Jl. Pesanggrahan No.8 RT/RW : 04/36, Sanggrahan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, 55584.
Melacak Pemikiran David Harvey
Tentang Kontradiksi Internal Kapitalisme
Yang Mengakibatkan Semakin Lebarnya Ketimpangan Sosial Dan Kemiskinan
Buku ini membahas tentang kapitalisme dan kontradiksi internal yang dikandungnya. Pemikiran mengenai kontradiksi internal modal sebenarnya telah lama diangkat oleh Karl Marx, yang mengatakan kapitalisme mengandung kontradiksi internal dan bergerak menuju kehancuran. Kapitalisme juga dianggap telah mengakibatkan semakin melebarnya ketimpangan sosial, khususnya dalam empat puluh tahun terakhir. Namun, kita melihat bagaimana ramalan Marx tidak terbukti, setidaknya hingga saat ini karena kapitalisme tetap bertahan dan mengatasi kontradiksi yang dikandungnya.
Setelah krisis global pada 2008 yang menimbulkan problem ekonomi di negara-negara industri maju, pertanyaan tentang masa depan kapitalisme semakin mengemuka. Sejak 1970, kapitalisme didera berbagai krisis yang rentang waktunya semakin dekat dan penyelesaiannya semakin lama. Krisis 2008 memberikan pelajaran betapa pasar bebas, yang menjadi ciri kapitalisme, belum mampu memenuhi janjinya untuk membawa kesejahteraan. Di sisi lain, kapitalisme justru membawa berbagai problem, mulai dari ketimpangan yang semakin melebar hingga krisis alam dan lingkungan hidup.
Belum lagi pulih dari deraan krisis global 2008, ekonomi dunia kembali menghadapi ujian berupa pandemi Covid-19. Pandemi menjadi ujian besar bagi kapitalisme karena gerak komoditas dan arus modal, yang menjadi karakter penting bagi berlangsungnya kehidupan kapitalisme, harus menghadapi pembatasan hingga penutupan gerak (lockdown). Arus modal berhenti berputar, melambat, dan pada gilirannya membawa perekonomian global ke jurang resesi. Lalu, bagaimana masa depan kapitalisme? Menghadapi berbagai tegangan tersebut, buku ini berupaya membedah lebih dalam mengenai sifat modal yang menjadi karakter penting kapitalisme. Dengan memahami sifat modal, kita akan mengetahui bagaimana kapitalisme bekerja dan bagaimana ia mampu bertahan selama puluhan tahun.
Tentang Penulis
Junanto Herdiawan bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, berlokasi di Jakarta. Sebelumnya, Junanto adalah Kepala Bank Indonesia Fintech Office (Nov 2016 – Jan 2018), Kepala Divisi Strategi Komunikasi di Departemen Komunikasi (Jan 2015-Nov 2016), dan Kepala Divisi Ekonomi di BI Surabaya, Jawa Timur (Jan 2013- Jan 2015). Junanto juga pernah bertugas sebagai ekonom senior di Kantor Perwakilan BI Tokyo, Jepang (2010-2013).
Junanto meraih gelar Doktor di bidang Filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta (2021). Gelar Master of Art (MA) di bidang Ekonomi diperolehnya dari Leeds University, UK, pada tahun 2000, dan gelar Sarjana Ekonomi (SE) diperoleh dari Universitas Trisakti, Jakarta (1994). Junanto juga memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang berbau traveling dan kekayaan kuliner.
Junanto secara rutin menuliskan pemikirannya tentang berbagai hal di media cetak, blog personal, ataupun blog komunitas. Menulis beberapa buku tentang pengalaman perjalanan dan budaya. Junanto juga dikenal sebagai Flying Traveler di akun instagramnya @junantoherdiawan. Junanto meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi dan tingkat kebahagiaan di suatu negara adalah hasil dari sebuah proses yang kompleks. Proses itu bukan semata hanya soal angka-angka atau indikator ekonomi saja, tapi juga terkait dengan sejarah, budaya, sosial, termasuk pula pemahaman akan kekayaan sumber daya suatu negara. Oleh karena itu, ia gemar membagi berbagai pengalaman dan pemikirannya pada orang lain, termasuk pengalaman kehidupan, traveling, kuliner. Tujuannya adalah berkontribusi untuk membuat masyarakat lebih bahagia.