Berani Keluar dari Zona Nyaman ala Ping

Kita pasti memiliki keinginan atau cita-cita yang ingin diraih di masa depan. Cita-cita tersebut bisa jadi beragam dan berbeda-beda tiap orang. Biasanya seseorang bercita-cita sesuai dengan kesukaannya atau hobinya. Akan tetapi, dalam meraih cita-cita, tentu diperlukan usaha yang besar pula. Tidak jarang ada banyak hambatan yang menyertai dalam proses meraih cita-cita tersebut. Salah satu hambatan tersulitnya adalah berani keluar dari zona nyaman.

Zona Nyaman Ping

Dalam novel Rapijali 2: Menjadi, Ping digambarkan sebagai seorang perempuan yang hobi bermusik. Bukan hanya sekadar hobi, musik seolah telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia tumbuh besar di lingkungan orang-orang yang suka bermusik. Kakeknya punya band dan rumah mereka penuh dengan alat musik. Dari situlah bakat musik Ping terasah. Oleh karena itu, tidak heran jika Ping memiliki ketertarikan yang besar dalam dunia musik dan ingin menekuninya.

Akan tetapi, keinginan Ping tersebut memiliki beberapa hambatan. Ping merasa takut untuk keluar dari zona nyamannya. Ia sudah telanjur merasa nyaman berada di rumahnya yang damai di Batu Karas. Ia pun telanjur nyaman dengan lingkungannya. Sebenarnya, Ping tahu jika ia ingin serius dengan hobinya, ia harus keluar dari sana. Akan tetapi tu semua adalah zona nyaman yang sulit untuk ditinggalkan.

(Baca juga: https://bentangpustaka.com/rapijali-2-membongkar-masa-lalu-hingga-persahabatan-yang-menuai-haru/)

Berani Mencoba Hal Baru

Dengan membaca novel Rapijali 2: Menjadi, pembaca akan tahu bahwa Ping akhirnya berani untuk keluar dari zona nyamannya tersebut. Di Jakarta ia membuka lembaran baru bersama teman-temannya dengan membuat band Rapijali. Tak lama kemudian, pencapaian demi pencapaian pun ia dapatkan.

Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa keluar dari zona nyaman adalah suatu hal yang perlu untuk dilakukan dalam meraih cita-cita. Awalnya pasti ada perasaan takut, begitu pula yang dirasakan oleh Ping. Namun, kita perlu percaya pada diri sendiri dan memberikan kesempatan untuk membuktikan hal itu. Mencoba hal baru mungkin akan terasa sulit di awal dan menakutkan. Tetapi terlalu lama berada di zona nyaman pun tidak disarankan. Seperti Ping yang pantang menyerah, kita pun harus berani memperjuangkan cita-cita.

 

-Putri Maulita

 

 

 

10 Penulis Produktif yang Karyanya Best Seller

 

Tertarik untuk menekuni profesi sebagai penulis? Jika iya, kunci keberhasilan menjadi penulis adalah tekun dan semangat dalam mencari ide baru. Berikut ini 10 penulis yang sangat produktif menerbitkan buku dan karyanya laris di pasaran.

  1. Dee Lestari

Halaman jelek bisa diperbaiki, halaman kosong nggak bisa diapa-apain. Demikian tulis Dee Lestari pada salah satu unggahan Instagram-nya. Pesan yang melecut semangat kita untuk menghilangkan keraguan dalam memulai tulisan. Pantas saja hingga kini Dee telah menerbitkan 12 judul buku. Menariknya, kedua belas buku tersebut masuk dalam kategori best seller. Nama Dee melambung berkat kepiawaiannya menciptakan universe dalam serial Supernova. Serial ini terdiri atas enam jilid: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2002), Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014), ditutup dengan Inteligensi Embun Pagi (2016). Dee juga telah melahirkan buku-buku fenomenal lainnya, yakni Filosofi Kopi (2006), Rectoverso (2008), Perahu Kertas (2009), Madre (2011), Kepingan Supernova (2017). Buku terakhirnya, Aroma Karsa (2019), terjual 10.000 eksemplar pada periode pre-order. Hampir semua karya Dee diadaptasi menjadi film layar lebar.

Dee Lestari dikenal sebagai penulis dengan riset yang sangat detail dan sangat disiplin terhadap deadline. Kita bisa mempelajari cara Dee dalam melakukan riset kepenulisan lewat buku nonfiksi pertamanya, Di Balik Tirai Aroma Karsa.

 

  1. Andrea Hirata

Siapa tak kenal Laskar Pelangi? Kisah tentang 11 murid di SD Muhammadiyah Gantong, Belitong dan guru mereka yang inspiratif, Bu Muslimah. Buku ini menjadi fenomenal karena berhasil membuka mata masyarakat Indonesia tentang nasib pendidikan di daerah terpencil. Terlebih gaya bercerita Andrea Hirata, penulisnya, kental dengan khazanah melayu. Laskar Pelangi, merupakan buku Indonesia pertama yang meraih predikat international best seller. Karya ini juga telah diterbitkan dalam 25 versi bahasa asing, diedarkan di lebih dari 130 negara, menjadi referensi di berbagai sekolah dan lembaga di luar negeri untuk studi tentang pendidikan, sastra, dan budaya Indonesia. Berkat kepopulerannya, kisah ini kemudian diangkat ke layar lebar pada 2008 dan telah disaksikan oleh 4,6 juta penonton.

Setelah Laskar Pelangi, Andrea secara aktif merilis Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Cinta di Dalam Gelas, Padang Bulan, Ayah, Sirkus Pohon, Orang-Orang Biasa, dan Guru Aini.

Pada 2009, Andrea mendirikan Museum Kata Andrea Hirata di kampung kelahirannya, sebagai sumbangsihnya terhadap dunia sastra.

 

  1. Emha Ainun Nadjib

Beberapa orang terdekat Cak Nun, panggilan akrab Emha Ainun Nadjib, pernah bercerita bahwa dalam menulis, beliau tidak pernah sekalipun menekan tombol Delete. Tulisannya mengalir deras dan tanpa salah ketik. Cak Nun memang dikenal cendekiawan sekaligus budayawan yang piawai dalam menggagas dan menoreh kata-kata. Tulisan-tulisannya, baik esai, kolom, cerpen, dan puisi-puisinya banyak menghiasi pelbagai media cetak terkemuka.

Cukup banyak dari karyanya, baik sajak maupun esai, yang telah dibukukan. Arus Bawah (2014), 99 untuk Tuhanku (2015), Istriku Seribu (2015), Kagum kepada Orang Indonesia (2015), Orang Maiyah (2015), Titik Nadir Demokrasi (2016), Tidak. Jibril Tidak Pensiun! (2016), Daur I: Anak Asuh Bernama Indonesia (2017), Daur II: Iblis Tidak Butuh Pengikut (2017), Daur III: Mencari Buah Simalakama (2017), Daur IV: Kapal Nuh Abad 21 (2017), Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (2015 dan 2018), Gelandangan di Kampung Sendiri (2015 dan 2018), Sedang Tuhan pun Cemburu (2015 dan 2018), Kiai Hologram (2018), Pemimpin yang Tuhan (2018), Markesot Belajar Ngaji (2019), Siapa Sebenarnya Markesot? (2019), Sinau Bareng Markesot (2019), dan Lockdown 309 Tahun (2020).

 

  1. Trinity

Jujur dan menghibur. Dua kata itulah yang tepat menggambarkan gaya khas Trinity dalam menulis. Trinity telah dikenal sebagai penulis buku traveling paling berpengaruh di Indonesia, dengan lima belas buku travel yang masuk ke jajaran bestselling nasional. Tak hanya menarik untuk dinikmati sebagai bahan bacaan, buku-buku Trinity telah menebar virus jalan-jalan kepada para pembacanya. Banyak yang mengaku berani traveling setelah membaca karya-karyanya.

Trinity memiliki sebuah travel blog pertama di Indonesia yang beralamat di naked-traveler.com pada 2005. Buku pertamanya, The Naked Traveler, merupakan kompilasi dari artikel pendek tentang perjalanannya ke berbagai tempat. Buku inilah yang kemudian diadaptasi ke film layar lebar pada 2016. Sekuelnya yang diadaptasi dari buku The Naked Traveler 2 pun tayang di bioskop pada 2019. Serial The Naked Traveler mencapai edisi kedelapan, yang juga merupakan edisi perpisahan. Dua di antara serial ini merupakan perjalanan keliling dunia Trinity dan sahabatnya, Yasmin, selama setahun penuh yang diberi judul The Naked Traveler Round-the-World part 1 dan part 2. Trinity telah mengunjungi hampir seluruh provinsi di Indonesia dan 93 negara di dunia.

 

  1. Nadirsyah Hosen

Gus Nadir, sapaan akrabnya, dikenal sebagai Kiai muda yang sangat aktif dalam berbagi ilmu. Saat ini Gus Nadir menjabat sebagai Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Istimewa) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand. Sudah lebih dari 50 artikel dipublikasi internasional dan 16 buku yang dihasilkannya.

Tulisan-tulisan Gus Nadir yang dipersembahkan untuk masyarakat umum (bukan kalangan akademik) menggunakan bahasa yang sangat mudah dimengerti. Di Bentang Pustaka, Gus Nadir telah menerbitkan 3 buku yang terangkum dalam Serial Belajar Islam: Tafsir Al-Quran di Medsos, Saring Sebelum Sharing, dan Ngaji Fikih. Ketiga buku yang laris di pasaran ini mendedah persoalan aktual tentang tafsir ayat Al-Qur’an, Hadis, dan Fikih.

 

  1. Maudy Ayunda

Maudy Ayunda, dikenal sebagai sosok muda multitalenta: penyanyi, aktris, influencer pendidikan, dan brand ambassador produk-produk premium Indonesia. Keberhasilannya menyeimbangkan karier di dunia entertainment dan pendidikan, membuat lulusan PPE Universitas Oxford, Inggris, ini semakin menginspirasi anak muda.

Dear Tomorrow merupakan karya nonfiksi pertamanya yang sepenuhnya ditulis dalam bahasa Inggris. Saat kecil, Maudy menuliskan dua cerita anak yang berjudul Kina and Her Fluffy Bunny dan Kina Makes a New Friend. Dua cerita ini kemudian diterbitkan pada 2018 dan 2019.

 

  1. Dwitasari

Julukan Ratu Galau memang pantas disematkan kepada Dwitasari. Perempuan berzodiak Sagitarius ini sangat piawai mengemas kisah patah hati dan membuat para pembacanya seakan menemukan sahabat untuk berbagi curhat.

Dwitasari telah menulis 20 buku, 5 film, 2 webseries, dan 1 album musikalisasi puisi. Bersama dengan Bentang Belia, buku-buku best seller yang pernah diluncurkannya yaitu: Raksasa dari Jogja, Jatuh Cinta Diam-Diam, Jatuh Cinta Diam-Diam 2, Memeluk Masa Lalu, Spy in Love, Setelah Kamu Pergi, Tidak Pernah Ada Kita, dan Hanya Tiga Kata. Dua di antara judul-judul novel tersebut telah difilmkan, yaitu Raksasa dari Jogja dan Spy in Love.

 

  1. Vidya Dwina Paramita

Vidya Dwina Paramita adalah seorang Montessorian dan praktisi Pendidikan Anak Usia Dini. Pada 2017, Penerbit Bentang Pustaka menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Jatuh Hati pada Montessori. Buku tersebut menjadi best seller dan telah menembus cetakan ke-7 pada Agustus 2019. Karya Vidya lain yang juga masuk daftar laris adalah Montessori: Keajaiban Membaca Tanpa Mengeja.

