Sinopsis

Pernah tersesat karena lebih percaya Google Maps ketimbang tanya warga lokal?

Pernah merasa mati gaya karena internet down semalaman?

Pernah tergopoh-gopoh meninggalkan kerjaan rumah demi menyambut kurir paket?

Era digital menawarkan kemudahan. Namun, era ini juga merenggut banyak kemampuan dan kebebasan kita. “Manusia” dalam diri ini terkikis bahkan nyaris lenyap. Akibatnya, perilaku manusia dalam berkomunikasi dan bersosialisasi turut berubah, yang dari kacamata akal sehat, jadi tampak konyol. Membaca buku ini menyadarkan kita betapa kocaknya polah tingkah manusia pada era digital. Dan percayalah, tidak ada yang lebih nikmat selain tertawa sekaligus tertohok.

SAPIENS DI UJUNG TANDUK

Tentang Penulis

Iqbal Aji Daryono adalah penulis kolom bertema sosial dan budaya di sejumlah media, salah satunya “Sentilan Iqbal Aji Daryono” di detik.com. Berpengalaman sebagai pengguna media sosial penuh waktu, Iqbal senang berbagi baik kegelisahan maupun kegeliannya terhadap perilaku manusia pada era digital ini. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Out of the Lunch Box, Out of the Truck Box, Tak Ada Kernet di Australia, Apakah Seorang Pendosa Tak Boleh Lagi Berkarya, Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira, Dilarang Mengutuk Hujan dan Sapiens di Ujung Tanduk. Lulusan Sastra Jepang UGM ini juga rajin memberikan kelas penulisan nonfiksi yang selalu dipenuhi peserta dalam waktu singkat. Saat ini Iqbal aktif berperan sebagai Spesialis Media Sosial di IAD Consulting.

Penulis

: Iqbal Aji Daryono

ISBN

: 978-602-291-897-4

Harga

: Rp59.000,-

Tebal

: 176 halaman

Berat

: 150 gr

Sampul

: Art Carton 230 gr

Kategori

: Inspirasi dan Motivasi

Membahas tema serius dengan cara yang asyik dan lugas tidaklah mudah. Seperti yang dilakukan Iqbal Aji Daryono dalam buku berjudul Sapiens di Ujung Tanduk. Dalam buku ini, kita diajak meninjau kembali segala polah tingkah dalam merespons kemajuan teknologi dan komunikasi. Era digital memang mengubah banyak hal. Seiring dengan kemudahan yang ditawarkan, ada harga yang harus dibayarkan. Kebebasan, termasuk di dalamnya. Buku ini mengajak pembaca memahami fenomena yang sedang berlangsung dalam hidup umat manusia terkait dengan maraknya digitalisasi. Kisah yang disampaikan sangat relate dengan pembaca. Membaca buku ini bukan hanya menghibur, melainkan juga memperkaya wawasan dan memperdalam kesadaran.

– Testimoni –

Iqbal adalah salah seorang komentator sosial paling menyenangkan sekaligus menjengkelkan saat ini. Kita senang dengan gaya tulisannya yang jenaka, tapi juga jengkel karena kritiknya tentang ironi masyarakat digital, kok, banyak benarnya.

Nezar Patria wartawan senior

Berakrobat dengan diksi dan gagasan, serta dari sudut pandang yang tak biasa, IAD (Iqbal Aji Daryono) mengalirkan cerita sederas aliran kali Ciliwung di musim hujan. Meliuk-liuk, kadang dalam, sesekali dangkal, tapi konsisten merontokkan sekat sumbatan kaku berkomunikasi pada era digital, IAD sukses menjadi episentrum perbincangam ragam karakter di media sosial tanpa syarat.

Teguh Arifiyadi “pengendali tata kelola internet”, Kementerian Kominfo RI

 

Iqbal Aji Daryono adalah jembatan dari dunia gagasan ke dunia ‘media baru’. Ide-ide besar yang lahir dari renungan serius, bisa dia sajikan dengan cara yang sangat renyah. Tulisannya membuat orang yang malas baca pun mau membaca. Dia seperti pengasuh yang bisa membujuk anak yang malas makan agar mau makan. Buku ini membuktikan hal itu sekali lagi.

Abdul Gaffar Karimpengamat politik Universitas Gadjah Mada

 

Dalam buku ini, Iqbal membawa kita dalam pengalaman yang cukup personal dan sehari-hari, tapi menyentil. Secara nakal dan terkadang komikal, kita diajak berefleksi tentang arsitektur kehidupan masa kini yang lebih banyak mempertemukan orang dalam ruang-ruang jagat maya dan digital.

Irham Nur AnshariDosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada
© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta