Novelnya Terbit, Sujiwo Tejo Berterimakasih pada Bangsa Indonesia
Hari ini (24/3), rakyat Republik Jancukers patut berbahagia. Pasalnya, Presiden mereka yang juga dalang, penulis, sekaligus seniman edan, Sujiwo Tejo, merilis buku terbarunya, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Momen ini menjadi spesial karena untuk pertama kalinya, Sujiwo menerbitkan novel grafis bermusik pertamanya. Disebut novel grafis lantaran bukunya berisi ratusan lukisan Sujiwo. Esensinya, mengusung ilustrasi, namun tetap menekankan kepada kata-kata. Lagi, disebut bermusik, sebab buku ini disertai sembilan lagu yang khusus diciptakan dan diproduksi Sujiwo bersama timnya untuk menjadi pengiring saat dibaca.
“Terima kasih pada bangsa Indonesia yang telah menyambut hangat terbitnya novel-grafis-bermusik pertamaku,” kata Sujiwo.
Novel grafis bermusik ini sendiri merupakan sebuah awal dari trilogi cerita pewayangan modern. Bercerita tentang perjalanan Sumantri yang mengabdi kepada rajanya, dan di setiap langkahnya selalu diiringi kecintaan adiknya yang raksasa, Sukasrana. Sumantri diutus rajanya, Arjuna Sasrabahu, untuk merebut Dewi Citrawati dari Magada, dan membawanya ke Maespati. Namun, setelah berhasil mengalahkan Prabu Darma Wisesa dan memboyong Citrawati, Sumantri justru berbalik mencintai Citrawati, pun sebaliknya. Terjadi peperangan yang hebat antara Suamantri dan rajanya sendiri. Di sinilah Sumantri menunjukkan dilematikanya atas persoalan cinta dan pengabdian. Semua itu Sujiwo rangkum dengan gaya berceritanya yang romantis, dalam, tapi juga nakal.
“Di timeline twitter saya, ada yang bangganya setengah mati bisa menunjukkan sebagai orang pertama yang membeli Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati, dan langsung mentoknya saya. Di bio, dia bilang tinggal di Bandung. Padahal hari ini menurut penerbit Bentang Pustaka, buku saya baru ada di toko-toko buku di Jogja, Jateng dan Jakarta. Oh mungkin dia ke Jakarta naik kereta Supercepat,” cerita Sujiwo. “Di toko buku Gramedia Tamara malah ada yang main petak umpet dengan polisi melewati jalan tikus karena takut kehabisan buku di hari pertama. Ketakutannya patut dicontoh. Tapi soal keberaniannya pada polisi, jangan. Nanti nasibnya jadi kayak Sumantri di Serat Tripama ini. Dia berani ke rajanya demi cintanya terhadap perempuan titisan bidadari tercantik semesta raya: Dewi Citrawati,” katanya lagi.
“Akhirnya, demi bangsa dan negara saya ucapkan sekali lagi terima kasih atas hangatnya sambutan hari pertama terbitnya Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati,” pungkas Sujiwo.
Hari ini (24/3), rakyat Republik Jancukers patut berbahagia. Pasalnya, Presiden mereka yang juga dalang, penulis, sekaligus seniman edan, Sujiwo Tejo, merilis buku terbarunya, Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati. Momen ini menjadi spesial karena untuk pertama kalinya, Sujiwo menerbitkan novel grafis bermusik pertamanya. Disebut novel grafis lantaran bukunya berisi ratusan lukisan Sujiwo. Esensinya, mengusung ilustrasi, namun tetap menekankan kepada kata-kata. Lagi, disebut bermusik, sebab buku ini disertai sembilan lagu yang khusus diciptakan dan diproduksi Sujiwo bersama timnya untuk menjadi pengiring saat dibaca.
“Terima kasih pada bangsa Indonesia yang telah menyambut hangat terbitnya novel-grafis-bermusik pertamaku,” kata Sujiwo.
Novel grafis bermusik ini sendiri merupakan sebuah awal dari trilogi cerita pewayangan modern. Bercerita tentang perjalanan Sumantri yang mengabdi kepada rajanya, dan di setiap langkahnya selalu diiringi kecintaan adiknya yang raksasa, Sukasrana. Sumantri diutus rajanya, Arjuna Sasrabahu, untuk merebut Dewi Citrawati dari Magada, dan membawanya ke Maespati. Namun, setelah berhasil mengalahkan Prabu Darma Wisesa dan memboyong Citrawati, Sumantri justru berbalik mencintai Citrawati, pun sebaliknya. Terjadi peperangan yang hebat antara Suamantri dan rajanya sendiri. Di sinilah Sumantri menunjukkan dilematikanya atas persoalan cinta dan pengabdian. Semua itu Sujiwo rangkum dengan gaya berceritanya yang romantis, dalam, tapi juga nakal.
“Di timeline twitter saya, ada yang bangganya setengah mati bisa menunjukkan sebagai orang pertama yang membeli Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati, dan langsung mentoknya saya. Di bio, dia bilang tinggal di Bandung. Padahal hari ini menurut penerbit Bentang Pustaka, buku saya baru ada di toko-toko buku di Jogja, Jateng dan Jakarta. Oh mungkin dia ke Jakarta naik kereta Supercepat,” cerita Sujiwo. “Di toko buku Gramedia Tamara malah ada yang main petak umpet dengan polisi melewati jalan tikus karena takut kehabisan buku di hari pertama. Ketakutannya patut dicontoh. Tapi soal keberaniannya pada polisi, jangan. Nanti nasibnya jadi kayak Sumantri di Serat Tripama ini. Dia berani ke rajanya demi cintanya terhadap perempuan titisan bidadari tercantik semesta raya: Dewi Citrawati,” katanya lagi.
“Akhirnya, demi bangsa dan negara saya ucapkan sekali lagi terima kasih atas hangatnya sambutan hari pertama terbitnya Serat Tripama: Gugur Cinta di Maespati,” pungkas Sujiwo.
Fitria Farisabentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!