pitch perfect

Mengenal Istilah Perfect Pitch yang Muncul di Rapijali

Sering denger istilah perfect pitch yang sering dibahas Dee Lestari di novel Rapijali? Karya ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh fiksi baru. Tokoh utamanya yaitu seorang remaja perempuan bernama Ping hadir membawa kisah hidup yang pelik nan seru. Ping pandai dalam bermusik. Suaranya sangat merdu dan ia sangat berbakat dalam musik. Pada novel Rapijali 2: Menjadi, perjalanan bermusik Ping semakin seru dan menantang. Ia membuat banyak orang terpesona dengan bakatnya yang unik itu. Yap! Ping dengan kemampuan perfect pitch-nya.

 

pitch perfect

Apa Itu Perfect Pitch?

Dalam dunia musik, dikenal isitilah perfect pitch. Perfect pitch merupakan kemampuan mengidentifikasi nama huruf dari not yang terdengar. Dengan kata lain, kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk dapat mengetahui suatu nada dengan tepat hanya dengan mendengar. Tidak banyak orang yang memiliki perfect pitch tanpa bantuan alat musik atau referensi tertentu. Tidak banyak orang yang memiliki kemampuan ini. Suatu sumber menyebutkan bahwa hanya ada 1 dari 10.000 orang yang memiliki kemampuan perfect pitch. Beberapa di antaranya yaitu Mozart dan Mariah Carey.

 

Ping dan Kemampuan Pitch Perfect

Dalam novel Rapijali 2: Menjadi, Ping digambarkan sebagai orang yang memiliki kemampuan perfect pitch. Ping digambarkan sebagai cucu dari seorang musisi. Sejak kecil ia hidup berdampingan dengan musik. Rumahnya yang berada di Cijulang menyimpan banyak alat musik milik kakeknya. Oleh karena itu, tidak lah aneh jika musik kemudian menjadi makanan sehari-harinya.

 

Ping tidak pernah sekolah musik sebelumnya. Ia hanya belajar musik dari kakeknya. Meski demikian, bakatnya bisa diadu. Ia jago memainkan banyak alat musik. Salah satu yang paling ia suka adalah piano. Selain itu, suaranya juga magis dan merdu. Dengan kemampuannya ini, Ping mampu memukau banyak orang.

 

Tantangan Punya Skill Pitch Perfect

Tantangan datang saat Ping ingin masuk ke jurusan musik untuk kuliahnya nanti. Pendidikan formal tentu menuntut adanya pemahaman teori yang baik, bukan hanya praktik. Ping kurang paham tentang teori musik. Ia bahkan tidak bisa membaca not. Namun, bakatnya yang luar biasa tentu tidak bisa ditepis. Ia dengan kemampuan perfect pitch-nya mampu memainkan suatu lagu dengan apik hanya modal mendengar saja. Akankah itu cukup membuatnya lolos ke universitas yang ia inginkan?

 

Simak kisah selengkapnya hanya di Rapijali 1 dan 2 yang bisa kamu pesan di sini!

 

 

Al-Masih 2: Lelaki yang Diurapi

Al-Masih 2: Lelaki yang Diurapi: Kisah Perjalanan Al Masih dalam Novel Karya Tasaro GK

Kisah tentang perjalanan hidup Al Masih seorang tokoh besar atau sosok yang tersohor namanya selalu menarik untuk disimak. Hidupnya penuh dengan perjuangan. Dari tantangan demi tantangan itulah yang membuat kisah hidupnya dapat dijadikan teladan bagi banyak orang lain. Salah satu kisah perjalanan hidup yang menarik untuk diketahui adalah kisah Al-Masih.

 

Al-Masih 2: Lelaki yang Diurapi

Setelah sukses dengan Al-Masih 1: Putra Sang Perawan, kini Tasaro GK meluncurkan buku kelanjutan dari serial Al-Masih. Buku kedua ini berjudul Al-Masih 2: Lelaki yang Diurapi. Masih tentang satu sosok yang sama, yaitu Al-Masih, buku kedua ini menghadirkan banyak kebaruan dari segi cerita. Banyak kisah menarik yang ditulis hingga mampu memperkaya wawasan pembaca tentang sosok Al-Masih. Penasaran?

 

Proses Kreatif Tasaro GK

Dalam menulis novel, ada proses kreatif yang harus ditempuh seorang penulis. Proses tersebut meliputi pencarian ide, riset, kepenulisan, dll. Tak main-main, untuk dapat menulis kisah Al-Masih, Tasaro GK melakukan riset selama 10 tahun. Selain itu, proses penulisannya juga melibatkan Romo Indra Sanjaya, yaitu dosen Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma, sebagai editor ahli.  Hal ini bertujuan untuk memastikan kebenaran cerita yang ditulis. Ide cerita ini unik karena berasal dari berbagai sudut pandang agama. Ide cerita ini mendapatkan penghargaan juara ke-3 Ide Terbaik se-Asean dalam event International Malaysian Book Fair.

 

Sudut Pandang Cerita yang Semakin Kompleks

Jika dalam Al-Masih 1: Putra Sang Perawan lebih di dominasi kisah dari sudut pandang Islam dan Kristen, buku kedua ini muncul sudut pandang baru, yaitu Yahudi. Dengan membacanya, kita akan diajak mengenal sosok Al-Masih yang lain. Dalam Islam, kita mengenalnya sebagai Nabi Isa. Dalam Kristen ia dikenal sebagai Yesus Kristus. Nah, dalam kepercayaan Yahudi, sosok Al-Masih disebut sebagai Yeshua. Jika Al-Masih 1 lebih banyak bercerita tentang kelahiran Al-Masih, novel Al-Masih 2 bercerita tentang perjalanan dakwahnya.

 

Selain tokoh utama Al-Masih, buku ini juga menghadirkan sosok ibunya. Dia adalah perempuan suci yang melahirkan Al-Masih tanpa perantara ayah. Sama dengan Al-Masih, sosok ini juga dihadirkan dalam tiga sudut pandang berbeda. Dalam kepercayaan Islam, ia dikenal sebagai Maryam, dalam agama Kristen ia bernama Maria, dan dalam keyakinan Yahudi ia disebut sebagai Miryam. Tiga sudut pandang berbeda inilah yang membuat serial Al-Masih menjadi kompleks dan kaya akan wawasan. Kisah perjalanan Al Masih bisa kamu temukan di sini.

 

  • Putri Maulita
Rapijali generasi Dee Lestari

Tiga Generasi dalam Rapijali

Dalam satu cerita utuh Rapijali, sering kali akan berkisah tentang drama pelik yang terpusat pada salah satu tokoh/generasi. Tokoh utama inilah yang biasanya akan mencerminkan genre novel tersebut. Kisah tokoh utama memberi identitas genre novel. Misalnya, novel tentang remaja, anak-anak, atau orang dewasa. Akan tetapi, hal itu berbeda dengan novel Rapijali. Melalui novel ini, Dee Lestari meramu sebuah drama yang melibatkan tiga generasi sekaligus.

Rapijali generasi Dee Lestari

Bertemu Generasi Rapijali: Yuda Alexander

Kisah tiga generasi dalam Rapijali dimulai dengan cerita Yuda Alexander. Pembaca Rapijali 1: Mencari pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok ini. Ya! Dia adalah kakek Ping. Yuda Alexander digambarkan sebagai sosok yang pandai dalam bermusik dan mantan anggota band yang cukup terkenal pada eranya. Dari dialah bakat musik Ping mengalir. Yuda Alexander adalah orang yang dengan gigih berusaha menjamin masa depan Ping setelah ia tiada nanti.

Sebagai generasi yang paling tua, bayang-bayang kematian sering menghampirinya. Pada momen itulah orientasi hidup berubah. Prioritas utamanya adalah keluarga. Agaknya poin penting ini yang ingin Dee Lestari tanamkan pada diri pembaca melalui kisah generasi Yuda Alexander.

 

Baca juga : Memandang Dunia Politik Lewat Rapijali

Bertemu Generasi Guntur

Kisah tiga generasi dalam Rapijali berlanjut ke kisah Guntur. Guntur adalah ayah Ping. Guntur juga seorang politikus yang sedang mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta. Kisah Guntur banyak dibahas dalam Rapijali 2: Menjadi. Kisahnya merupakan salah satu konflik besar yang membuat Rapijali 2: Menjadi seru untuk dibaca.

Melalui kisahnya, pembaca akan diajak menyelami betapa sibuk dan padatnya kehidupan generasi Guntur. Guntur seolah sedang dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan hidup antara karier dan keluarga. Usianya yang telah matang membuatnya cemerlang dalam meniti karier. Akan tetapi, ada keluarga yang juga harus ia jaga. Begitulah gambaran tantangan yang dihadapi oleh orang-orang pada generasi Guntur.

Bertemu Generasi Ping

Dalam Rapijali, Ping adalah generasi yang paling muda. Ia digambarkan sebagai sosok anak remaja kelas 12 SMA. Sebagaimana generasi seusia Ping, Ping juga merasakan banyak keresahan tentang masa depannya. Pada masa ini, biasanya seseorang akan dihadapkan pada kebimbangan dalam pilihan melanjutkan sekolah. Pilihan tentang sekolah yang lebih tinggi tentu juga dipengaruhi oleh bakat dan minat seseorang. Ping sebagai remaja yang berbakat dalam musik memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah musik. Akan tetapi, keinginannya itu berbenturan dengan situasi dan kondisinya.

Melalui novel Rapijali 2: Menjadi, Dee Lestari meramu dengan apik drama kehidupan dari tiga generasi tersebut. Penasaran dengan kisah kelanjutannya?

 

-Putri Maulita

 

rapijali bermusik dee lestari

Rapijali: Perpaduan Bakat Menulis dan Bermusik Dee Lestari

Menghasilkan sebuah karya bukanlah hal yang sederhana. Dalam proses produksi karya, bakat dan kerja keras saling memengaruhi. Oleh karena itu, ada proses panjang yang harus dilalui seorang kreator hingga karyanya selesai dan matang. Novel serial Rapijali adalah salah satu maha karya Dee Lestari. Menariknya, novel ini tidak hanya buah dari bakat menulis Dee melainkan juga bakat bermusiknya. Rapijali adalah perpaduan yang apik antara bakat menulis dan bermusik Dee Lestari.

Bakat Menulis Dee Lestari

Dee Lestari banyak menghasilkan buku best seller. Dee Lestari begitu luwes dalam menulis hingga karyanya dapat diminati oleh berbagai kalangan. Buku-bukunya pun telah banyak mendulang berbagai penghargaan. Salah satunya yaitu Filosofi Kopi, dinobatkan sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 pada Penghargaan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Bakat Bermusik Dee Lestari

Selain seorang penulis, Dee Lestari juga seorang musisi. Banyak lagu fenomenal yang lahir darinya. Lagu Perahu Kertas dan Tahu Diri yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda merupakan hasil karyanya. Selain itu, lagu Malaikat Juga Tahu dan Firasat yang sering menemani kegundahan dan kesedihan hati para penikmat musik ini juga hasil ciptaannya. Keren, bukan?

Baca juga: Proses Kreatif Dee Lestari: Dari Penulisan Rapijali hingga Masa Promosi

Perpaduan Bakat Menulis dan Bermusik dalam Rapijali

Novel serial Rapijali terbit pada tahun 2021. Saat ini novel Rapijali 1: Mencari dan Rapijali 2: Menjadi sudah beredar luas di pasaran. Sedangkan, untuk serial ketiga masih dalam proses penulisan. Melalui Rapijali, Dee Lestari seolah sedang menyandingkan bakatnya dalam menulis dan bermusik. Ia tidak hanya menulis, tetapi juga menciptakan lagu sebagai soundtrack dari novelnya.

Rapijali bercerita tentang kehidupan seorang remaja yang pandai bermusik. Tokoh-tokoh di dalamnya tergabung dalam sebuah band dan aktif menciptakan lagu. Dalam beberapa bagian, diceritakan pula bahwa tokoh-tokohnya juga menciptakan lagu mereka sendiri. Nah, lagu yang diciptakan dalam band atau diciptakan oleh tokoh secara pribadi sesungguhnya merupakan ciptaan Dee Lestari.

Hal ini tentu merupakan terobosan baru dalam dunia tulis-menulis. Biasanya kita mendapati soundtrack dalam film. Kali ini, kita akan mendapati soundtrack dalam novel. Melalui serial Rapijali, Dee Lestari membuktikan bahwa bakatnya dalam menulis dan bermusik dapat berjalan sejajar, beriringan, dan saling melengkapi dengan begitu indah.

-Putri Maulita

 

cara hidup bahagia

Niksen, Cara Hidup Bahagia dengan Bermalas-malasan

Cara hidup bahagia dengan bermalas-malasan bisa dilakukan dengan Niksen. Dalam bahasa Belanda, “niks” berarti nihil. Jadi, niksen secara harfiah berarti berbuat nihil alias tidak melakukan apa-apa.

Bahkan ketika melakukan “niksen” atau tidak melakukan apa-apa, otak masih memproses informasi dan otak kita senantiasa beraktivitas sementara kita kehilangan memori lama, mematri memori baru, dan menyerap lain-lain yang lebih baru lagi. Kita merenungi masalah, membuat rencana untuk masa depan, kita berkhayal.

Bahkan selagi kita tidur atau beristirahat, terjadilah sekian banyak proses di tubuh dan otak kita, kebanyakan tidak kita sadari. Paru-paru kita bernapas, jantung kita memompa, lambung dan usus kita mencerna dan mengeluarkan hormon-hormon.  Kita mungkin tidak menyadari bahwa rambut dan kuku kita memanjang, tetapi kenyataannya demikian.

Menakjubkan bahwa banyak sekali energi dan aktivitas yang kita kerahkan untuk sekadar menjadi manusia hidup, bahkan manusia hidup yang sedang tidur.

Baca juga, Niksen: Rahasia Hidup Bahagia 

Cara Hidup Bahagia dengan Tidak Melakukan Apa-apa

Banyak orang yang mengejar kebahagiaan secara membabi buta sampai-sampai stres sendiri. Olga Mecking penulis buku Niksen merekomendasikan cara hidup Bahagia. Menurutnya, kita harus mengincar kondisi mental-emosional yang diperjuangkan dan dilestarikan dengan piawai sekali oleh orang-orang Belanda: ketenteraman.

Mereka berbahagia, tetapi kebahagiaan mereka tidak meletup-letup ataupun luar biasa. Kebahagiaan mereka secara umum lebih kalem, lebih tenang. Kebahagiaan ini adalah sebentuk ketenteraman batin yang lahir berkat berlimpahnya waktu luang.

Kalian ingin tahu lebih lanjut tentang cara hidup bahagia tanpa melakukan apa-apa? Nah, kalian dapat membeli buku Niksen di sini.

Feminisme Islam dari Perspektif Perempuan Muslim

Image By Pang

Memandang Feminisme Islam dari perspektif perempuan Muslim (Muslimah) menunjukkan bahwa perjumpaan antara Islam dan feminisme begitu beragam dari waktu ke waktu, bergantung pada faktor-faktor yang membentuk aliansi politik mereka dan kondisi sosial yang mengikat para peneliti pada objek kajiannya.  

Istilah feminisme sendiri berasal dari Barat, membuat istilah “Feminisme” sulit diterima di kalangan umat Muslim dan selalu dipersoalkan oleh kaum Muslim yang memandangnya sebagai simbol Barat, dan menganggap feminisme tidak relevan dengan umat Muslim.

Dari Sudut Pandang Muslimah

Etin Anwar di dalam bukunya yang berjudul “Feminisme Islam” memberikan penjelasan tentang pengertian feminisme Islam. Pertama, ia merujuk pada karya dan aktivisme feminis dalam jaringan kerja budaya Islam, termasuk Islam dari segi isi dan bentuknya. Mengingat Islam sendiri tidak homogen, resignifikasi Islam tertanam dalam kontekstualisasi ujaran dan aksi feminis. 

Kedua, “Feminisme Islam” merujuk pada gerakan sosial yang menyoroti dan menangani kesenjangan gender di ranah pribadi dan publik. Di ranah-ranah tersebut sering terjadi upaya penghapusan ketidakadilan gender dan sistem produksinya yang menimbulkan penindasan di tingkat personal, keluarga, politik dan sosial di kehidupan sehari-hari.

Istilah feminisme Islam sendiri sudah muncul di berbagai negara seperti Iran, Turki, dan Malaysia. Para perempuan Muslim membuat gerakan perjuangan untuk melawan ketidakadilan gender menggunakan bahasa dan retorika agama. Termasuk di daerah Timur Tengah di mana konflik-konflik dan penindasan perempuan selalu terjadi setiap tahunnya. Adanya praktik patriarki di sana membuat Muslimah menderita serta menjadi objek penindasan.

 

Etin Anwar juga menjelaskan, proses integrasi Islam dan feminisme memproduksi pemikiran baru tentang Islam yang merangkul perempuan. Islam dan feminisme saling menguatkan dalam mempromosikan kemajuan perempuan, menghargai perempuan sebagai agen moral yang seutuhnya.

 

Dari sini kita dapat menyimpulkan makna feminisme Islam sendiri yang merupakan gerakan perempuan Muslim untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai Muslimah. Serta merupakan upaya mempromosikan keadilan antara laki-laki dan perempuan serta menggugat penundukan perempuan oleh budaya yang menindas.

Baca juga, Sejarah Awal Gerakan Feminisme di Indonesia

Buku Feminisme Islam

Buku Feminisme Islam merupakan hasil penelitian Etin Anwar selama 10 tahun. Karya ini merupakan penelitian genealogis untuk menunjukkan perubahan hubungan antara Islam dan feminisme; merekam proses wacana tentang kemunculan feminisme Islam; dan menelaah bentuk-bentuk wacana tentang dukungan feminisme Islam terhadap kesetaraan pada awal 1990-an di Indonesia. 

Nah, kalian dapat membeli bukunya disini!

Sejarah Awal Gerakan Feminisme di Indonesia

Desain by pang.png

Gerakan Feminisme di Indonesia berawal dari gerakan perempuan-perempuan Indonesia yang melawan kolonialisme Belanda, munculnya kesadaran nasional, dan pembentukan negara. Sosok pahlawan perempuan seperti R.A. Kartini (1879-1905), Dewi Sartika (1884-1947) dan Rahmah El-Joenesijjah (1900—1969), yang menangkap semangat nasionalisme, dan meletakkan perjumpaan antara feminisme dan Islam sebagai sumber kemajuan dalam konteks kolonialisme lokal.

Emansipasi Batu Loncatan Menuju Kesetaraan Gender

Sementara ide-ide tentang kemajuan dalam Islam dan feminisme di Indonesia tumbuh secara lokal dan menunjukkan perkembangannya pada nasionalisme, mereka secara kompleks berkaitan dengan jaringan umat Islam dan feminisme global.

Sosok R.A Kartini, Dewi Sartika, dan Rahmah El-Joenesijjah merupakan salah satu tokoh perempuan yang mengadvokasi kebutuhan akan perubahan status sosial perempuan melalui pendidikan. Mereka menciptakan preseden bagaimana gerakan perempuan di Indonesia melawan kolonialisme – serta spirit nasionalisme dan reformisme Islam.

R. A. Kartini mencatat bahwa androsentrisme laki-laki tumbuh melalui pengasuhan ibu mereka. Laki-laki kemudian mengontrol anggota perempuan di keluarganya sendiri. Setelah menikah, laki-laki terus memegang otoritas dan kontrol. Akibatnya, para perempuan menderita setiap hari.

Dari sini R. A. Kartini berpendapat bahwa perempuan memiliki kebebasan berkehendak tetapi dikuasai oleh adat. Pada saat itu pendidikan perempuan diklaim berisiko merusak tatanan moral masyarakat. Selain itu, kaum tua khawatir bahwa pendidikan perempuan dapat mengganggu peran perempuan itu sendiri ketika menjadi istri.

Sedangkan Dewi Sartika berpendapat orang tua hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Oleh karena itu, Dewi Sartika berusaha meyakinkan orang tua untuk menyekolahkan anaknya agar terdidik. Perempuan yang terdidik akan menjadi ibu dan menjadi kunci penyebaran pengetahuan bagi anak-anaknya kelak.

Ia juga menyuarakan kesetaraan laki-laki dan perempuan dari berbagai aspek karena menurutnya kemajuan perempuan sebagai syarat kemajuan negara.

                              Baca Juga ulasan singkat Buku Feminisme Islam, disini!

Sementara Rahmah El-Joenesijjah mewakili sosok reformis baru dari golongan perempuan Muslim. Ia tumbuh dari golongan reformisme Islam di Minangkabau, Sumatra Barat. Ia mewujudkan mimpinya dengan mendirikan sekolah Dinijjiah Sekolah Poetri yang didukung oleh saudara laki-lakinya.

Dinijjiah Sekolah Poetri bertujuan mendidik anak-anak bangsa dengan pendidikan lengkap; fisik dan moral. Sekolah tersebut memberi pendidikan Agama Islam karena masih banyak perempuan yang belum mengetahui ajaran Islam.

Konteks Perjuangan Emansipasi

Dari sini kita tahu bahwa para tokoh perempuan Indonesia telah meletakkan dasar bagi perubahan kondisi sosial dan politik di lingkungan mereka, yaitu melalui gerakan-gerakan feminisme yang berjalan beriringan dengan gerakan nasionalis di Indonesia.

Nah, kalian dapat membaca lebih lanjut penelitian tentang feminisme Islam di Indonesia karya Etin Anwar yang dikemas dengan sangat apik dan dengan bahasa yang mudah dipahami. Dapatkan bukunya disini!

Belenggu Romansa dan Relevansi Kondisi Masa Kini

Belenggu romansa pada masa kis

 

Ada banyak jenis belenggu romansa. Beberapa disebabkan oleh konflik internal seperti kepribadian dari kedua belah pihak. Dari kasus internal, masih dapat memiliki turunan konflik. Namun, beranjak dari konflik internal, ada pula yang disebabkan oleh konflik eksternal. Dalam konflik eksternal, sering kali belenggu menjadi sesuatu di luar kuasa dari kedua belah pihak yang menjalin hubungan. Seperti hierarki sosial, atau kasus seperti agama dan ras yang sering kali menjadi alasan pasangan-pasangan berpisah. Kasus eksternal menjadi faktor yang mampu berubah kadar keberpengaruhannya. Hal ini tentu diprakarsai oleh zaman dan era yang terjadi di masa itu. Hal ini bisa dilihat dari kisah Selma Karamy dan Gibran dalam Sayap-Sayap Patah, belenggu romansa mereka yang bersifat eksternal. Jika diterapkan di masa kini, mampu memunculkan tanda tanya, apakah yang terjadi pada keduanya masih relevan di masa kini?

Beda Masa Beda Belenggu Romansa

                Perubahan zaman banyak memberi pengaruh pola pikir. Pada zaman di era Gibran dan keluarga Karamy hidup, kelas sosial bisa jadi menjadi begitu penting untuk mempertimbangkan segala hal, tidak terkecuali persoalan pasangan hidup. Latar belakang sosial dan reputasi seseorang menjadi nilai utama seseorang dipilih menjadi rekan atau pasangan. Tidak hanya persoalan zaman persoalan wilayah dan adat istiadat juga begitu memengaruhi pola pikir. Belenggu-belenggu itu sebenarnya justru diciptakan oleh pola pikir yang dibangun di kelompok masyarakat setempat.

Namun, disamping itu, pada masa kini, faktor-faktor eksternal dari belenggu romansa yang terjadi di masa itu masih bisa ditemui. Tidak sedikit orang-orang yang masih mengaplikasikan adat istiadat dan pola pikir yang konservatif di masa kini. Nilai kebudayaan yang tidak mudah hilang meski penggunaannya dianggap tidak tepat. Kasus ini mampu menjadi pertanyaan yang tidak ada habisnya, masihkah belenggu romansa di ranah sosial masih relevan hingga saat ini? Masihkan kelas sosial menjadi nilai utama dari pemilihan pasangan hidup seperti pada kasus Selma Karamy dengan Gibran? Pertanyaan ini pun mampu menjadi pertanyaan yang sama sinisnya: apakah perbedaan zaman membuat masyarakat meninggalkan budaya yang ditanamkan?

Konflik yang Menyayat Hati

Tidak sedikti kasus Selma Karamy-Gibran yang terjadi di lingkungan masyakat era terkini. Masyarakat yang masih membatasi diri mereka sendiri karena kepercayaan dan kebiasaan yang dianut. Melalui Sayap-Sayap Patah, pembaca bisa melihat betapa berpengaruhnya pola pikir yang membentuk suatu zaman. Kisah cinta kedua tokoh milik Kahlil Gibran ini memberi suatu sudut pandang tentang belenggu romansa yang begitu menyedihkan dan menyayat perasaan. Belenggu yang di luar kuasa para pemilik hubungan itu sendiri.

Dapatkan bukunya di Mizan Store 

musik rapijali

Musik dan Dunia Baru Remaja

musik rapijali

Musik sangat identik dengan anak muda. Beberapa pegiat musik rata-rata merupakan kawula muda. Hal ini tentu menjadikannya memiliki semangat yang menggebu-nggebu laiknya semangat darah muda, persis judul lagu Rhoma Irama. Kegiatan bermusik sering kali diartikan sebagai sarana aktualisasi diri para remaja. Mereka biasanya membentuk grup band bersama beberapa kawan yang memiliki ketertarikan serupa atau karena motif lainnya yang masih bersinggungan. Dengan berkelompok dalam bermusik, mereka dapat membuka wacana diskusi yang lebih luas dan membentuk lingkungan yang suportif.  Salah satu buku yang membahas tentang kegiatan anak-anak muda yang gandrung terhadap musik adalah Rapijali 2. Dalam buku ini, kita dapat melihat kisah pergaulan anak-anak muda dalam mengaktualisasikan dirinya.

Perkawanan

Dalam Rapijali 2 karya Dee Lestari. Kita bisa menikmati musik melalui lingkungan perkawanan yang suportif dan saling dukung. Terbentuknya band Rapijali pada buku Rapijali 1: Mencari membuka pintu perkawanan sangat lebar untuk enam orang anak muda yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda. Menariknya, kisah mereka bertemu dalam irisan tentang musik dan setiap kisah perkawanan mereka mengalami permasalahan yang begitu kompleks juga karenanya. Kisah persahabatan mereka sangat layak dinantikan kelanjutannya dalam Rapijali 2: Menjadi!

(Bermula dari: https://bentangpustaka.com/buku/rapijali-dee-lestari/)

Perjalanan dalam Musik

Perjalanan sering kali terasa melelahkan. Kata yang satu ini menjadikan kita membayangkan sesuatu yang panjang dan berliku, penuh masalah, dan kerap kali mengalami ketersendatan. Begitulah. Musik dan perjalanan dalam Rapijali 2 menjadi sangat dekat karena di sana enam serangkai sahabat bertemu dan menciptakan perjalanan bersama demi satu tujuan. Dan betul, perjalanan amat sangat melelahkan dan kerap mengalami kebuntuan. Mereka acap kali dibenturkan pada pelbagai persoalan yang bersumber dari latar belakang mereka yang amat beragam. Dan bagi enam orang sahabat, musik menjadi jalan panjang tempat mereka bertemu dan memulai dunia baru menuju kehidupan yang mereka cita-citakan.

Penasaran dengan cerita lengkapnya? Nantikan kisah selengkapnya dalam Rapijali 2: Menjadi yang akan terbit bulan Juli 2021 nanti!

Feminisme Islam

Feminisme Islam karya Etin Anwar Hadir untukmu

Feminisme Islam

Feminisme dan Islam adalah dua hal yang sering diperdebatkan. Banyak yang mengatakan, keduanya tidak sejalan. Feminisme bukan Islam dan Islam tidak pernah mengajarkan tentang feminisme. Benarkah demikian? Feminisme Islam: Genealogi, Tantangan, dan Prospek di Indonesia akan meyakinkan kamu bahwa dua hal itu nyatanya saling berkelindan dalam tatanan etik. Buku ini berisi kajian mendalam yang membahas tentang perkembangan feminisme di Indonesia sejak masa kolonialisme hingga poskolonialisme.

Sekilas tentang Penulis

Etin Anwar adalah seorang ahli di bidang humaniora interdisipliner dan dosen di Hobart and William Smith College, Geneva, New York, yang aktif menulis dan melakukan riset. Ia merupakan founder Reducates yang merupakan platform webinar dan networking untuk membagikan ilmu dan pertukaran budaya secara daring. Etin Anwar telah menulis buku dan artikel dalam jurnal internasional yang juga mengangkat isu perempuan dan feminisme khususnya di Indonesia. Bukunya yang berjudul Jati Diri Perempuan dalam Islam juga telah diterbitkan oleh Mizan pada tahun 2017. Karya terbarunya menawarkan wacana tentang pentingnya menjadi seorang perempuan Muslim dalam memperjuangkan kesetaraan gender.

Hasil Riset Selama 10 Tahun

Tahukah kamu? Etin Anwar sudah pernah menerbitkan buku ini sebelumnya dalam bahasa Inggris dengan judul A Genealogy of Islamic Feminism: Pattern and Change in Indonesia. Karyanya diterjemahkan oleh sahabat penulis, Profesor Nina Nurmila. Buku ini merupakan hasil riset selama 10 tahun tentang relasi antara gender, feminisme, dan Islam. Singkatnya buku ini mengeksplorasi bagaimana perempuan Muslim mempromosikan, memperlombakan, mewujudkan, dan membentuk kembali definisi kesetaraan yang sesuai pada zaman dan konteks mereka. Kita juga perlu menyadari bahwa feminisme sejalan dengan perubahan budaya yang ada.

5 Fase Perkembangan Feminisme di Indonesia

Dalam bukunya, Etin Anwar membagi tahap perkembangan feminisme di Indonesia menjadi 5 fase yaitu emansipasi, asosiasi, pembangunan, integrasi, dan penyebaran. Setiap fase menyoroti momen sejarah dan kondisi masa kini yang membentuk hubungan antara Islam dan feminisme. Etin Anwar juga menjabarkan bahwa feminisme kerap dipandang sebagai produk barat, sehingga sulit diterima masyarakat Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia. Tentunya, pembaca akan mendapat pisau analisis baru untuk isu kesetaraan gender, feminisme, dan Islam usai membaca buku ini.

Akan Terbit Bulan Juni 2021

Jika kamu termasuk orang yang gelisah dengan situasi ketimpangan gender di Indonesia, masukkan Feminisme Islam dalam daftar bacaanmu. Kabar baiknya, penerbit Mizan akan meluncurkan buku hebat ini bulan depan. Kamu bisa mengikuti prapesannya dari tanggal 31 Mei—14 Juni 2021 di sini. Dapatkan bonus tanda tangan dan sapaan eksklusif dari sang penulis! Pantau terus info terbaru buku ini dari Instagram Bentang Pustaka.

 

Nur Aisyiah Az-Zahra

© Copyright - Bentang Pustaka