Rumah seharusnya adalah tempat ternyaman untuk kita tinggal

#Kembali ke Rumah

Pagi itu sekitar awal 2000-an saya berjalan menembus selaput kabut dingin kota Bandung menuju Cianjur. Kendaraan yang saya tumpangi merangkak pelan, terutama ketika melewati pegunungan kapur di sekitar Citatah. Deru kendaraan bertonase besar seperti raksasa dari zaman megalitikum; gigantic, perkasa sekaligus purba. Dalam helaan napasnya yang berat roda industri ini telah memangkas bebatuan kapur demi menjadi keramik di rumah-rumah kita.
“Cianjurnya sebelah mana, Mas? “
Pak Agus, driver kantor mengingatkan saya dari lamunan.
Dengan cekatan saya membuka sebuah notes kecil, sebuah vila di sebelah kanan jalan. Tak jauh dari puncak.

Mengingat kembali hari ini, saya sudah lupa persisnya di mana, tapi pagi itu saya akan bertemu tokoh di balik karakter serial TVRI yang akan mengubah hidup saya.
Bagi yang lahir di penghujung 1970an, nama Ali Shahab mungkin tidak semua kenal. Akan tetapi dalam benak anak ingusan menjelang belasan, hampir tidak ada yang tak kenal Sangaji. Kecerdasan anak penjaja koran ini begitu magis. Dengan singkat Sangaji memberangus setiap lawan Cerdas Cermat. Ini adalah permainan ketangkasan yang bertumpu pada wawasan dan ilmu. Pada masa ketika semua hal belum bisa di Google, kita mengandalkan pohon informasi cetak yang berbuah pengetahuan.

Ali Shahab, sutradara yang saya bayangkan seperti aktor Hamid Arif yang tinggi besar dan gagah, rupanya seorang pria rendah hati dengan profil orang Indonesia pada umumnya. Namun, mimpinya luar biasa besar. Saya kira Ali Shahab ini adalah satu di antara sedikit orang yang belajar film sampai ke Amerika ketika itu. Tak heran, jika cerita, karakter dan penokohan dalam Rumah Masa Depan begitu memikat. Setidaknya, SangAji adalah hero Saya, yang dengannya Saya melalui berbagai lomba agustusan di segmen Cerdas Cermat tingkat RT.

Dua puluh tahun kemudian, tepat 2 Desember 2023 di Senayan Park, Saya menjadi saksi lahirnya kembali Rumah Masa Depan dalam bentuk film layar lebar. Karakter-karakter dari masa lalu berlompatan kembali melalui adu akting memikat antara Widyawati, Laura Basuki dan Fedi Nuril serta sejumlah cast pendatang baru yang asyik, dan berkarakter. Saya hadir malam itu membawa oleh-oleh baru. Rumah Masa Depan berhasil menyajikan panggung bagi manusia modern yang rindu akan rumah. Dalam upaya kita untuk hidup, juga waras, rumah acap kali hanya menjadi tempat transit untuk segala emosi, beban, lelah, sesal, penderitaan, tempat sementara ketika kita bisa kembali berpura-pura kuat di tempat bekerja, dan dalam lingkungan di luar diri kita yang toksik. Barangkali kita semua telah salah melangkah, rumah adalah tempat terhangat untuk melebur semua emosi. Tempat kita menjahit semua luka, membasuh amarah dan menjadi manusia. Seperti kata Fedi Nuril dalam Gala malam tadi, “rumah seharusnya adalah tempat ternyaman untuk kita tinggal, “. Selamat pulang kembali ke rumah. Ia adalah rumah masa lalu dan hari ini. Ia adalah Rumah Masa Depan

Selamat untuk Mizan Productions dan Max Pictures. Akhir tahun ini kita akan memiliki film apik yang membawakan kehangatan untuk keluarga.

Salman,
CEO Mizan Productions

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta