Merawat Hewan Peliharaan Sebagai Aktivitas Montessori

Dalam metode pendidikan montessori, lingkungan menjadi salah satu komponen utama yang mendukung perkembangan anak. Montessori menekankan anak untuk bisa belajar dari alam dan memahami unsur kehidupan yang terlibat di dalamnya. Anak bisa mempelajari hal tersebut di lingkungan sekitar rumah, salah satunya melalui hewan peliharaan. Berikut ini beberapa manfaat dari hewan peliharaan bagi anak, sebagai sebuah aktivitas pembelajaran ala montessori.

Melatih Observasi

Anak-anak memiliki rasa penasaran yang besar. Mereka akan menunjukkan ketertarikan untuk memahami benda atau mahluk hidup yang ada di sekitarnya. Hewan peliharaan bisa menjadi pendukung latihan observasi si kecil. Selain anak bisa berinteraksi dengan aman, hewan peliharaan juga selalu berada di sekitar rumah sehingga anak bisa mengamati secara bertahap dan rutin. Hal ini bisa dimulai dengan pengamatan kecil, seperti mengamati bentuk dan warna hewan, serta suara yang mereka buat.

Melatih Tanggung Jawab

Jika anak sudah mengenal hewan peliharaan dan menunjukkan ketertarikan, biasanya mereka juga akan memiliki keinginan untuk ikut merawat hewan tersebut. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk melatih tanggung jawab anak. Misalnya anak diajari kapan seharusnya memberi hewan peliharaan makan dan minum tiap harinya, kapan mereka harus dimandikan, kapan mengajak mereka bermain atau berjalan-jalan keluar.

Hewan Peliharaan sebagai Pengenalan Sains

Lewat hewan peliharaan, anak bisa mengenal sains secara sederhana. Tanpa disadari, mereka sebetulnya sedang mempelajari teori dan konsep sains yang terdapat dalam buku-buku pelajaran. Misalnya dengan memelihara hewan, mereka bisa belajar tentang bagaimana mahluk hidup tumbuh dan berkembang biak ketika akhirnya hewan itu beranak-pinak.

Menumbuhkan Empati dan Kemanusiaan

Poin yang tak kalah penting dalam pendidikan adalah pembentukan karakter dalam diri anak. Dengan merawat hewan peliharaan, anak bisa memahami alam dan lingkungan sebagai sesuatu yang harus dijaga dan disayangi. Selain itu, mereka bisa  membentuk suatu ikatan yang bisa menumbuhkan rasa kepedulian terhadap mahluk lain. Jika nilai-nilai ini tertanam sejak dini, maka akan terbentuk karakter pribadi yang positif dalam diri anak dan akan terbawa hingga ia besar nanti.

 

Lalu, bagaimana jika di rumah tidak ada hewan peliharaan? Para orang tua tidak perlu khawatir. Anak-anak masih bisa belajar melalui lingkungan sekitar, asalkan kita mau ikut membimbing dan mendukung mereka.  Misalnya kita bisa mengajak anak memberi makan sekawanan burung ketika berjalan-jalan di taman sambil menjelaskan hal-hal yang menarik perhatian mereka. Tak hanya dengan hewan peliharaan, masih ada banyak ide aktivitas menarik lainnya dalam buku Montessori Play and Learn oleh Lesley Britton. Semuanya mudah untuk kita aplikasikan di rumah bersama si kecil. Yuk, segera baca bukunya!

Buku Montessori Play and Learn oleh Lesley Britton

mengoptimalkan perkembangan ank

Mengoptimalkan Perkembangan Anak: Mereka Butuh Bermain Bebas!

Orang tua yang peduli terhadap anak mereka pasti juga peduli terhadap perkembangannya. Namun, belum tentu semua dari mereka itu tahu cara mengoptimalkan perkembangan anak. Lebih parahnya lagi, mereka tak sadar bahwa cara pengasuhan mereka malah menghambat perkembangan anak.

Perkembangan anak yang dimaksud bukan hanya perkembangan dalam bidang akademis atau hard skills, melainkan juga soft skills, seperti kemampuan untuk percaya diri, mengatasi masalah, dan bersosialisasi. Mengoptimalkan perkembangan anak sebenarnya mudah saja. Sayangnya, banyak dari kita yang yang terlalu mencemaskan perkembangan dan kesejahteraan anak. Karena rasa cemas ini malah membuat banyak orang tua yang terlalu protektif terhadap anak. Melindungi anak memang perlu, tetapi terlalu protektif terhadap anak adalah boomerang bagi perkembangan anak. Orang tua yang terlalu protektif terhadap anak biasanya menggunakan metode helicopter parenting, dengan sadar atau tidak sadar.

 

Apa Itu Helicopter Parenting?

Helicopter parenting adalah gaya parenting yang terlalu fokus terhadap anak. Helicopter parents merupakan orang tua yang terlalu protektif, terlalu mengontrol, dan terlalu ikut campur terhadap urusan anak. Contoh dari perilaku tersebut adalah ikut membantu atau menangani masalah sepele yang sebenarnya anak-anak bisa selesaikan sendiri. Hellicopter parents juga selalu memonitor anak dan mengarahkan apa yang harus mereka lakukan sepanjang waktu.

 Hellicopter parents beranggapan bahwa mereka perlu untuk membantu dan mengontrol anak sepanjang waktu untuk memastikan perkembangan anak. Mereka menganggap bahwa masalah yang dihadapi anak hanya akan membuat anak menjadi tidak bahagia. Padahal, terlalu mencampuri atau terlibat dalam urusan anak hanya akan membuat anak sulit berkembang. Hal tersebut disebabkan anak tidak memiliki ruang untuk belajar dan tumbuh.

Ruang untuk berkembang pada dasarnya sangat penting untuk perkembangan anak. Ruang tersebut mengizinkan anak untuk mengasah soft skill mereka. Jessica Joelle dan Ibsen Dissing dalam bukunya yang berjudul The Danish Way of Parenting menjelaskan dampak buruk terhadap perkembangan anak dari cara pengasuhan yang terlalu mengekang. Sesuai judulnya, buku parenting yang satu ini mengambil sudut pandang dan cara pengasuhan orang Denmark. Dalam mengasuh anak, orang Denmark tidak terlalu mengontrol kegiatan anak. Sebaliknya, mereka lebih leluasa dalam memberikan ruang untuk anak berkembang. Ruang berkembang ini akan membantu anak untuk dapat mengasah soft skills dan bahkan hard skills mereka.

 

Helicopter Parenting Menghambat Kendali Internal Anak

Kendali internal sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Anak yang memiliki kendali internal sadar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup dan hal-hal yang terjadi pada mereka. Hal ini sangat diperlukan oleh semua orang sejak dini karena kendali internal berpengaruh terhadap proses perkembangan anak. Anak yang memiliki kendali internal akan memiliki rasa percaya diri bahwa mereka dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah dan kesulitan yang terjadi pada mereka. Hal ini akan membantu anak untuk memiliki fondasi kuat dalam kemandirian, rasa percaya diri, dan rasa mencintai diri sendiri.

Lawan dari kendali internal adalah kendali eksternal. Anak yang memiliki kendali eksternal percaya bahwa hidup mereka dikendalikan oleh faktor eksternal, seperti lingkungan dan nasib. Anak yang memiliki kendali eksternal akan lebih rentan mengalami kecemasan dan depresi. Hal tersebut disebabkan bahwa mereka percaya tidak dapat mengendalikan hidup mereka. Lebih parahnya, mereka tidak tahu apakah mereka dapat menyelesaikan masalah atau kesulitan yang mereka hadapi.

Hellicopter parenting menanamkan kendali eksternal pada anak. Ketika orang tua selalu menentukan apa yang terbaik untuk anak dan membantu anak dalam menyelesaikan masalah mereka, anak akan berpikir bahwa mereka tidak memiliki kendali atas hidupnya. Mereka merasa tidak memiiki kemampuan untuk menentukan apa yang baik untuk diri mereka sendiri. Mereka juga tidak memiliki kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah.

Terlebih lagi, rasa cemas dan depresi membuat anak sulit untuk berkembang. Contohnya, mereka enggan untuk mencoba hal baru. Padahal, dengan hal baru, anak dapat mencoba kemampuan baru yang menunjang perkembangannya.

 

Bermain Bebas Memberi Ruang bagi Perkembangan Anak

Jika kita ingin mengoptimalkan perkembangan anak, yang kita perlu lakukan adalah membiarkan anak untuk bermain bebas. Bermain di sini bukanlah bermain alat musik, olahraga, atau permainan yang sudah diatur sedemikian oleh orang dewasa. Bermain yang dimaksud adalah aktivitas anak untuk bebas memainkan permainannya sendiri baik bersama teman maupun seorang diri. Orang tua juga tidak perlu selalu mengawasi anak saat bermain. Biarkan anak mengambil kendali atas hidupnya sendiri. Jika kita merasa perlu membantu anak, pastikan bahwa anak benar-benar membutuhkan bantuan kita. Sederhana bukan?

