarang mereka untuk melanjutkan aktivitas tersebut. Kita khawatir jika anak malah menghancurkan barang berharga yang ada di sekitar meja atau membuat lantai semakin kotor. Padahal, mereka juga masih sedang dalam proses belajar dan tugas kita sebagai orang dewasa adalah membantu mereka untuk belajar.

Jangan menganggap bahwa anak membantu hanya untuk merusak atau membuat keadaan semakin berantakan. Anak-anak memang senang membantu dan mereka juga belajar bagaimana untuk bekerja. Jadi, jika anak melakukan kesalahan, kita cukup memberi tahu kepada mereka bagaimana cara kerja yang benar.

 

Insting anak untuk bekerja memang ada dan kita sebagai orang dewasa perlu memahami hal tersebut. Ketika anak mulai menunjukkan hasratnya ini, kita harus peka dan menyediakan apa yang mereka butuhkan. Alih-alih memberikan mainan yang mahal dan banyak kepada anak untuk membuat mereka bermain, kita bisa memanfaatkan insting mereka ini untuk membantu pekerjaan kita. Kita juga bisa memanfaatkannya untuk mengajak dan mengajari anak agar bekerja sesuai yang mereka minati.

Montessori Seni Menggali Potensi Anak Sejak DiniMelalui buku Montessori: Seni Menggali Potensi Anak Sejak Dini karya Paula Polk Lillard ini, ia mengajak kita untuk memahami buah pemikiran anak dan menggali potensi mereka. Buku ini bisa kamu dapatkan di sini atau toko buku kesayanganmu.

Kegiatan Positif yang Bisa Dilakukan di Dalam Toilet Selain Membersihkan Diri

Ketika melihat anak yang ketakutan ke toilet sendiri, kita bisa memberi tahu mereka bahwa ada kegiatan positif yang bisa mereka lakukan di dalam toilet selain buang air. Barangkali, pemikiran mereka jika di dalam toilet sendiri maka akan ada monster yang menghampiri sehingga anak takut sendirian. Meskipun telah kita beri tahu tentang manfaat yang bisa mereka rasakan jika bisa ke toilet sendiri, mereka terkadang masih tetap khawatir.

Perlu juga kita mengubah cara penyampaian kepada mereka tentang pentingnya ke toilet sendiri. Salah satunya adalah dengan memberi tahu mereka kegiatan positif yang bisa dilakukan di dalam toilet.

 

Baca juga: Melatih Toilet Training pada Anak

 

Mengenali Bagian Tubuh Mereka

            Toilet adalah salah satu tempat dengan tingkat privasi yang tinggi dan nyaman bagi kita untuk melakukan banyak hal. Karena toilet adalah tempat yang sangat privat, toilet bisa menjadi tempat bagi anak untuk mengenali bagian tubuh mereka. Mereka bisa melihat secara detail bagian tubuh mereka tanpa harus takut akan dilihat orang lain atau merasa tidak nyaman.

Mengenali tubuh penting bagi anak, agar mereka mengetahui apa saja yang mereka miliki dan bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh atau dilihat oleh orang lain. Selain itu, jika anak memiliki tanda tertentu di tubuh, mereka bisa mengetahuinya dengan melihat tanda tersebut secara langsung.

Dengan mengenali tubuh mereka, selanjutnya anak juga tahu apa yang baik dan tidak baik bagi tubuh mereka terutama mengenai perawatan diri. Mereka perlu tahu bagaimana kondisi kulit mereka dan hal lainnya. Kita sebagai orang dewasa juga perlu mengajarkan pada mereka bahwa mengetahui bagian tubuh sendiri bukan hal yang tabu dan memalukan. Mereka justru harus tahu apa yang mereka miliki dan bagaimana cara merawatnya.

 

Tempat Anak untuk Berekspresi

Anak memiliki ekspresi dan emosi yang memang sulit kita tebak. Itu sebabnya, kita perlu melatih mereka untuk mengontrol ekspresi dan emosi yang mereka miliki agar tidak melukai perasaan orang lain maupun perasaan sendiri. Toilet bisa menjadi salah satu tempat bagi anak untuk bebas berekspresi tanpa harus takut melukai perasaan siapa pun. Ketika marah dan menangis atau kecewa, anak bisa menatap dirinya sendiri di kaca dan menumpahkan ekspresi dan emosinya. Namun, kita sebagai orang dewasa tetap perlu mengawasi mereka.

