dewasa dan sebuah fase kehidupan

Membaca Kehidupan dengan Almustafa

Semakin dewasa, kehidupan manusia pun semakin kompleks. Ada kewajiban baru, rasa baru, bahkan pemikiran-pemikiran yang terus-menerus terbarukan. Tingkatan kompleksitas dalam hidup manusia sering kali membuat manusia itu kesulitan memahami dirinya sendiri. Persoalan jati diri, kemauan, dan kewajiban seolah saling tumpang tindih dan meminta untuk segera dituntaskan. Banyak pertanyaan yang tidak jarang hinggap di benak. Alih-alih menjawabnya dengan penjelasan yang tuntas, kita sebagai manusia justru menjawab dengan pertanyaan baru yang justru tidak menemukan jawabannya.

Persoalan Kehidupan Diri

Dimulai dari konflik internal manusia, seperti halnya akal dan pikiran. Hal-hal yang senantiasa lekat dengan kebiasaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang bisa jadi tidak bisa dilepaskan dari identitas diri masing-masing orang. Lebih jauh sedikit, membicarakan perihal hubungan antarsesama, terhadap keluarga, orang yang dicintai, serta orang-orang yang kita anggap teman dan kerabat. Persoalan manusia yang tidak pernah berujung lainnya adalah hubungan dengan manusia lain yang meliputi kecocokan, bersinggungan, dan perasaan lainnya.

Di kehidupan dewasa pula, manusia akan memiliki satu rutinitas baru yang disebut pekerjaan. Rasa bosan akibat siklus tersebut mungkin pernah menjadi persoalan di benak kita. Untuk apa pekerjaan ini? apakah cocok untukku? Dan berbagai tanda tanya lain yang kadang diakhiri dengan kepasrahan sebagai jawabannya. Ketika sampai pada kasus ini, serangkaian fakta-fakta ekonomi memaksa kita untuk tetap terjun dalam bidang-bidang yang menimbulkan rasa tanpa aman dan nyaman. Pernahkan singgah di benakmu perihal gundah tersebut?

Dijawab dengan Keindahan Kata

Merangkum seluruh kegelisahan manusia dewasa dengan satu kepadatan karya yang luar biasa. Kahlil Gibran menjawab serangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan penuh kedamaian dan sarat akan cinta kasih yang kelembutan sebagai manusia. Manusia dengan segala hubungan yang pernah dijalaninya terhadap siapa pun dan apa pun. Persoalan antarsesama menjadi lebih tulus dan murni. Persoalan pekerjaan dan kewajiban menjadi hal yang hadir beriringan dengan rasa keikhlasan.

intip juga keindahan kata danaspek  inspiratif dalam Almustafa melalui https://bentangpustaka.com/pemaknaan-pada-sebuah-perjalanan/

Manusia berkaca bahwa menjadi dewasa adalah cara yang tidak terlampau buruk dengan segenap jawaban dari Almustafa yang ditulis dalam karya Kahlil Gibran ini. Dengan membaca karya sastra dunia yang satu ini, kita pun membaca kehidupan yang sedang membentang di hadapan kita.

Pemaknaan pada Sebuah Perjalanan

Bagi beberapa orang, perjalanan adalah bagian dari pembelajaran kehidupan. Sebuah pasang surut yang terus terjadi adalah sarana orang-orang merefleksikan diri mereka. Dalam karyanya yang satu ini, Kahlil Gibran menuliskan terkait pemahaman dan pemaknaan dalam kehidupan. Perjalanan identik dengan menemukan, penemuan baru, mendapatkan perspektif baru, dan penerimaan. Karya kondang yang berjudul The Prophet telah dialihbahasakan oleh Sapardi Djoko Damono dengan judul Almustafa. Tentu tanpa mengubah isi cerita, hanya lebih menyorot pada sang tokoh Almustafa, sang tokoh utama, melakukan perjalanan panjang yang memberi pemaknaan pada hal-hal yang ditemui dan terjadi di dalam perjalannya tersebut.  Almustafa membungkus refleksi dan konsumsi rohani dengan kalimat-kalimat puitis dan diksi yang indah.

Refleksi untuk Kualitas Diri

Sejatinya setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah perjalanan itu sendiri. Buku-buku yang mengantarkan pada satu permasalahan ke permasalahan lainnya, atau perjalanan ke perjalanan lainnya membawa pembaca dalam interpretasi yang begitu luas. Seolah mendayung melampaui dua pulau, Almustafa mampu berperan sebagai perjalanan dalam sebuah buku, sekaligus buku yang mengusung penafsiran tentang perjalanan kehidupan. Sebuah paket kombo untuk self-help bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas diri dari buku yang mengusung topik konflik kehidupan. Kahlil Gibran dengan khas yang tidak menghakimi dan terlalu menggurui para pembacanya. Almustafa sebagai perpanjangan tangan untuk menyampaikan nilai moral pada kisah-kisah yang diusungnya. Segala penemuan dan perspektif yang bertolak belakang, dihadirkan sebagai media refleksi dan cermin untuk berkaca pada yang telah lalu.

The Prophet telah mengantarkan pembaca pada sebuah pemahaman tentang kehidupan dengan lebih menyenangkan. Almustafa tidak menempatkan dirinya sebagai mahatahu yang menyebalkan. Kahlil Gibran menjadikan tokoh utamanya ini sebagai figur yang membumi dan penuh pengertian. Sebab itulah, karya yang nyaris berusia seratus tahun ini telah menarik perhatian para pembaca dari seluruh dunia dan terus memberi nilai kehidupan dengan diksi-diksi yang indah. Almustafa bisa menjadi rekomendasi bacaan pada krisis-krisis kedirian, juga sebagai pembaruan refleksi diri yang sederhana tetapi berdampak besar.

Dapatkan buku Almustafa: di https://mizanstore.com/al_mustafa_republish_70454

 

dalam perjalanan, manusia menemukan pemaknaan dan kebijaksanaan

Kebijaksanaan dalam Sebuah Perjalanan Panjang

Banyak sekali makna kebijaksanaan. Dalam setiap hidup manusia, mereka menemukan pembentukan kebijaksanaannya sendiri. Beberapa lahir dari hasil kepasrahan, beberapa lainnya hadir karena suatu badai dalam hidup mereka. sisanya mungkin menemukan tanpa interpretasi apa-apa, alias muncul begitu saja. Tidak sedikit pula yang seolah memilikinya sejak kemunculan mereka di bumi. Dan menebarkannya pada sesama. Seperti yang dilakukan “Nabi” dalam buku ini. Seorang manusia yang digambarkan dengan kebijakan seutuhnya. Seorang tokoh ini, dilahirkan oleh Kahlil dengan komponen yang dibutuhkan oleh manusia kebanyakan: hidup yang penuh dengan rasa lapang.

Dari kelapangan, manusia mempersembahkan kebijaksanaan untuk hidupnya sendiri. Almustafa menebar banyak petuah bijak. Menebarkannya sebagai suatu media refleksi, dan sebuah kaca pada diri sendiri. Tidak mudah menjadi seseorang yang mempertanyakan banyak hal pada hidup, dan menjawabnya dengan pikiran yang positif dan penuh ketenangan. Di samping mampu menjawab segala tanda tanya yang dihadirkan oleh kehidupan, Kahlil Gibran masih dapat merangkai dan membungkus jawabannya dengan keindahan kata.

Sebuah Bacaan Penuh Ketenangan

Barangkali memang kehidupan tidak pernah memberikan ketenangan seterusnya. Silih berganti rasa kalut dan ketidakstabilan menampakkan diri dalam kehidupan manusia. Segala rasa marah tidak jarang menjadi suatu pegangan saat segalanya tidak berjalan baik. Namun, sudah pasti bukan itu tujuan dari kehidupan. Hidup seperti bahtera, seperti yang dihadirkan Kahlil Gibran dalam tulisannya yang mendunia ini. Pada sebuah perjalanan panjang dengan kapan di laut yang begitu luas, Kahlil Gibran memperumpakaan hidup dengan segala pasang surutnya. Di dalamnya, dimunculkan banyak tanda tanya yang bisa jadi tebesit dalam pikiran manusia yang sedang kebingungan dengan arah kehidupan.

Kahlil Gibran membungkus kehidupan dalam bentuk tulisan yang penuh keindahan. Sastrawan asal Lebanon ini menuliskan petuah tanpa menjadikannya menjadi tulisan yang menggurui dan membosankan. Kahlil Gibran tidak sedang menempatkan dirinya sebagai Sang Maha Tau. Meletakkan tokoh Almustafa dalam bukunya ini, ia sedang membangun cermin diri bagi para pembacanya. Sebuah media refleksi, dalam sebuah petualangan panjang Almustafa menemui pasang dan surut.

Baca juga https://www.bbc.com/news/magazine-17997163

Jadilah Salah Satu Pembaca

Almustafa karya Kahlil Gibran ini dapat disebut sebagai sebuah buku penuh rasa aman dan tenang. Pada bulan April ini akan terbit kembali, dengan rasa yang tidak berubah. Tanpa mengurangi esensi yang berusaha dihadirkan Kahlil Gibran dalam setiap perjalanan dan makna-makna kehidupan yang ditemukannya, bacaan ini mampu menjadi inspirasi.

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta