Sujiwo Tejo: Lebih Nyaman Garap Novel Biasa
Sujiwo Tejo sukses luncurkan buku terbaru berjudul Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati, akhir bulan lalu. Untuk pertama kalinya, seniman ulung ini menulis buku yang tak hanya berupa rangkaian kata saja, tetapi juga gambar, dan juga lagu pengiring. Oleh karenanya, buku pertama dari trilogi Serat Tripama ini diberi gelar novel-grafis bermusik.
Terdapat sekitar 500 gambar buatan tangan Sujiwo yang dituang menjadi 196 halaman dalam satu buku. Menurut Sujiwo, aliran gambarannya tidak manga, bukan juga Manhwa, tetapi gaya Ngawur Tapi Benar. Artinya, Sujiwo tidak saklek menggambar dengan melulu mengagungkan kaidah estetika, namun tetap benar menurut dia.
Lagi, ada sembilan lagu pengiring yang memang khusus Sujiwo cipta dan garap untuk buku terbarunya. Tak tanggung-tanggung, dalam album Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati ini, Sujiwo bertindak sebagai komposer, produser, sekaligus vokal. Ia juga menggaet Putri Ayu, Joel Kriwil, dan Julius Firdaus sebagai vokal, juga musisi Bintang Indrianto, Fakira Yusuf, Kiki Dunung, Lian Panggabean, dan Taufan Siswandi sebagai pengiring.
Meski sukses membuat gebrakan baru dalam dunia pustaka, Sujiwo mengaku lebih nyaman menggarap novel biasa. Katanya, novel grafis jauh lebih menyerap energi. “Tiap habis menggambar dan melongok ke luar jendela, aku kaget. Kaget, kok dunia tidak seperti dunia yang sedang aku gambar. Aku kecewa,” curahnya.
Kata Sujiwo lagi, kalau menulis novel biasa energi yang diperlukan tidak sedemikian dalam. Sujiwo masih bisa menerima fakta bahwa dunia sehari-hari berbeda dengan dunia novel.
“Kalau sedang bikin novel grafis, dengan setting begitu (seperti Serat Tripama –red), ruang bisa bolak-balik begitu, air mata bisa begitu, tapi ternyata sehari-hari ndak begitu.. Waduh.. sakitnya tuh di sini. Heuhuehue,” kelakarnya.
Sujiwo Tejo sukses luncurkan buku terbaru berjudul Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati, akhir bulan lalu. Untuk pertama kalinya, seniman ulung ini menulis buku yang tak hanya berupa rangkaian kata saja, tetapi juga gambar, dan juga lagu pengiring. Oleh karenanya, buku pertama dari trilogi Serat Tripama ini diberi gelar novel-grafis bermusik.
Terdapat sekitar 500 gambar buatan tangan Sujiwo yang dituang menjadi 196 halaman dalam satu buku. Menurut Sujiwo, aliran gambarannya tidak manga, bukan juga Manhwa, tetapi gaya Ngawur Tapi Benar. Artinya, Sujiwo tidak saklek menggambar dengan melulu mengagungkan kaidah estetika, namun tetap benar menurut dia.
Lagi, ada sembilan lagu pengiring yang memang khusus Sujiwo cipta dan garap untuk buku terbarunya. Tak tanggung-tanggung, dalam album Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati ini, Sujiwo bertindak sebagai komposer, produser, sekaligus vokal. Ia juga menggaet Putri Ayu, Joel Kriwil, dan Julius Firdaus sebagai vokal, juga musisi Bintang Indrianto, Fakira Yusuf, Kiki Dunung, Lian Panggabean, dan Taufan Siswandi sebagai pengiring.
Meski sukses membuat gebrakan baru dalam dunia pustaka, Sujiwo mengaku lebih nyaman menggarap novel biasa. Katanya, novel grafis jauh lebih menyerap energi. “Tiap habis menggambar dan melongok ke luar jendela, aku kaget. Kaget, kok dunia tidak seperti dunia yang sedang aku gambar. Aku kecewa,” curahnya.
Kata Sujiwo lagi, kalau menulis novel biasa energi yang diperlukan tidak sedemikian dalam. Sujiwo masih bisa menerima fakta bahwa dunia sehari-hari berbeda dengan dunia novel.
“Kalau sedang bikin novel grafis, dengan setting begitu (seperti Serat Tripama –red), ruang bisa bolak-balik begitu, air mata bisa begitu, tapi ternyata sehari-hari ndak begitu.. Waduh.. sakitnya tuh di sini. Heuhuehue,” kelakarnya.
Fitria Farisabentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!