Dari Kahlil Gibran: Sastra Sang Nabi Untuk Dunia

The Prophet (Sang Nabi/Almustafa) menjadi salah satu sastra besar di dunia, mengikuti ketenaran yang telah melekat pada sosok Kahlil Gibran. Kahlil Gibran dikenal sebagai maestro yang menghasilkan serangkaian karya yang romantis dan melankolis. Menyadur dari kehidupan dan kisah cintanya, beliau melahirkan karya yang tragis, dan memberi banyak hal inspiratif. Kahlil Gibran menghembuskan karsanya yang kemudian terkemas dalam satu judul: The Prophet. Kahlil Gibran menghidupkan tokoh bernama Al-Mustofa dalam bukunya ini. The Prophet menjadi karya Kahlil Gibran pendobrak—barangkali pula sebagai penguat dari stereotip tersebut. Melalui konflik yang ada pada kehidupannya, penulis merefleksikannya menjadi petuah sekaligus media meditasi spiritual.  Terbit pertama kali pada tahun 1923 tidak mengurangi eksistensi karya ini di mata para pembaca di seluruh dunia.

Sastra Kahlil Gibran

Buku The Prophet telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa. Selain itu pula menjadi karya ranah public, dan beberapa di antaranya telah memiliki penyesuaian dan interpretasi baru, meski tidak mengubah isi cerita sesuai yang telah dituliskan Kahlil Gibran. Dengan interpretasi-interpretasi tersebut, masyarakat umum mampu meleburkan –pemaknaan buku tersebut sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing. Salah satunya adalah Al-Mustafa, terbitan Bentang yang akan hadir kembali dalam bentuk cover baru pada bulan Maret 2021. Mengubah judul menjadi suatu usaha untuk menghadirkan pendekatan masyarakat Indonesia dengan isi buku. Usaha untuk memberi interpretasi baru tanpa mengubah substansi karya.

Spiritualitas dalam Sastra Kahlil Gibran

Kahlil Gibran menembus batas perihal bahwa sastra sekadar mengandung nilai estetika. Pada tulisannya kali ini, sastrawan Lebanon ini menghadirkan lebih dari estetika, nilai-nilai sosial dan inspiratif. Menghadirukan tokoh nabi dalah kisah ini menjadi sesuatu ikon dan tanda bagi nilai-nilai moral yang disampaikan kepada pembacanya. Identitas tokoh Al-Mustafa sebagai seorang nabi mampu menghadirukan sesuatu yang lebih valid untuk menggambarkan nilai-nilai spiritual dalam setiap potongan-potongan perjalannya.

Baca juga: Almustafa: Kisah Kenabian Penuh Manfaat

Seseorang yang dikisahkan telah mendiami sebuah kota yakni Orphalese dalam waktu hingga 12 tahun dan hendak menaiki kapal yang akan membawanya pulang. Dalam perjalanannya tersebut Al-Mustafa banyak memberikan dan menerangkan petuah. Petuah tersebut menjadikan buku tersebut digolongkan menjadi bab-bab yang berhubungan dengan persoalan cinta, pernikahan, anak-anak, pemberian atau hadiah, makan minum, pekerjaan, suka dan duka, perumahan-perumahan, pakaian-pakaian, jual beli, kriminalitas atau kejahatan beserta ganjarannya, peraturan-peraturan, keterusterangan, akal budi, hasrat atau keinginan besar, rasa penderitaan, pengenalan akan diri sendiri, kegiatan pembelajaran dan pengajaran, jalinan pertemanan, perbuatan baik dan buruk, persembahyangan, kepelesiran atau kesenangan, keindahan, agama dan kematian. Menghadirkan hal-hal yang lekat pada kehidupan sehari-hari dengan bungkus diksi yang sarat akan nilai estetika tetap menjadi karya yang khas ala Kahlil Gibran. Al-Mustafa mampu menjadi opsi sebagai bacaan pembangkit kembali kebutuhan moralitas dan inspirasi dalam diri.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta