Cuci Tangan Tanpa Sabun

Efektivitas Cuci Tangan Tanpa Sabun

Cuci tangan tanpa sabun memang terlihat lebih ringkas daripada jika harus menggunakan sabun. Namun tentu efektivitas antara keduanya berbeda. Sabun mengandung senyawa kimia yang bisa mengangkat kotoran dan kuman di kulit. Ketika mencuci tangan hanya menggunakan air saja, kotoran dan kuman tidak akan terangkat sehingga akan tetap menempel pada kulit.

 

Cuci Tangan Tanpa Sabun

Photo by: Pezibear on Pixabay

Bagaimana Jika Tidak Ada Sabun?

Pada masa pandemi ini kita dianjurkan selalu mencuci tangan sesering mungkin. Padahal tidak setiap tempat menyediakan air dan sabun untuk mencuci tangan. Lalu bagaimana solusinya? Hand sanitizer menjadi pilihan baik jika dibandingkan dengan harus cuci tangan tanpa sabun. Hand sanitizer mengandung alkohol minimal 60%, sehingga efektivitasnya baik untuk membunuh kuman dan virus sumber penyakit.

 

Beberapa tempat saat ini sudah menyediakan hand sanitizer selain juga menyediakan sabun dan wastafel. Selain itu banyak dijual hand sanitizer dengan bentuknya yang ringkas dan ringan, membuat hand sanitizer mudah dibawa kemana-mana. Ini menjadi pilihan baik selain harus cuci tangan tanpa sabun.

 

Baca Juga: Antara Sabun dan Hand Sanitizer

Cuci Tangan Tanpa Sabun Adalah Sebuah Kesalahan

Di antara beberapa kesalahan saat mencuci tangan, tidak menggunakan sabun saat cuci tangan termasuk salah satunya. Cuci tangan dengan air saja tidak cukup karena kuman tidak dapat larut dan mati jika hanya dibasuh dengan air. Agar lebih mudah, gunakan sabun cair untuk mencuci tangan. Selain lebih ringkas, menggunakan sabun cair juga akan mencegah penularan kuman melalui sabun batang yang dipakai bersama-sama.

 

Selain cuci tangan tanpa sabun, kesalahan lainnya adalah langsung membilas tangan setelah diberi sabun. Setidaknya setelah menuangkan sabun ke telapak tangan, lakukan proses mencuci tangan dengan menggosok seluruh bagian tangan selama minimal 20 detik.

 

Tips untuk Mencuci Tangan

Lakukan cuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik, dengan menggosok seluruh bagian tangan. Jangan lupa untuk segera mengeringkan tangan setelah membasuhnya dengan air mengalir. Hindari menyentuh objek lain saat tangan masih basah, karena tidak menutup kemungkinan akan kembali terpapar oleh kuman.

 

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan dengan melakukan cuci tangan sesering mungkin. Mengajarkan kebiasaan mencuci tangan pada anak akan lebih mudah jika dibersamai oleh Cican dalam serial Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri. Buku karya Wahyu Aditya ini akan menemani anak-anak untuk belajar membiasakan cuci tangan. Segera miliki dengan lakukan pemesanan di sini atau kunjungi toko buku kesayangan.

Mengajarkan Anak Cuci Tangan

Mengajarkan Anak Cuci Tangan yang Benar

Pandemi covid-19 masih berlangsung, sehingga protokol kesehatan perlu terus dibiasakan. Salah satunya adalah kebiasaan cuci tangan. Kebiasaan ini tidak hanya perlu dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak perlu juga untuk diajak menjaga kesehatan. Oleh karena itu, penting sekali bagi orang tua untuk mengajarkan anak cuci tangan yang benar.

Mengajarkan Anak Cuci Tangan

Photo by: Nghi Nguyen on Pixabay

 

Mengajarkan anak cuci tangan sepertinya bukan hal yang mudah, mengingat mereka adalah manusia yang senang eksplorasi dan belum begitu paham konsep bersih-kotor. Namun, bukan berarti tidak mungkin Orang tua bisa mengajari mereka kebiasaan mencuci tangan.

 

Berikut ini beberapa hal yang bisa dipraktikkan untuk mengajarkan anak cuci tangan:

 

  1. Mengajarkan dengan Mengajak, Bukan Menyuruh

Anak-anak mudah sekali meniru perbuatan orang dewasa, dan biasanya mereka justru sulit jika hanya diberi perintah oleh orang tuanya tanpa memberi contoh. Maka daripada hanya menyuruh mereka untuk mencuci tangan, lebih baik jika mengajak mereka sekaligus memberikan contoh bagaimana mencuci tangan yang benar.

 

  1. Buat Proses Mencuci Tangan Menjadi Seru dan Mengasyikkan

Sesekali ajak anak bermain-main dengan busa sabun dan air supaya proses mencuci tangan jadi kegiatan menyenangkan. Selain itu, pastikan wastafel mudah dijangkau oleh anak. Jika wastafel terlalu tinggi, bisa gunakan bangku kecil sebagai pijakan bagi mereka.

 

Baca Juga: Mengajarkan Kebiasaan Cuci Tangan Anak

 

  1. Beri Penjelasan Tentang Proses Mencuci Tangan

Tunjukkan kepada anak bagaimana cara mencuci tangan yang benar sesuai dengan standar kesehatan. Menggosok sela-sela jari, bagian atas tangan, dan bawah kuku. Selain itu tunjukkan pada mereka berapa lama seharusnya durasi mencuci tangan agar kuman benar-benar mati.

 

  1. Biasakan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun

Anak-anak biasanya suka hal-hal yang singkat dan ringkas, temasuk mencuci tangan dengan hanya menggunakan air. Ada baiknya jika orang tua juga membiasakan anaknya untuk mencuci tangan dengan sabun, sehingga kebersihan dan kesehatan mereka akan selalu terjaga.

 

Untuk menumbuhkan kebiasaan cuci tangan yang benar pada anak, akan lebih mudah jika menggunakan buku serial Cican. Buku karya Wahyu Aditya berjudul Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri akan menemani proses anak belajar mencuci tangan. Dapatkan di sini atau kunjungi toko buku kesayangan Mom.

Manfaat Cuci Tangan

Manfaat Cuci Tangan untuk Kesehatan

Mencuci tangan terkesan aktivitas sepele yang tidak memiliki efek besar. Namun siapa sangka cuci tangan memiliki manfaat yang besar? Salah satu manfaat cuci tangan adalah untuk menjaga kesehatan diri. Banyak sekali penyakit yang bisa menyerang tubuh disebabkan oleh tangan kotor. Maka, mencuci tangan adalah hal penting yang perlu dilakukan rutin.

Manfaat Cuci Tangan

Photo: Pixabay

Manfaat mencuci tangan akan lebih terasa ketika menggunakan sabun, karena akan membantu mematikan kuman-kuman yang ada di tangan. Cuci tangan dengan sabun juga lebih efektif daripada hanya menggunakan air saja. Sabun mengandung bahan yang dapat membantu proses pelepasan kuman dan bakteri yang menempel di kulit.

Selain menjaga kebersihan tangan, berikut uraian beberapa manfaat cuci tangan:

  1. Mencegah berbagai macam penyakit

Tangan manusia menjadi media persebaran penyakit yang paling besar. Tangan adalah bagian tubuh yang paling sering beraktivitas sehingga sangat penting untuk membersihkannya dengan cuci tangan.

Salah satu manfaat cuci tangan adalah mencegah persebaran berbagai macam penyakit yang bisa menyerang tubuh seperti flu, diare, keracunan makanan, infeksi saluran kencing, dan penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri, kuman, atau virus.

 

Baca juga: Antara Sabun dan Hand Sanitizer

 

  1. Membunuh kuman, bakteri, dan mikroorganisme berbahaya lain

Tangan menjadi tempat menempel bagi sekitar 2 hingga 10 juta kuman dan bakteri. Mikroorganisme inilah yang menjadi penyebab timbulnya penyakit. Manfaat cuci tangan menggunakan sabun dapat membantu membunuh jutaan kuman dan bakteri tersebut.

 

  1. Mencegah potensi resistensi antibiotik

Penggunaan hand sanitizer  yang terlalu sering dapat menyebabkan bakteri kebal dengan antibiotik dan menimbulkan iritasi. Maka dari itu, para ahli tidak menganjurkan pemakaian hand sanitizer yang terlalu sering untuk membersihkan tangan.

Manfaat mencuci tangan perlu dikenalkan pada anak supaya mereka memahami pentingnya mencuci tangan. Ajari anak kebiasaan mencuci tangan bersama serial Cican. Wahyu Aditya menulis buku berjudul Cican dan Cini Bisa Cuci Tangan Sendiri untuk mengajak anak membiasakan cuci tangan dengan asyik dan mandiri. Dapatkan bukunya di sini atau di toko buku kesayangan Anda.

dewasa dan sebuah fase kehidupan

Membaca Kehidupan dengan Almustafa

Semakin dewasa, kehidupan manusia pun semakin kompleks. Ada kewajiban baru, rasa baru, bahkan pemikiran-pemikiran yang terus-menerus terbarukan. Tingkatan kompleksitas dalam hidup manusia sering kali membuat manusia itu kesulitan memahami dirinya sendiri. Persoalan jati diri, kemauan, dan kewajiban seolah saling tumpang tindih dan meminta untuk segera dituntaskan. Banyak pertanyaan yang tidak jarang hinggap di benak. Alih-alih menjawabnya dengan penjelasan yang tuntas, kita sebagai manusia justru menjawab dengan pertanyaan baru yang justru tidak menemukan jawabannya.

Persoalan Kehidupan Diri

Dimulai dari konflik internal manusia, seperti halnya akal dan pikiran. Hal-hal yang senantiasa lekat dengan kebiasaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang bisa jadi tidak bisa dilepaskan dari identitas diri masing-masing orang. Lebih jauh sedikit, membicarakan perihal hubungan antarsesama, terhadap keluarga, orang yang dicintai, serta orang-orang yang kita anggap teman dan kerabat. Persoalan manusia yang tidak pernah berujung lainnya adalah hubungan dengan manusia lain yang meliputi kecocokan, bersinggungan, dan perasaan lainnya.

Di kehidupan dewasa pula, manusia akan memiliki satu rutinitas baru yang disebut pekerjaan. Rasa bosan akibat siklus tersebut mungkin pernah menjadi persoalan di benak kita. Untuk apa pekerjaan ini? apakah cocok untukku? Dan berbagai tanda tanya lain yang kadang diakhiri dengan kepasrahan sebagai jawabannya. Ketika sampai pada kasus ini, serangkaian fakta-fakta ekonomi memaksa kita untuk tetap terjun dalam bidang-bidang yang menimbulkan rasa tanpa aman dan nyaman. Pernahkan singgah di benakmu perihal gundah tersebut?

Dijawab dengan Keindahan Kata

Merangkum seluruh kegelisahan manusia dewasa dengan satu kepadatan karya yang luar biasa. Kahlil Gibran menjawab serangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan penuh kedamaian dan sarat akan cinta kasih yang kelembutan sebagai manusia. Manusia dengan segala hubungan yang pernah dijalaninya terhadap siapa pun dan apa pun. Persoalan antarsesama menjadi lebih tulus dan murni. Persoalan pekerjaan dan kewajiban menjadi hal yang hadir beriringan dengan rasa keikhlasan.

intip juga keindahan kata danaspek  inspiratif dalam Almustafa melalui https://bentangpustaka.com/pemaknaan-pada-sebuah-perjalanan/

Manusia berkaca bahwa menjadi dewasa adalah cara yang tidak terlampau buruk dengan segenap jawaban dari Almustafa yang ditulis dalam karya Kahlil Gibran ini. Dengan membaca karya sastra dunia yang satu ini, kita pun membaca kehidupan yang sedang membentang di hadapan kita.

Pemaknaan pada Sebuah Perjalanan

Bagi beberapa orang, perjalanan adalah bagian dari pembelajaran kehidupan. Sebuah pasang surut yang terus terjadi adalah sarana orang-orang merefleksikan diri mereka. Dalam karyanya yang satu ini, Kahlil Gibran menuliskan terkait pemahaman dan pemaknaan dalam kehidupan. Perjalanan identik dengan menemukan, penemuan baru, mendapatkan perspektif baru, dan penerimaan. Karya kondang yang berjudul The Prophet telah dialihbahasakan oleh Sapardi Djoko Damono dengan judul Almustafa. Tentu tanpa mengubah isi cerita, hanya lebih menyorot pada sang tokoh Almustafa, sang tokoh utama, melakukan perjalanan panjang yang memberi pemaknaan pada hal-hal yang ditemui dan terjadi di dalam perjalannya tersebut.  Almustafa membungkus refleksi dan konsumsi rohani dengan kalimat-kalimat puitis dan diksi yang indah.

Refleksi untuk Kualitas Diri

Sejatinya setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah perjalanan itu sendiri. Buku-buku yang mengantarkan pada satu permasalahan ke permasalahan lainnya, atau perjalanan ke perjalanan lainnya membawa pembaca dalam interpretasi yang begitu luas. Seolah mendayung melampaui dua pulau, Almustafa mampu berperan sebagai perjalanan dalam sebuah buku, sekaligus buku yang mengusung penafsiran tentang perjalanan kehidupan. Sebuah paket kombo untuk self-help bagi mereka yang ingin meningkatkan kualitas diri dari buku yang mengusung topik konflik kehidupan. Kahlil Gibran dengan khas yang tidak menghakimi dan terlalu menggurui para pembacanya. Almustafa sebagai perpanjangan tangan untuk menyampaikan nilai moral pada kisah-kisah yang diusungnya. Segala penemuan dan perspektif yang bertolak belakang, dihadirkan sebagai media refleksi dan cermin untuk berkaca pada yang telah lalu.

The Prophet telah mengantarkan pembaca pada sebuah pemahaman tentang kehidupan dengan lebih menyenangkan. Almustafa tidak menempatkan dirinya sebagai mahatahu yang menyebalkan. Kahlil Gibran menjadikan tokoh utamanya ini sebagai figur yang membumi dan penuh pengertian. Sebab itulah, karya yang nyaris berusia seratus tahun ini telah menarik perhatian para pembaca dari seluruh dunia dan terus memberi nilai kehidupan dengan diksi-diksi yang indah. Almustafa bisa menjadi rekomendasi bacaan pada krisis-krisis kedirian, juga sebagai pembaruan refleksi diri yang sederhana tetapi berdampak besar.

Dapatkan buku Almustafa: di https://mizanstore.com/al_mustafa_republish_70454

 

dalam perjalanan, manusia menemukan pemaknaan dan kebijaksanaan

Kebijaksanaan dalam Sebuah Perjalanan Panjang

Banyak sekali makna kebijaksanaan. Dalam setiap hidup manusia, mereka menemukan pembentukan kebijaksanaannya sendiri. Beberapa lahir dari hasil kepasrahan, beberapa lainnya hadir karena suatu badai dalam hidup mereka. sisanya mungkin menemukan tanpa interpretasi apa-apa, alias muncul begitu saja. Tidak sedikit pula yang seolah memilikinya sejak kemunculan mereka di bumi. Dan menebarkannya pada sesama. Seperti yang dilakukan “Nabi” dalam buku ini. Seorang manusia yang digambarkan dengan kebijakan seutuhnya. Seorang tokoh ini, dilahirkan oleh Kahlil dengan komponen yang dibutuhkan oleh manusia kebanyakan: hidup yang penuh dengan rasa lapang.

Dari kelapangan, manusia mempersembahkan kebijaksanaan untuk hidupnya sendiri. Almustafa menebar banyak petuah bijak. Menebarkannya sebagai suatu media refleksi, dan sebuah kaca pada diri sendiri. Tidak mudah menjadi seseorang yang mempertanyakan banyak hal pada hidup, dan menjawabnya dengan pikiran yang positif dan penuh ketenangan. Di samping mampu menjawab segala tanda tanya yang dihadirkan oleh kehidupan, Kahlil Gibran masih dapat merangkai dan membungkus jawabannya dengan keindahan kata.

Sebuah Bacaan Penuh Ketenangan

Barangkali memang kehidupan tidak pernah memberikan ketenangan seterusnya. Silih berganti rasa kalut dan ketidakstabilan menampakkan diri dalam kehidupan manusia. Segala rasa marah tidak jarang menjadi suatu pegangan saat segalanya tidak berjalan baik. Namun, sudah pasti bukan itu tujuan dari kehidupan. Hidup seperti bahtera, seperti yang dihadirkan Kahlil Gibran dalam tulisannya yang mendunia ini. Pada sebuah perjalanan panjang dengan kapan di laut yang begitu luas, Kahlil Gibran memperumpakaan hidup dengan segala pasang surutnya. Di dalamnya, dimunculkan banyak tanda tanya yang bisa jadi tebesit dalam pikiran manusia yang sedang kebingungan dengan arah kehidupan.

Kahlil Gibran membungkus kehidupan dalam bentuk tulisan yang penuh keindahan. Sastrawan asal Lebanon ini menuliskan petuah tanpa menjadikannya menjadi tulisan yang menggurui dan membosankan. Kahlil Gibran tidak sedang menempatkan dirinya sebagai Sang Maha Tau. Meletakkan tokoh Almustafa dalam bukunya ini, ia sedang membangun cermin diri bagi para pembacanya. Sebuah media refleksi, dalam sebuah petualangan panjang Almustafa menemui pasang dan surut.

Baca juga https://www.bbc.com/news/magazine-17997163

Jadilah Salah Satu Pembaca

Almustafa karya Kahlil Gibran ini dapat disebut sebagai sebuah buku penuh rasa aman dan tenang. Pada bulan April ini akan terbit kembali, dengan rasa yang tidak berubah. Tanpa mengurangi esensi yang berusaha dihadirkan Kahlil Gibran dalam setiap perjalanan dan makna-makna kehidupan yang ditemukannya, bacaan ini mampu menjadi inspirasi.

mengambil risiko

Berada di Zona Nyaman atau Mengambil Risiko?

Zona nyaman atau mengambil risiko? Hidup adalah tentang pilihan. Manusia sering kali merasa dilema terhadap banyak hal entah itu urusan kecil seperti memilih menu makan siang, sampai persoalan besar seperti harus tidaknya kita menikah. Menurutmu, mana yang lebih penting? Memilih sesuatu yang berada dalam jangkauan dan zona nyaman kita atau melompat ke dalam bara api yang penuh risiko?

Mungkin pertanyaan yang tepat bukanlah mana yang lebih penting, melainkan pilihan mana yang lebih bisa membantu kita berkembang. Apa pun pilihanmu, sadarilah bahwa dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah atau benar. Semua punya hak untuk memilih. Perlu diingat juga, kita tidak seharusnya menghakimi pilihan orang lain atau berusaha menggurui bahwa satu opsi lebih baik dari yang lainnya.

“Melakukan apa yang kamu suka adalah kebebasan.

Menyukai apa yang kamu lakukan adalah kebahagiaan.”

 

zona nyaman

Mengambil Risiko dalam Zona Nyaman

Maudy Ayunda melalui bukunya, Dear Tomorrow, mengingatkan kita bahwa konsistensi yang perlu kita jaga dalam hidup adalah pertumbuhan positif dan pengembangan diri. Wanita kelahiran 1994 itu menulis bahwa terus-menerus berada di dalam zona nyaman juga ternyata berisiko. Risiko yang ia maksud adalah potensi dirinya untuk tumbuh dan berkembang akan terampas.

Jika sudah begitu maka istilah yang tepat bukan lagi zona nyaman, melainkan zona berbahaya, bukan? Inilah yang harus kita hindari.

Meskipun begitu, bukan berarti kita harus melulu mengambil risiko dalam setiap pilihan hidup kita. Berada di zona nyaman membantu manusia untuk menghargai lingkungan sekelilingnya, memberikan waktu untuk merancang langkah selanjutnya, dan memikirkan risiko apa yang harus kita ambil setelah ini.

Baca juga: Maudy Ayunda Beri Tips Lolos Beasiswa Luar Negeri

Atasi Rasa Takutmu Terhadap Perubahan

Ajukan pertanyaan ini pada dirimu sendiri setiap memulai hari, jika kau hanya bisa melakukan satu hal hari ini, apa yang akau kau lakukan?

Bagi Maudy, justru lebih menakutkan jika kita tidak tumbuh dan berkembang sebagai individu. Ambillah risiko! Ini adalah hak dan pilihanmu untuk memilih, jangan berikan celah bagi orang lain untuk mendikte hidup kita.

Lakukan apa yang membuatmu senang. Hal itu akan memotivasimu untuk melakukannya lagi dan lagi. Beberapa orang menemukan kebahagiaan dari suatu proses yang mereka jalani, tak peduli fakta bahwa mereka hebat atau buruk dalam hal tersebut. Namun bagi beberapa orang lain, kebahagiaan terletak pada hasil akhir yang dicapai. Lagi, tidak ada yang salah dari letak sebuah kebahagiaan seseorang.

Apa pun pilihanmu kelak, pastikan bahwa kamu tidak akan menoleh ke belakang dengan penyesalan. Tengoklah masa lalu dengan senyuman dan berterima kasihlah pada dirimu sendiri karena telah mengambil pilihan itu.

 

Kontributor artikel: Nur Aisyiah Az-Zahra.

Introvert Extrovert

Jangan Paksa Seorang Introvert Menjadi Extrovert

Kamu termasuk introvert atau extrovert? Kalimat itu diucapkan oleh Susan Cain, penulis buku nonfiksi berjudul The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking. Mungkin kamu sudah bisa menebak bahwa Susan Cain juga seorang introvert. Dia menuliskan pendapatnya dengan bebas di dalam bukunya tentang bagaimana budaya barat tidak bersahabat terhadap kaum introvert.

Indonesia tidak jauh berbeda. Masyarakat cenderung memandang sebelah mata kemampuan orang-orang introvert. Banyak yang mengatakan bahwa seorang extrovert jauh lebih pantas menjadi pemimpin ketimbang seorang introvert. Hei, itu pemikiran yang salah!

Apabila seorang introvert disediakan ruang dan zona yang nyaman untuknya bekerja, pencapaian mereka akan luar biasa. Jadi, buang jauh-jauh persepsi semacam itu, ya! Asal kalian tahu, banyak pemimpin besar dunia yang ternyata seorang introvert, lho!

Introvert Extrovert

Tokoh Hebat yang Ternyata Seorang Introvert

Wahyu Aditya dalam Sila ke-6 menyebutkan tiga nama tokoh hebat yang ternyata merupakan seorang introvert. Mereka adalah Mahatma Ghandi, Eleanor Roosevelt, dan Rosa Parks. Ketiga nama itu pasti sudah tak asing lagi di telinga, bukan? Mereka dapat dikatakan sebagai sosok yang pemalu, pendiam, dan selalu berbicara dalam intonasi yang lemah lembut.

Para introvert cenderung memiliki sifat tenang dan hal itu merupakan kekuatan yang luar biasa mengingat banyak kegagalan bersumber dari kepanikan dan penguasaan diri yang rendah. Mengapa para pemimpin yang disebutkan di atas tadi bisa memimpin? Dalam bukunya, Mas Wadit menjawab bahwa semua itu karena mereka tidak memiliki pilihan selain melakukan apa yang mereka pikir benar.

“Jangan menganggap sebuah introversi sebagai sesuatu yang harus diobati. Habiskan waktu luangmu untuk melakukan apa yang kamu suka, bukan apa yang kamu rasa harus kamu lakukan.”

Kekuatan Introvert vs. Extrovert

Dunia membutuhkan orang-orang introvert. Hal yang harus kita garis bawahi di sini adalah introvert bukan perihal bisa atau tidaknya seseorang bersosialisasi dan cepat atau lambatnya seseorang beradaptasi di lingkungan baru. Ini tentang bagaimana seseorang merespons sebuah stimulasi yang diterimanya.

Apabila seorang extrovert nyaman dengan interaksi sosial dan merasa sepi ketika sendirian, introvert justru menemukan kekuatannya ketika merasa sendiri. Oleh karena itu, berikanlah respek dan ruang bagi si introvert untuk melakukan apa yang diinginkannya.

Berdasarkan penelitian Susan Cain, talenta manusia bisa dimaksimalkan saat berada di zona, area, dan ruang yang dapat menstimulasi mereka dengan tepat. Menurut Mas Wadit, salah satu kunci untuk menemukan kreativitas, jawaban, dan ide adalah kesendirian.

Baca juga: Jangan Takut Berkreasi, Setiap Karya Memiliki Peminat

Keseimbangan Diri

Sebenarnya, tidak ada orang yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai murni introvert atau extrovert. Namun, persentase dominan pada introvert atau extrovert itulah yang kerap dianggap sebagai hasil yang final. Padahal, manusia justru semestinya berada di antara keduanya, menyeimbangkan Yin dan Yang.

Mungkin sebagian orang menganggap bahwa ambivert adalah jawabannya, kondisi imbang 50:50 dan merupakan pribadi yang fleksibel. Padahal, ambivert masihlah sebuah istilah gaul dan belum ada penelitian ilmiah untuk mengesahkan kosakata tersebut dalam disiplin psikologi. Lantas, benarkah ambivert merupakan jawabannya? Tidak.

Kita harus mengubah persepsi tentang introvert. Sebab pada dasarnya, semua orang berhak mendapat panggung yang sama dan tepukan tangan yang meriah. Hargailah introversi mereka, jangan memaksa mereka untuk menjadi seorang extrovert. Biarkan para introvert leluasa mengembangkan kreativitas tanpa batas mereka. Seperti tajuk Sila ke-6 Mas Wadit, Kreatif Sampai Mati!

 

Nur Aisyiah Az-Zahra

Butuh Terapi Jiwa untuk Atasi Depresi? Henry Manampiring Rekomendasikan Buku Ini

Henry Manampiring, influencer media sosial, dikenal sebagai sosok yang humoris, cerdas, serta tak pelit membagikan rekomendasi mengenai hal-hal baru. Setelah sukses menerbitkan buku laris Filosofi Teras, Henry membuka mata para generasi milenial tentang pentingnya kesadaran akan kesehatan mental. Terutama untuk mengatasi perasaan emosi negatif yang naik turun secara berlebihan dan berujung depresi.

Depresi memang tak bisa dianggap remeh. Apalagi banyak kasus percobaan bunuh diri yang dilatarbelakangi oleh perasaan tak berharga. Dalam skala yang lebih ringan, depresi mampu mengacaukan keseharian kita akibat putus harapan dan rasa sedih yang berlebihan. Menurut Henry Manampiring, selain terapi pengobatan klinis, cara lain yang bisa ditempuh untuk mengembalikan keseimbangan hidup adalah dengan mepraktikkan ajaran filsafat Yunani-Romawi Kuno.

 

Rekomendasi Buku Nonfiksi sebagai Terapi Jiwa

Kini, Henry Manampiring merekomendasikan salah satu buku penting tentang ajaran dan praktik filsafat yang bisa berperan sebagai terapi jiwa. Buku tersebut adalah Philosophy for Life: And other dangerous situations karya Jules Evans, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Bentang Pustaka dengan judul Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya.

“Jika kamu masih menganggap filsafat sebagai topik yang mengawang-awang dan tak berguna, buku ini akan mengubah pandanganmu. Dengan bahasa yang lugas dan penuh cerita menarik, Jules Evans menunjukkan bahwa filsafat justru bisa menjadi ‘terapi jiwa’ dan pilihan laku hidup (way of life). Kita bisa belajar dari kaum Stoa bagaimana tangguh menghadapi kesulitan hidup, dari kaum Epicurean menemukan kenikmatan hidup sejati, dari Phytagoras soal mendisiplinkan mental, dari kaum Skeptis cara untuk tidak mudah dibohongi, dan lain-lain. Kamu bisa belajar menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup dengan ide dan pemikiran yang sudah bertahan ribuan tahun di dalam buku ini. Buku ini juga menjadi salah satu inspirasi saya menulis Filosofi Teras,” pesannya.

Berikut ini kami rangkum tiga hal menarik dari buku Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya yang diulas oleh Henry Manampiring di channel Youtube-nya.

Rich result on Google's SERP when searching for 'Henry Manampiring Depresi''

Filsafat Membantu Penulis Buku ini Sembuh dari Depresi

Buku ini merupakan hasil tangkapan, riset, investigasi Jules Evans tentang berbagai aliran filsafat klasik zaman Yunani dan Romawi kuno. Evans menunjukkan bagaimana setiap aliran filsafat ini bertahan sampai sekarang: siapa saja pengikutnya, kelompok-kelompok yang menerapkan, dan bagaimana aliran-aliran tersebut masih relevan dengan kehidupan sekarang.

Pembahasan dalam buku ini berfokus pada School of Athens [Sekolah Athena], aliran yang berakar dari tradisi Yunani kuno. Aliran filsafat dari Yunani Kuno memang dikenal memiliki muatan way of life yang signifikan. Bagi Henry, aliran ini banyak memberikan nasihat mengenai panduan jalan hidup. Apalagi jika dibandingkan dengan aliran filsafat modern yang lebih njelimet dan susah dicari relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Menariknya, Evans tidak berposisi sebagai reporter atau investigator yang menuliskan hasil risetnya. Secara langsung dia bercerita tentang pengalamannya lepas dari depresi akibat aliran-aliran filsafat yang dipelajarinya. Ia juga menguraikan bahwa filsafat bukanlah kata-kata bijak semata, melainkan sesuatu yang bisa dipraktikkan setiap hari.

 

Henry Manampiring: Kenapa Buku ini Penting Dibaca?

Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya menunjukkan bahwa ada begitu banyak aliran filsafat yang bisa bermanfaat bagi hidup kita. Contohnya, Filsafat Stoa yang membantu kita untuk lebih resilien, lebih tangguh menjalani hidup, terlebih pada zaman resesi seperti sekarang. Dari Filsafat Epicurean, kita akan diajak untuk semakin memahami petuah “bahagia itu sederhana”. Skepticisme mengajarkan kita untuk berpikir kritis terhadap segala sesuatu, mempertanyakan banyak hal. Tentunya sangat relevan dengan situasi sekarang yang penuh hoaks dan fake news. Ada pula pembahasan mengenai kematian dari perspektif filsafat: Bagaimana kematian seharusnya tidak membuat kita takut?

 

Henry Manampiring: Cara Penulisannya Mengingatkan Saya pada Malcolm Gladwell

Tulisan Jules Evans mengingatkan Henry Manampiring pada gaya Malcolm Gladwell. Setiap babnya selalu diawali dengan kisah menarik dari seseorang, masalah dalam hidupnya, dan bagaimana praktik filsafat membantu orang itu menjadi lebih baik. Dengan bahasa yang mudah dan tidak njelimet, pembaca di Indonesia bisa menemukan aplikasinya di kehidupan sehari-hari. “Saya senang sekali buku ini akhirnya diterjemahkan oleh Bentang Pustaka. Semoga tulisan ini lebih banyak menjangkau orang-orang di Indonesia,” ujar Henry.

 

Nah, demikian tadi tiga nilai lebih dari Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya. Buku ini tengah memasuki masa PO yang berlangsung pada 1 hingga 11 Oktober 2020 di laman bentangpustaka.com.

Rich result on Google's SERP when searching for 'masalah hidup'

Masalah Hidup Tak Kunjung Usai? Buku Ini akan Menyelamatkanmu

Masalah hidup memang tiada habisnya. Terlebih di situasi pandemi yang sangat menguji kewarasan kita. Mulai dari mobilitas yang terbatas, penghasilan yang kian menipis, hingga perasaan was-was yang berlangsung setiap saat. Segala sesuatu yang tadinya normal seketika bergejolak. Jika tidak berhati-hati, kita akan didera perasaan cemas yang berkepanjangan.

Ketidakpastian akan masa depan sungguh membayang. Tak heran jika ada banyak orang yang kesulitan beradaptasi lalu berujung depresi. Kampanye yang muncul belakangan ini membuka mata kita bahwa depresi maupun perasaan cemas yang berlebihan tak boleh disepelekan. Kesehatan mental adalah kunci utama bagi kebahagiaan hidup. Untuk mengatasi masalah hidup yang semakin membebani ini, kita perlu segera mencari pertolongan. Cara yang paling tepat adalah dengan menghubungi para ahli maupun terapis. Namun sebagai langkah awal, mencari referensi buku yang tepat untuk menenangkan jiwa juga bisa menjadi solusi.

 

Mengurai Masalah Hidup Lewat Filsafat Kuno

Jules Evans, pengelola Well-Being Project di Centre for the History of the Emotions di Queen Mary, University of London, pernah mendapati dirinya hidup dalam rasa cemas, depresi, serta stres pasca-trauma selama bertahun-tahun.

Melalui risetnya, Jules mengetahui bahwa gangguan-gangguan emosional ini nyatanya dapat ditangani dengan CBT (Cognitive Behavioural Therapy atau Terapi Perilaku Kognitif). Sebulan setelah menjalani terapi itu, ia tidak lagi terkena serangan panik. Kepercayaan dirinya kembali muncul, bahkan mampu mencerna emosi yang meluap secara tiba-tiba. Menariknya, ide dan teknik-teknik dalam CBT ternyata tak asing—mengingatkannya pada pengetahuan seputar filsafat Yunani Kuno.

Salah satunya adalah ajaran Socrates. Socrates menyatakan tanggung jawab kita sendirilah untuk “merawat jiwa”, dan inilah yang diajarkan filsafat kepada kita—seni psikoterapi, yang berasal dari bahasa Yunani dengan makna “merawat jiwa”. Kitalah yang harus menguji jiwa sendiri dan memilih prinsip serta nilai-nilai mana yang masuk akal dan mana yang membahayakan. Dalam konteks ini, filsafat merupakan suatu bentuk pengobatan yang dapat kita lakukan sendiri.

“Riset yang dilakukan oleh Jules Evans ini kemudian dituangkan ke dalam buku berjudul Philosophy for Life: And other dangerous situasions. Mengingat isi buku ini sangat ampuh untuk menyelamatkan kita dari kondisi tertekan akibat berbagai masalah hidup, kami pun memutuskan untuk menerbitkan edisi Bahasa Indonesianya: Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya. Tak perlu memiliki basis filsafat untuk membacanya. Pembahasan buku ini sangat ringan hingga bisa dibaca oleh siapapun,” ujar Nurjannah Intan, editor Nonfiksi di Bentang Pustaka.

Menyelesaikan Masalah Hidup dengan Berguru pada Filsadat Kuno

 Baca juga: Luka Batin Tak Kunjung Reda, Terapkan Cara Berikut untuk Menyembuhkannya!

 

Terapi Jiwa, Sebuah Solusi

Henry Manampiring, influencer sekaligus penulis Filosofi Teras, mengemukakan bahwa karya Jules Evans ini bisa berfungsi sebagai terapi jiwa. “Jika kamu masih menganggap filsafat sebagai topik yang mengawang-awang dan tak berguna, buku ini akan mengubah pandanganmu. Dengan bahasa yang lugas dan penuh cerita menarik, Evans menunjukkan bahwa filsafat justru bisa menjadi ‘terapi jiwa’ dan pilihan laku hidup (way of life). Kita bisa belajar dari kaum Stoa bagaimana tangguh menghadapi kesulitan hidup, dari kaum Epicurean menemukan kenikmatan hidup sejati, dari Phytagoras soal mendisiplinkan mental, dari kaum Skeptis cara untuk tidak mudah dibohongi, dan lain-lain. Kamu bisa belajar menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup dengan ide dan pemikiran yang sudah bertahan ribuan tahun di dalam buku ini. Buku ini juga menjadi salah satu inspirasi saya menulis Filosofi Teras.

 

Masa pre-order Filosofi untuk Hidup dan Bertahan dari Situasi Berbahaya Lainnya akan segera berlangsung pada 1—11 Oktober 2020 di laman bentangpustaka.com

© Copyright - Bentang Pustaka