Ketika bermain bebas, anak dapat membangun kendali internal karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap hidup mereka. Bermain bebas juga menjadi ruang untuk mencoba hal baru yang akan meningkatkan rasa percaya diri anak dan skills anak lainnya. Jika anak memiliki masalah dalam permainannya, memberinya kesempatan untuk mengatasi sendiri juga dapat mendorong kemampuan problem-solving dan rasa tanggung jawab mereka.

 

Menghilangkan Helicopter Parenting

Mengoptimalkan perkembangan anak memang sederhana. Hal yang sulit adalah untuk memberikan kepercayaan kepada anak. Sebagai orang tua, rasa khawatir terhadap kebahagiaan anak itu normal. Namun, orang tua juga harus belajar untuk mengurangi rasa khawatir tersebut dan berhenti untuk terlalu mengontrol hidup anak. Jika ingin anak kita berkembang, kita juga harus yakin bahwa mereka bisa berkembang bukan? Hellicopter parenting adalah bukti bahwa orang tua masih memiliki keraguan atas kemampuan anak untuk mengembangkan diri mereka sendiri.

Jika kita merasa kesulitan dalam mengurangi rasa cemas, kita dapat belajar dari ahli parenting seperti dengan membaca buku, artikel, maupun majalah. The Danish Way of Parenting yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka juga ditulis oleh ahli yang telah melakukan riset tentang metode pengasuhan ala orang Denmark. Buku The Danish Way of Parenting juga menjelaskan cara mengoptimalkan bermain bebas untuk menunjang perkembangan optimal anak.

Konsep Minimalis dalam Montessori

Metode montessori tidak saklek berbicara soal teori pengasuhan dan kurikulum pendidikan di ruang kelas belaka. Dalam montessori, lingkungan merupakan salah satu komponen penting  yang mempengaruhi tumbuh kembang  anak.  Terdapat hubungan yang dinamis antara anak, orang dewasa, dan lingkungan. Tak terkecuali lingkungan rumah.  Oleh karena itu, montessori juga menekankan kita akan pentingnya strategi penataan lingkungan yang kondusif. Salah satu strateginya adalah melalui unsur minimalis.

Jika memperhatikan ruangan kelas montessori, kita bisa lihat bahwa penataannya dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan anak. Rumah sebagai tempat utama berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga pun sebetulnya bisa disulap menjadi lingkungan yang kondusif.  Berikut ini beberapa prinsip minimalis dalam penataan ruangan ala montessori dari buku The Montessori Toddler karya Simone Davies.

Kesederhanaan

Memiliki anak, apalagi yang masih berusia dini seringkali menjadi kendala dalam menata rumah. Alasannya, anak usia dini memiliki banyak kebutuhan. Mulai dari baju, mainan, alat makan,  sampai perangkat belajar seperti alat tulis dan sarana aktivitas anak. Padahal dalam montessori, kesederhanaan merupakan salah satu kunci. Alih-alih menyediakan banyak barang, orang tua cukup memajang beberapa sarana aktivitas anak saja. Dengan begitu anak-anak akan terlatih fokusnya dalam menguasai kegiatan tertentu dalam satu waktu.

Kerapian dan keteraturan

Konsep minimalis menekankan keteraturan. Metode montessori pun senantiasa mendukung hal tersebut melalui aktivitas pendukung sensorik dan motorik anak. Itulah kenapa di kelas-kelas montessori perangkat belajarnya tersimpan rapi di nampan atau rak khusus. Lewat hal ini kita bisa mengajarkan anak di mana suatu benda harusnya berada. Sebuah penanaman kebiasaan baik yang bisa kita mulai sejak dini di rumah.

Kebersihan

Konsep minimalis sangat khas dengan rutinitas berbenah dan tampilan yang bersih. Dalam metode montessori, anak-anak juga dikenalkan dengan kebersihan melalui aktivitas mandiri seperti menyapu dan membersihkan debu. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun koordinasi, konsentrasi, dan kemandirian mereka.

 

Nah, bagi para orang tua yang memiliki anak usia dini dan tertarik untuk menata rumahnya secara minimalis, tak perlu bingung kan. Ternyata kita bisa menerapkan konsep minimalis lewat metode montessori. Masih ada banyak tip lainnya seputar penerapan montessori di rumah dalam buku The Montessori Toddler karya Simone Davies yang tersedia di Mizanstore loh. Segera dapatkan bukunya ya!

Montessori Toddler oleh Simone Davies

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta