religi bukan perawan maria

Bukan Perawan Maria: Rekonstruksi Impresi Religi

Bukan Perawan Maria

Bukan Perawan Maria adalah salah satu karya religi dari Feby Indirani yang baru saja terbit. Salah satu hal yang mengikuti kelahiran anak rohani miliki cerpenis satu ini adalah bahwa kisahnya diusung dari kehidupan sosial yang begitu dekat di masyarakat. Persoalan religi selalu menjadi hal yang sensitif di beberapa kalangan. Bahkan beberapa kalangan memilih untuk menjadikannya sebagai poin utama dalam kehidupan, sehingga tidak jarang menimbulkan gesekan dengan pihak lainnya. Dari sinilah Bukan Perawan Maria dituliskan sebagai suatu loop yang memperbesar suatu peristiwa di lingkungan sosial yang sering kali dianggap sepele.

Menjadi suatu kisah yang mengusung topik yang memicu sentimen berarti teguh dalam penyampaian substansi. Dalam artian, kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini tidak hadir tanpa tujuan, tapi justru memiliki fungsinya sendiri. Feby Indirani berupaya menghadirkan kritik sosial yang bersifat umum dan dan dapat dinikmati sebagai suatu penghiburan juga. Dari keinginannya menghadirkan kritik yang tetap menggelitik, Feby menciptakan ruang kosong dalam cerita pendeknya untuk tetap memberi kenyamanan dalam proses pembacaan pembacanya.

(Baca juga artikel terkait Satir Religi Kesayangan Para Pembaca.)

Meski mengusung topik yang dianggap begitu sensitif di beberapa kalangan, Feby Indirani mengharapkan Bukan Perawan Maria tetap menghadirkan keresahan dalam bentu yang ramah Caranya mungkin berhasil melalui bentuk kisahnya yang dibuat dengan gaya bahasa yang ringan dan satir sehingga kumpulan cerpen ini tetap ditujukan sebagai fungsinya yang mengkritisi kondisi sosial—khususnya dalam bidang religi.

Merekonstruksi Pemahaman Religi Bukan Perawan Maria

Kamu bisa mendapatkan bukunya di sini, dan segera membaca karya Feby Indirani yang penuh insight dan nilai-nilai reflektif. Dengan sekumpulan cerpen dalam Bukan Perawan Maria, pembaca bisa mendapatkan banyak sudut pandang yang berusaha dihadirkan. Tentunya bukan suatu hal yang sepele. Misalnya dalam memahami peranan agama dan proses penerimaan antarumat beragama yang kerap menjadi persinggungan. Dibahas dengan bahasa yang penuh welas asih dan penuh humor, kisah-kisah ini tetap tepat sasaran. Salah satu buku yang bisa masuk dalam daftar panjang bacaan yang direkomendasikan untuk kamu. Jangan lewatkan bacaan menarik yang satu ini.

Satir Religi

Satir Religi Kesayangan Para Pembaca

Banyak bacaan yang bisa merebut perhatian pembaca, termasuk buku satir religi seperti kumpulan cerpen Bukan Perawan Maria. Buku adalah salah satu karya Feby Indirani yang terbit di Bentang Pustaka pada April 2021. Keunikan yang ditawarkan oleh kumpulan cerita pendek tersebut membuat Bukan Perawan Maria ramai diperbincangkan oleh para pembaca buku di Indonesia.  Bahkan tidak hanya di Indonesia, prestasi buku ini telah sampai di beberapa negara karena kekayaan isi dan cara penuturan kisahnya. Kamu bisa mengintip eksistensi Bukan Perawan Maria di sini. Isu-isu kegamaan yang selama ini selalu menjadi tabu untuk dikritisi menjadi sesuatu yang dibahas habis-habisan sebagai plot di dalamnya.

Isu-Isu Sensitif

Satir ReligiTopik perihal agama dan kepercayaan di Indonesia tidak jarang menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Isu-isu religi yang selalu menjadi topik tabu untuk diungkit tidak membuat Feby Indirany gentar untuk mengangkatnya sebagai pokok permasalahan cerpen-cerpennya. Feby Indirani tidak segan mengangkat topik religi dengan diimbuhi kritik yang bernilai satire. Novel satire religi ini banyak mengkritisi habit agamis yang kerap diberlakukan di Indonesia. Pola pikir yang menjamur di Indonesia terkait kehidupan beragama tidak ketinggalan, Feby Indirani juga memainkan sindiran halus yang dikemas sebagai lelucon sederhana yang masih tepat sasaran.

Topik-topik yang tidak biasa itu yang menjadi nilai lebih dari buku satire religi ini. Selain karena gaya naratif yang dituliskan oleh Feby Indirani, topik dihadirkan dengan begitu sederhana. Dalam artian, meski diacu dari kondisi yang nyata sesuai yang ditemuinya di kehidupan sehari-hari, pembahasan topik religi tidak memberatkan pembaca. Penerimaan pembaca menjadi begitu mudah dan tetap tepat sasaran. Hal ini memberikan atensi yang cukup dari mulut ke mulut untuk menyebarkan buku Bukan Perawan Maria sebagai rekomendasi bacaan masyarakat di Indonesia.

Satir Religi yang Rekomen

Bukan Perawan Maria dapat disebut sebagai salah satu buku dengan pemikiran yang segar. Isu sosial yang dibahas tergolong baru. Hal ini dikarenakan gebrakan ini tidak banyak dilakukan penulis-penulis lain. Menghabiskan waktu dengan buku satir religi ini bisa menjadi media untuk berefleksi sekaligus mencari hiburan. Untukmu yang sudah penasaran dengan kisahnya, bisa mampir di sini untuk pemesanannya.

Kritik dalam Balutan Keindahan Sastrawi

Pernah kan, kamu mengutarakan suatu kritik dan mendapat respons yang justru menyerang pendapatmu? Barangkali itulah yang kerap dialami bagi kebanyakan orang. Kritik yang disampaikan justru dianggap sebagai ujaran kebencian atau konotasi buruk lainnya. Faktanya, kritik adalah bentuk respons dari suatu hal. Bentuknya bisa secara literer atau secara tersirat seperti karya-karya seni pada masa kini. Termasuk yang dilakukan oleh Feby Indirani yang melahirkan karyanya sebagai bentuk kritik sosial. Karya yang dituliskan Feby Indirani di antaranya adalah kumpulan cerita pendek bertajuk Memburu Muhammad dan Bukan Perawan Maria. Keduanya sama-sama menyuarakan pendapat Feby berdasarkan pengalamannya. Apakah itu?

 

Sastra dan Kritik

Dewasa ini, banyak ditemukan karya-karya sastra yang cukup vokal untuk menyuarakan pendapatnya ke khalayak. Salah satunya cerpen-cerpen yang dituliskan oleh Feby Indirani dengan pengalamannya, baik di lingkungan sosialnya atau hasil pengamatannya selama terjun ke dunia jurnalistik. Banyak hal yang membuatnya resah terutama dalam bidang religi di Indonesia. Menurutnya, ada beberapa hal yang tidak pada tempatnya. Sesuatu hal yang dianggapnya melebihi batas menjadi suatu hal dengan sistematis yang berjalan dan dipatuhi oleh masyarakat umum. Feby Indirani mencoba “melawan” sistem yang berlaku tersebut. Sayangnya, ujarannya dianggap tidak berdasar dan mengandung kebencian.

Sastra sebagai KritikDengan membungkus ujaran kritiknya dengan sastra, Feby Indirani mengharapkan suaranya terdengar. Melalui sastra, Feby tidak hanya mengutarakan kritik dan keresahannya. Dalam kumpulan cerita pendeknya tersebut, Feby Indirani menghadirkan ekspresinya dan segala bentuk respons terkait keagamaan di Indonesia. Menuliskan karyanya dalam bentuk fiksi satire tidak membuatnya dijegal dengan dalih tidak mendalami agama. Memburu Muhammad dan Bukan Perawan Maria adalah suaranya yang bebas sebagai masyarakat secara umum. Tanpa menghadirkan tulisan yang mengandung kebencian, Feby Indirani mengajak kita berefleksi melalui kumpulan cerpennya tersebut.

Selengkapnya tentang Feby Indirani bisa kamu akses di sini

 

Bentuk Baru untuk Diterima

Dengan sastra, pembaca mampu berkaca dan menafsirkan sendiri dengan berbasis pada pengalaman personalnya. Bentuk penerimaan yang diterima menjadi meluas, sehingga kritik sosial yang berusaha disampaikan tidak lagi perihal “keahlian beragama”, tetapi berupa karya implisit yang kaya akan makna. Penasaran dengan kisahnya? Dapatkan bukumu di sini.

Feby Indirani: Dari Dekat agar Lekat

Feby Indirani

Feby Indirani adalah seorang jurnalis dan penulis sejumlah buku fiksi dan nonfiksi. Belum lama ini, ia melahirkan anak rohaninya, yakni Memburu Muhammad dan Bukan Perawan Maria. menjadi seorang jurnalis membuat Feby Indirani melihat banyak peristiwa yang terjadi, seperti  halnya konflik-konflik di lingkungan sosial. Hal ini membuatnya menangkup kabar dan informasi menjadi narasi yang dihaturkannya kepada masyarakat umum. Tidak hanya berita, cerpen-cerpen yang dituliskannya mengandung unsur fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat luas. Secara umum, beberapa penulis sering kali menghadirkan tulisan yang dengan penyampaian makna yang begitu implisit. Namun tidak sedikit pula penulis menghadirkan makna yang eksplisit. Karya-karya yang cenderung berani dan eksplisit menjadikan Feby Indirani sebagai cerpenis satire.

Gaya tulis Feby Indirani yang unik ini membuatnya masuk ke dalam “5 Sastrawati dari 5 Zaman” (ditayangkan di YouTube Peta Sastra Indonesia, 6 Februari 2021 yang bisa kamu saksikan di sini). Pada tayangan tersebut, diperkenalkan lima generasi perempuan penulis sejak era R.A. Kartini. Novelis Ayu Utami menyebut Feby mewakili generasi pasca-reformasi. Sedangkan Indonesia Tatler menyebutnya sebagai satu dari empat perempuan penulis Indonesia terbaik pada 2019.

 

Feby Indirani dan Karya Reflektifnya

Setelah merebut perhatian pembaca di Indonesia, Bukan Perawan Maria juga memiliki popularitasnya di negara lain. Di Italia misalnya, pada 2019 Bukan Perawan Maria mendapat pujian kritikus sastra, media, dan pembaca di negara tersebut. Beberapa judul di dalam buku kumpulan cerpen tersebut bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan bisa diakses pada situs Haus der Indonesischen Kulturen. Selain itu juga terbit dalam bahasa Jepang, dalam antologi karya pengarang dari berbagai negara Muslim di seluruh dunia.

Pada satu karyanya yang berjudul Bukan Perawan Maria, Feby Indirani telah mendapat apresiasi publik nasional bahkan juga di kancah internasional. Hal tersebut dikarenakan tulisannya ini kritis terhadap penganut agama, tetapi menghadirkannya dengan humor dan kelembutan. Proses penulisannya tidak serta-merta sembarangan. Hasil pengamatan dan pengalamannya secara personal menghadirkan tulisan dengan permasalahan yang begitu dekat dengan para pembaca. Kedekatan itu menjadi suatu acuan bahwa cerpen-cerpen karya Feby Indirani menyuguhkan keresahan masyarakat luas yang relatif seragam.

Bukunya bisa kamu dapatkan di sini untuk menebus rasa penasaranmu.

 

© Copyright - Bentang Pustaka