Arti Kemerdekaan versi Muhammad Ali
Siapa yang tidak mengenal Muhammad Ali? Seorang petinju dunia kelas berat dengan nama lahir Cassius Marcellus Clay, Jr. ini pernah diperlakukan tidak adil oleh bangsanya. Pria yang lahir di Louisville, Kentucky, pada 17 Januari 1942 ini terlahir sebagai orang kulit hitam, yang mana tergolong kelas pembantu di Louisville. Saat kecil, dia bersama ibunya sedang berada di sebuah warung. Cassius kecil, alias Ali kecil, ingin minum. Tetapi mereka tidak mau memberinya minum karena warna kulitnya.
Peristiwa yang sangat mempengaruhinya tersebut telah mengubahnya menjadi sosok yang berkepribadian mempesona. Selain lihai di atas ring, sebagai petinju, Ali juga merupakan sosok yang berpengaruh di bidang politik yang luas terhadap banyak orang. Hal ini tercermin ketika dia menolak ajakan pemerintah untuk bergabung bersama Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Dia dengan sederhana mengatakan, “Saya tidak punya masalah dengan Vietkong.”
Sebenarnya, pemerintah Amerika Serikat tidak memerlukan Muhammad Ali untuk berperang melawan Vietnam. Seperti yang dikatakan Ramsey Clark, yang kemudian menjadi Jaksa Agung Amerika Serikat, “Mereka (pemerintah AS) menginginkan bantuannya (Muhammad Ali), mengambil fotonya di sana, mungkin memberikan sejumlah garis di lengan bajunya, dan membawanya berkeliling dunia.”
“Pikirkan pengaruh yang mungkin diperoleh di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Inilah orang yang bangga mengabdi untuk Amerika, secara simbolis bertempur untuk negaranya. Mereka akan sangat senang melakukan hal tersebut.” lanjutnya.
Akan tetapi perkataan sederhana yang diungkapkan Ali telah membuat alarm tanda bahaya berbunyi. Hal ini karena, menurut Noam Chomsky, “memicu pertanyaan mengapa orang miskin Amerika Serikat dipaksa oleh orang kaya Amerika Serikat untuk membunuh orang miskin di Vietnam?” Kemerdekaan yang dilakukan oleh Ali ditunjukan dengan tidak hanya mengubah cara pandang orang Afrika-Amerika terhadap dirinya sendiri, tetapi juga membuka mata banyak orang kulit putih tentang potensi orang Afrika-Amerika.
Oleh Leovita Augusteen Siapa yang tidak mengenal Muhammad Ali? Seorang petinju dunia kelas berat dengan nama lahir Cassius Marcellus Clay, Jr. ini pernah diperlakukan tidak adil oleh bangsanya. Pria yang lahir di Louisville, Kentucky, pada 17 Januari 1942 ini terlahir sebagai orang kulit hitam, yang mana tergolong kelas pembantu di Louisville. Saat kecil, dia bersama ibunya sedang berada di sebuah warung. Cassius kecil, alias Ali kecil, ingin minum. Tetapi mereka tidak mau memberinya minum karena warna kulitnya.
Peristiwa yang sangat mempengaruhinya tersebut telah mengubahnya menjadi sosok yang berkepribadian mempesona. Selain lihai di atas ring, sebagai petinju, Ali juga merupakan sosok yang berpengaruh di bidang politik yang luas terhadap banyak orang. Hal ini tercermin ketika dia menolak ajakan pemerintah untuk bergabung bersama Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Dia dengan sederhana mengatakan, “Saya tidak punya masalah dengan Vietkong.”
Sebenarnya, pemerintah Amerika Serikat tidak memerlukan Muhammad Ali untuk berperang melawan Vietnam. Seperti yang dikatakan Ramsey Clark, yang kemudian menjadi Jaksa Agung Amerika Serikat, “Mereka (pemerintah AS) menginginkan bantuannya (Muhammad Ali), mengambil fotonya di sana, mungkin memberikan sejumlah garis di lengan bajunya, dan membawanya berkeliling dunia.”
“Pikirkan pengaruh yang mungkin diperoleh di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Inilah orang yang bangga mengabdi untuk Amerika, secara simbolis bertempur untuk negaranya. Mereka akan sangat senang melakukan hal tersebut.” lanjutnya.
Akan tetapi perkataan sederhana yang diungkapkan Ali telah membuat alarm tanda bahaya berbunyi. Hal ini karena, menurut Noam Chomsky, “memicu pertanyaan mengapa orang miskin Amerika Serikat dipaksa oleh orang kaya Amerika Serikat untuk membunuh orang miskin di Vietnam?” Kemerdekaan yang dilakukan oleh Ali ditunjukan dengan tidak hanya mengubah cara pandang orang Afrika-Amerika terhadap dirinya sendiri, tetapi juga membuka mata banyak orang kulit putih tentang potensi orang Afrika-Amerika.
Oleh Leovita AugusteenBentang
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!