Selain itu, anak bisa bebas melihat wajah dan ekspresi mereka saat senang, sedih, marah, menangis, kecewa, dan lain-lain. Dengan demikian, anak bisa tahu bagaimana mereka harus mengekspresikan sesuatu. Di dalam toilet, anak juga bisa memeriksa seluruh wajah mereka dan apa dampaknya jika mereka mengeluarkan ekspresi tertentu.

 

Banyak sekali ternyata manfaat yang bisa kita rasakan dengan ke toilet sendiri. Tidak hanya untuk buang air dan membersihkan diri, toilet ternyata juga bisa menjadi tempat anak mengenali bagian tubuh mereka dan berekspresi secara bebas tanpa khawatir akan menyakiti orang lain. Mengajarkan anak pentingnya ke toilet sendiri memang terasa sulit di awal-awal, namun jika kita bisa menyampaikan dengan baik dan benar pasti bisa, kok!

cican-bisa-ke-toilet-sendiriMelalui buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri, Wahyu Aditya ingin menyampaikan pentingnya anak untuk bisa ke toilet sendiri. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi yang lucu, full-color, dan tahap-tahap menggunakan toilet yang bisa ditiru anak. Buku ini akan segera terbit pada tanggal 17 Mei 2021. Eits, tidak hanya itu. Cican juga mengajak anak Mom untuk turut berpartisipasi dalam Lomba Mewarnai Tingkat Nasional via Daring, lho. Informasi selengkapnya bisa cek di akun Instagram @bentangkids ya!

Melatih Toilet Training pada Anak

Pernahkah kita mendengar kata toilet training? Apakah kita mengetahui apa maksudnya? Toilet training adalah proses anak belajar untuk buang air besar dan buang air kecil di toilet secara mandiri. Tahap ini mengajarkan anak untuk tidak lagi buang air di popok, seperti yang biasanya ia lakukan. Pada buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri, diceritakan bahwa Cican sudah bisa ke toilet secara mandiri dan tahu kapan ia harus ke toilet. Ajak si kecil untuk ke toilet sendiri juga, yuk.

 

Bagaimana Cara Melatih Toilet Training?

Melatih toilet training pada anak tentu memerlukan waktu dan kesabaran. Sebelumnya, anak telah terbiasa untuk buang air di popok tanpa berusaha untuk pergi ke toilet dan membersihkannya. Ketika ia harus pergi ke toilet untuk buang air, tentu ada banyak perubahan yang ia rasakan dan perlu ia sesuaikan.

Langkah pertama yang bisa kita lakukan untuk melatih toilet training pada anak adalah mengenalkannya pada toilet. Kita ingatkan dan beri tahu anak bahwa jika ingin buang air besar dan kecil, ia bisa pergi ke toilet.

Langkah kedua adalah menjelaskan fungsi dan beri contoh penggunaannya. Kita harus menjelaskan fungsi benda-benda yang ada di toilet sembari mengajarkan cara penggunaannya. Misalnya, wastafel. Kita jelaskan bahwa benda tersebut namanya adalah wastafel, fungsinya sebagai tempat mencuci tangan, wajah, dan gosok gigi. Kemudian kita beri contoh penggunaannya.

Langkah selanjutnya adalah menjadikan kegiatan tersebut sebagai rutinitas. Misalnya saat anak baru bangun tidur, kita bisa mengajaknya ke kamar mandi untuk buang air. Sebelum tidur juga kita bisa ajak anak untuk buang air.

 

Baca juga: Pentingnya Menjaga Kebersihan Toilet

 

Mengajari Anak Cara Penggunaan Toilet

Saat melihat toilet pertama kali, anak pasti merasa bingung karena banyaknya hal yang harus ia lakukan ketika buang air. Untuk mempermudah toilet training, pastikan anak mengenakan celana yang mudah dilepas dan dipakai secara mandiri. Setelah itu kita bisa mengajari mereka cara menggunakan toilet.

Pertama, kita jelaskan cara duduk yang benar di kloset. Selanjutnya, kita mengajari cara membersihkan diri setelah buang air. Saat mengajari cara membersihkan diri ini, pastikan anak merasa aman dan nyaman. Kemudian, ajari mereka cara menekan tombol flush setelah selesai buang air. Mungkin tombol flush bisa terlalu tinggi atau berat bagi anak, sehingga kita perlu pelan-pelan mengajari mereka.

Langkah selanjutnya kita bisa menunjukkan proses pembuangan air seni atau tinja ke kloset. Kita perlu menekankan pada anak bahwa tempat pembuangan akhir air seni dan tinja adalah kloset. Langkah terakhir ialah mengajari mereka cara mencuci tangan dengan benar setiap selesai menggunakan toilet. Langkah terakhir ini sangat penting untuk selalu anak lakukan dan beritahu mereka pentingnya mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

 

Mengajari anak toilet training penting dilakukan sejak dini. Tidak hanya agar mereka bisa terbebas dari popok lebih cepat, tetapi juga melatih kemandirian mereka. Selain itu, jika anak terlambat memahami toilet training, ia bisa telanjur merasa tidak nyaman ketika kita mengajari dan menunjukkan langkah-langkahnya.

Melalui buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri yang akan segera republish pada bulan Mei, ajak dan ajari anak untuk ke toilet sendiri. Buku karya Wahyu Aditya ini tidak hanya menampilkan karakter Cican dan Cini yang menggemaskan, tetapi juga menyampaikan pesan yang baik untuk anak.

Pentingnya Menjaga Kebersihan Toilet

Kebersihan toilet adalah salah satu hal yang penting untuk kita terapkan sehari-hari. Toilet menjadi tempat paling privasi dan sekaligus tempat pembuangan kotoran kita, sehingga kebersihannya perlu dijaga. Jika kita sudah terbiasa membiarkan toilet dalam keadaan bersih, anak-anak juga akan menerapkannya. Menjaga kebersihan toilet tidak hanya untuk diterapkan di rumah, tetapi juga di luar rumah.

 

Toilet Umum

Ketika kita mengajak anak pergi ke luar rumah dan menemukan bahwa toilet umum yang akan digunakan ternyata kotor, tentu kita menjadi merasa tidak nyaman. Banyaknya bakteri dan kuman seolah terlihat jelas di depan mata. Anak yang sudah terbiasa dengan toilet bersih juga ikut merasa tidak nyaman dan bahkan bisa menolak untuk menggunakan fasilitas tersebut. Pada situasi seperti ini, kita bisa mengedukasi anak betapa pentingnya toilet yang bersih.

Toilet yang bersih tidak hanya menggambarkan diri kita yang bersih dan sehat, tetapi juga lingkungan yang sehat serta kebiasaan yang baik. Ketika anak terpaksa harus menggunakan toilet umum yang kotor, kita harus menyiapkan hal-hal yang bisa membuat mereka nyaman. Misalnya, tisu basah, tisu kering, dan juga menyiram toilet yang kotor hingga tampak lebih bersih. Sambil membersihkan toilet sebelum digunakan, kita bisa mengajarkan mereka bagaimana menjaga kebersihan toilet umum.

Kita bisa mengatakan bahwa setiap kali kita ke luar rumah, kita harus menyiapkan tisu basah dan tisu kering, serta membawa hand sanitizer. Sebelum kita menggunakan WC, kita harus membersihkan permukaannya terlebih dahulu dengan menyiram air lalu dilap dengan tisu. Kemudian barulah kita bisa menggunakan toilet tersebut.

 

Dampak Toilet yang Kotor

Selain mengajarkan bagaimana cara menjaga kebersihan toilet, kita juga perlu memberi tahu anak dampak dari toilet yang kotor. Mungkin anak-anak masih tidak paham apa yang akan mereka hadapi jika toilet dibiarkan kotor. Namun, tujuan memberi tahu hal ini bukan untuk menakut-nakuti anak dan membuat mereka harus dengan terpaksa menjaga kebersihan toilet itu. Anak memang perlu diberi tahu sehingga ia bisa menganalisis sendiri mengapa toilet perlu dijaga kebersihannya.

Dampak toilet yang kotor berhubungan dengan isu kesehatan. Toilet yang kotor bisa menyebabkan berbagai penyakit, seperti demam tifoid, disentri, hepatitis A, dan kolera. Penyakit demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi yang menunjukkan gejala-gejala seperti diare, mual, muntah, nafsu makan menurun, dan ruam. Penyakit ini bisa menular melalui air yang terkontaminasi feses penderita.

Disentri terjadi akibat infeksi bakteri Shigella atau parasit Entamoeba histolytica pada usus. Gejalanya adalah demam, mual, muntah, dan BAB berdarah. Cara penularannya sama dengan demam tifoid namun bisa dicegah dengan cara selalu mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet. Hepatitis A tertular dari makanan dan minuman yang terkontaminasi. Jika kita ke toilet yang kotor dan tidak membersihkan tangan, kita bisa terkena penyakit ini. Penyakit kolera adalah infeksi yang menyebabkan seseorang mengalami diare yang tertular melalui air yang terkontaminasi. Tanpa penanganan, kolera dapat mengakibatkan dehidrasi parah.

 

Pentingnya menjaga kebersihan toilet tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Mengajarkan anak harus dimulai sejak dini sehingga kebiasaan mereka juga terbentuk sejak awal. Buku serial anak karya Wahyu Aditya ini tidak hanya menghadirkan tokoh-tokoh menggemaskan seperti Cican dan Cini, tetapi juga menghadirkan pesan-pesan yang baik dan mudah terima oleh anak-anak. Buku Cican Bisa ke Toilet Sendiri menceritakan tentang kemandirian Cican yang bisa pergi ke toilet sendiri. Dalam buku ini juga menjelaskan langkah-langkah yang bisa dilakukan anak saat buang air di toilet. Buku ini akan hadir kembali pada bulan Mei 2021.

 

Enda Sinta Apriliana

 

Sumber:

https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/dampak-toilet-kotor/

menjaga kebersihan diri

Pentingnya Menjaga Kebersihan Diri kepada Anak

Dalam keseharian kita, menjaga kebersihan diri adalah hal yang penting. Toilet menjadi tempat paling privat dan tempat untuk membersihkan diri. Memahami untuk menjaga kebersihan toilet dan juga diri sendiri perlu diajarkan sejak dini. Anak-anak yang belum memahami pentingnya kebersihan diri dan toilet tentu perlu diajarkan secara perlahan.

menjaga kebersihan diri

Mengapa Perlu Menjaga Kebersihan?

Pikiran anak selalu dipenuhi dengan tanda tanya dan hal-hal yang sulit ia mengerti. Tentu ia akan bertanya apa pentingnya menjaga kebersihan diri dan kebersihan toilet? Mengapa ia perlu membersihkan dirinya setelah menggunakan toilet? Mengapa ia perlu menyiram toilet sehabis menggunakannya? Kita juga perlu menyiapkan jawaban yang bisa anak mengerti dengan mudah.

Ketika anak bertanya apa pentingnya mengajar kebersihan diri seperti membuang air di toilet dan mencuci tangan, kita bisa memberi tahu mereka perihal kuman. Kuman selalu ada di setiap tempat dan tidak bisa dilihat dengan mata. Ia bisa menyebabkan penyakit dan juga membuat orang di sekitar kita ikut merasakan sakit. Seperti virus, kuman bisa menular kepada orang lain dan membuat mereka menjadi sakit.

Membiasakan anak untuk menjaga kebersihan toilet tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain. Dengan menjaga kebersihan toilet, kita tidak hanya membuat diri sendiri lebih nyaman, tetapi juga orang lain yang akan menggunakannya. Kebersihan diri pun demikian. Untuk membuat diri kita terlihat bersih dan merasa nyaman, kita perlu memulainya dari diri sendiri.

Langkah-Langkah Menggunakan Toilet

Anak perlu mengetahui langkah-langkah saat menggunakan toilet. Jangan sampai anak mengira bahwa semuanya serba otomatis atau bergantung pada oran tua untuk membersihkan toilet. Hal ini jika dibiarkan bisa membuat kebiasaan anak yang tidak bersih dan bisa merugikan orang-orang di sekitarnya. Bagaimana langkah-langkah menggunakan toilet secara sederhana kepada anak?

  1. Buka celana anak
  2. Duduk dan buang air
  3. Bersihkan dan keringkan
  4. Pakai lagi celana anak
  5. Siram toilet
  6. Cuci tangan

Langkah-langkah ini tentu harus terus-menerus diingatkan kepada anak setiap kali mereka ke toilet. Selain menjaga kebersihan diri, perlu ditekankan pula kebersihan toilet dengan cara menyiram toilet.

Cican Bisa ke Toilet Sendiri Rep

Membicarakan tentang kemandirian anak ke toilet dan membersihkan diri, serial Cican juga hadir untuk mengedukasi anak perihal kemandirian ke toilet. Buku serial anak karya Wahyu Aditya ini tidak hanya menghadirkan tokoh-tokoh menggemaskan seperti Cican dan Cini, tetapi juga pesan-pesan serta edukasi yang akan mudah diterima anak-anak. Dua buku serial Cican yang membahas tentang kemandirian dan kebersihan diri berjudul Cican & Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri dan Cican Bisa ke Toilet Sendiri akan hadir kembali pada bulan April dan Mei.

kebebasan anak

Kebebasan Anak dalam Bermain

Seberapa sering kita memberikan kebebasan kepada anak? Apa yang mendorong kita akhirnya mau memberikan kebebasan kepada anak? Mungkin Mom sudah mendengar salah satu prinsip Montessori. Salah satu prinsip Montessori menekankan pada lingkungan yang natural dan memberikan kebebasan pada anak. Montessori juga yakin bahwa pola psikis anak terungkap melalui proses perkembangan.

Dalam proses perkembangan, dibutuhkan dua kondisi agar proses bisa berjalan. Pertama, anak membutuhkan hubungan integral dengan lingkungannya. Melalui interaksi ini ia akan belajar memahami diri sendiri dan juga sekitarnya. Kedua, anak membutuhkan kebebasan. Kebebasan penting untuk anak agar ia bisa membuka kepribadiannya sendiri. Dengan ia membuka kepribadiannya itu, anak akan menguak sensitivitas dan dan kemampuannya yang unik.

kebebasan anak

Photo-by-Caroline-H400-min

Prinsip Kebebasan pada Anak

Montessori menilai bahwa pertumbuhan psikis anak bergantung pada interaksi bebas dengan lingkungannya. Secara fitrah, aspek mental dan fisik anak merupakan satu kesatuan, oleh sebab itu interaksi bebas menjadi penting. Jika gerakan dibatasi, kepribadian dan rasa tenang anak menjadi terancam. Dalam pengamatannya, Montessori yakin bahwa anak memiliki motivasi intens untuk melakukan konstruksi diri.

Tujuan utama anak dalam kehidupan adalah mengembangkan diri mereka secara utuh. Anak akan mengejar tujuan ini dengan upayanya untuk memahami lingkungan. Kesehatan emosional dan fisiknya bergantung pada usahanya untuk menjadi diri sendiri. Walaupun anak memiliki pola psikis tertentu, ia belum memiliki pola perilaku yang bisa menjamin keberhasilannya kelak. Ia harus mengembangkan kemampuan sendiri supaya bisa bereaksi terhadap kehidupan. Dalam hal ini, anak diberikan “sensitivitas kreatif” yang istimewa untuk membantunya mencapai tugas tersebut.

Sensitivitas Kreatif

Seluruh kehidupan psikis anak bergantung pada fondasi yang disediakan oleh sensitivitas kreatif tersebut. Apabila sensitivitas itu terlambat terkuak, hasilnya adalah hubungan yang tak sempurna antara anak dan lingkungannya. Anak justru bisa merasa tidak tertarik pada lingkungannya dan rasa cintanya terhadap lingkungan menjadi gagal. Padahal, kemandirian anak dapat diperoleh jika ia mau menyelami lingkungan dan kemudian belajar menaklukkannya.

Karakteristik ini hanya ada pada masa kanak-kanak dan setelah berusia enam tahun, bentuk dan intensitasnya juga berubah. Montessori menganggap hal ini sebagai bukti bahwa perkembangan psikis anak tidak berlangsung secara kebetulan, namun seturut dengan rancangan alam.

 

Prinsip kebebasan terhadap anak menurut Montessori merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Lingkungan menjadi alat yang digunakan Montessori untuk mengembangkan potensi anak. Kebebasan akan memberikan mereka akses untuk mengeksplorasi diri mereka lebih dalam dan lebih baik lagi. Jadi, jangan ragu lagi untuk memberikan ruang kebebasan terhadap anak. Dapatkan koleksi montessori di sini.

 

Enda Sinta Apriliana

© Copyright - Bentang Pustaka