Pada 2017, bersama Boniek Rizkiwan yang saat ini menjadi suaminya, Vidya mendirikan Filosofi Montessori Indonesia. Lembaga inilah yang hingga kini menaungi aktivitas Vidya sebagai trainer serta pembicara dalam berbagai seminar dan pelatihan, khususnya pelatihan yang bertujuan menyelaraskan pengasuhan di rumah dan di sekolah.

 

  1. Tasaro GK

Tasaro GK mulai lebih dikenal oleh masyarakat luas sejak menuliskan novel biografi religius, Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan. Karya ini mendapatkan sambutan yang sangat hangat karena mencerminkan kerinduan umat Islam terhadap Rasulullah. Bahkan berada pada peringkat keempat dalam daftar 20 Novel Indonesia Terbaik versi Goodreads. Novel biografi tersebut pun berlanjut ke seri berikutnya, yaitu Muhammad: para Pengeja HujanMuhammad: Sang Pewaris Hujan, dan Muhammad: Generasi Penggema Hujan.

 

  1. Sujiwo Tejo

Budayawan serba-bisa ini pernah menekuni profesi sebagai wartawan di harian Kompas selama 8 tahun. Beliau kemudian berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik, dan dalang wayang. Hingga saat ini, Sujiwo Tejo masih aktif menulis kolom di Jawa Pos. Beberapa artikel tersebut kemudian digabungkan menjadi buku seperti Lupa Endonesa (2012), Lupa Endonesa Deui (2013), Talijiwo (2018), dan Senandung Talijiwo (2019). Pada 2014, beliau menulis novel cinta Rahvayana: Aku Lala Padamu. Novel ini merupakan antitesis dari kisah cinta Rama-Shinta.

 

Buku-buku terbaik karya sepuluh penulis di atas bisa kalian dapatkan dalam program Best Writer Best Deal bersama mizanstore.com. Dapatkan TAMBAHAN DISKON berbentuk kode voucher yang bisa dipakai setiap pembelian buku-buku penulis favoritmu. Tak perlu khawatir, event ini berlangsung sampai 20 Juni 2020.

Versi Original: Alternatif Pembacaan terhadap Novel-Novel Andrea Hirata

Dalam dunia penerbitan modern, ada beragam jenis pengembangan naskah. Sebuah naskah kini tidak melulu dicetak, tetapi bisa diubah menjadi buku audio, buku internet, dan banyak macamnya. Bahkan dari sisi konten, kita sering melihat ada versi ringkas (abridged) dan versi panjang atau lengkap (unabridged). Buku yang semula setebal 700 halaman, dipangkas hingga hanya menjadi 500, atau bahkan lebih tipis lagi.

Alasan di balik pemangkasan itu beragam.

Kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang menginginkan bacaan yang bisa dibaca dalam waktu lebih singkat. Meskipun demikian, pemangkasan itu tidak dilakukan sembarangan. Beberapa poin tetap dipertahankan, terutama inti cerita.

Penyajian cerita dalam bentuk lebih ringkas umumnya juga ditempuh saat sebuah naskah diputuskan untuk rilis ke dalam medium berbeda, misalnya buku audio. Buku setebal 500 halaman yang kadang baru bisa selesai dibaca dalam waktu beberapa hari, tentunya akan terasa menyusahkan jika harus dibacakan lengkap, mengingat daya serap informasi yang berbeda antara indra penglihatan dan indra pendengaran.

Lantas, kapan kita perlu membaca buku versi ringkas ini? Jika Anda hendak bepergian dan membutuhkan buku sebagai teman perjalanan, bisa jadi Anda lebih cocok dengan buku berukuran kecil dan lebih tipis. Dengan demikian, Anda bisa menghemat ruang pada ransel sambil tetap bisa menuntaskan cerita dalam waktu yang lebih singkat. Atau, terkadang kita sudah mendengar tentang sebuah judul yang dibicarakan banyak orang tetapi ragu-ragu membacanya karena terlalu tebal. Maka, buku versi ringkas bisa menjadi pilihan.

Kita tetap bisa menikmati cerita meski dalam versi miniaturnya.

Mungkin juga Anda ingin menghadiahkan buku bagus tetapi tebal kepada anak atau teman yang baru mulai belajar menyukai buku, versi ringkas bisa menjadi pertimbangan. Adapun membaca versi lengkap juga memberikan keuntungan lain. Terkadang kita membutuhkan sebuah gambaran konteks yang utuh untuk membantu kita memahami lebih detail situasi yang dihadapi setiap karakter dalam cerita.

Andrea Hirata, dalam launching Guru Aini dan serial original buku-bukunya pada Februari, memiliki pendapat sendiri tentang hal ini. Dalam riset yang dilakukannya untuk menulis ulang novel-novelnya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas, Sebelas Patriot, dan Orang-Orang Biasa), Andrea memang membaca sebanyak-banyaknya judul dengan berbagai versi. Dari situ, dia menyimpulkan bahwa membaca semua versi akan membuka mata kita lebih lebar tentang gaya penulis. Kita akan tahu apa keahlian setiap penulis ini, entah pada deskripsi, plot, karakter, atau konteks.

Andrea Hirata sendiri juga melakukan hal serupa pada novel-novelnya

Terutama Laskar Pelangi. Diakui bahwa alasan menuliskan kembali novel Laskar Pelangi dalam versi ringkas karena ingin buku itu bisa dinikmati oleh kalangan yang lebih luas. Masih pada sesi launching Guru Aini di salah satu kafe di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu, Andrea menjelaskan bahwa Laskar Pelangi dan juga judul-judul lain bukan sekadar diringkas, tetapi juga melewati sejumlah penyesuaian, yang merupakan hasil kegelisahan selama ini.

Bagi Andrea, setelah menulis selama belasan tahun, kegiatan menulis ini serupa dengan berkesenian, dan dalam berkesenian ini kritik terbesar tidaklah berasal dari orang lain, melainkan dirinya sendiri. Dari sinilah kegelisahan itu muncul. Penerbitan sebuah buku adalah proses yang panjang dan penuh dinamika. Sebuah naskah bisa mengalami banyak perubahan bentuk.

Tepat 15 tahun setelah Laskar Pelangi kali pertama terbit di Indonesia, Andrea ingin membagikan kepada pembaca, seperti apa ide awal novel-novelnya. Misalnya, novel Sang Pemimpi dan Edensor yang awalnya merupakan satu kesatuan dan dipisah karena pertimbangan penerbitan pada masa itu, kini kembali disatukan dengan judul Sang Pemimpi. Begitu pun kisah Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas kini kembali bersatu dalam kaver yang sama, berjudul Buku Besar Peminum Kopi.

Selama 15 tahun, Andrea Hirata berkarya tanpa henti.

Banyak pembaca yang tumbuh besar bersama 12 novel yang dia lahirkan. Pembaca Laskar Pelangi yang dulu masih berseragam putih-merah kini sudah memasuki dunia kerja. Karakter pembaca pun berubah mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Mungkin hal ini pula yang menggugah Andrea Hirata untuk menuliskan ulang dan mempersembahkan kembali novel-novelnya dalam bentuk baru, yang dinamakannya seri original. Melalui seri original ini, Andrea ingin menawarkan sebuah alternatif baru untuk membaca karya-karyanya.

Bisa dibilang versi original hadir untuk melengkapi karya Andrea Hirata sebelumnya. Pembaca setia Andrea tidak perlu ragu membacanya karena, seperti yang diungkapkan di atas lewat pengalaman Andrea, membaca beragam versi akan memperkaya wawasan pembaca tentang gaya penulis. Adapun bagi pembaca baru, versi original ini hadir dalam bentuk yang lebih ringkas tanpa menghilangkan esensi penting sehingga membacanya tetap akan merasakan roh yang sama dengan versi sebelumnya.

© Copyright - Bentang Pustaka