Huru-Hara di Balik Produksi The Dragon’s Promise

Selamat datang di Jurnal Editor Belia episode pertama! Berhubung sekuel novel Six Crimson Cranes yang berjudul The Dragon’s Promise dijadwalkan terbit Juni, sahabatku yang biasa kalian panggil Minbel itu berbisik, “Bikin tulisan behind the scene buku The Dragon’s Promise, dong.” 

Sebagai editor yang baik, apa lagi yang bisa kulakukan selain mengabulkan bisikan itu? Hahaha. Tentu langsung kusetujui pada hari yang sama. Plus, aku sendiri sudah nggak sabar untuk berbagi keseruan petualangan Shiori dan Seryu di The Dragon’s Promise. Minbel mengajukan special request untuk menulis seputar huru-hara proses produksinya. Masalahnya, nggak ada. 

Keriuhan di Belakang Layar

Iya, nggak ada huru-hara yang bikin sakit kepala dalam proses produksi The Dragon’s Promise selain keberhasilan Mas Sulton dalam memvisualisasikan Seryu versi naga. Megah, agung, berwibawa, sekaligus menyeramkan, semuanya tergambar dengan jelas di sampul bukunya. Dunia berhenti berputar waktu sketsanya kuterima. (Lebay). Hahahaha. Kaget, sih. Kaget banget karena Seryu versi naga yang ada di sampul itu mirip sama apa yang ada di kepalaku ketika proses penyuntingan berjalan. 

Proses Produksi Buku

Omong-omong soal proses penyuntingan, aku dan Kurnia (Asisten Editor Bentang Belia) nggak menemui kendala besar. Terjemahan Kak Reni Indardini, yang juga menerjemahkan Six Crimson Cranes, sudah cukup luwes dan enak dibaca. Proses proofing yang dilakukan oleh Kak Yandi dan Kak Dwi pun berjalan mulus. Ada beberapa catatan minor yang keduanya sisipkan untuk aku cek kembali berdasarkan konteks. Setelahnya, naskah itu kami lempar kepada Mas Musthofa dan Mas Rio untuk penataan letak. Keduanya melibatkan Fizrul untuk mempercantik tampilan dengan menambahkan ilustrasi pembuka bab. 

Proses penataan letak pun nggak memakan waktu lama. Aku menerima naskah yang sudah ditata dalam waktu kurang dari seminggu. Kak Dwi kembali membantuku untuk memeriksa naskah, menandai beberapa spasi yang terlalu renggang, menandai huruf yang hilang karena proses tata letak, juga memeriksa bagian credit. Kami memastikan semua orang yang terlibat dalam proses produksi mendapatkan haknya, menuliskan namanya di bagian yang sudah disediakan. Penting, ya! Ayo, jangan lupa baca halaman credit untuk mengapresiasi insan perbukuan. Hihihihi. 

Persetujuan Agen untuk Naskah Asing

Setelah isi dan sampulnya selesai dikerjakan, tentu kami harus menerima persetujuan penerbit asal dan penulis aslinya. Kami menghubungi Elizabeth Lim melalui agen untuk mendapatkan approval. Beruntungnya, approval naskah dan sampul datang dalam waktu kurang dari seminggu (lagi). That’s why, aku cukup kebingungan waktu Minbel request artikel tentang huru-hara. Alhamdulillah, puji syukur, terima kasih Tuhan, kami diberi kelancaran dalam proses produksi buku The Dragon’s Promise versi bahasa Indonesia. 

Saat menulis Jurnal Editor Belia episode ini, sampel naskahnya ada di sebelah kananku, siap masuk ke percetakan dalam waktu kurang dari dua hari. Itu artinya, The Dragon’s Promise akan siap meluncur ke pelukanmu dalam waktu kurang dari satu bulan! Ah, senangnya! 

Kenapa Harus Ikut Pre-Order The Dragon’s Promise

Jangan lupa, ramaikan pre-order The Dragon’s Promise, ya. Akan kubagikan satu buku The Dragon’s Promise edisi spesial. Yes, edisi painted edge yang bekerja sama dengan Kak Nara dari Yatranagata Studio. Syaratnya cukup ikut pre-order dan follow semua akun sosial media Bentang Belia.