Alasan Dewi Lestari Menghidupkan Kembali Rapijali

Pemilik nama asli Dewi Lestari ini mengatakan sejak kecil sudah memiliki hobi menulis. “RAPIJALI” pun merupakan sebuah karyanya yang ditulis ketika lulus SMA pada tahun 1993, namun dulunya bernama “PLANET PING”.

“Dulu saya membayangkannya jadi cerbung (cerita bersambung) dan saya bagi-bagikan cerbung-cerbung ini ke keluarga sendiri aja, tapi tidak sampai selesai karena keterbatasan saya dalam menyusun konflik, keterbatasan saya dalam menyusun cerita, setelah itu saya mencoba menulis segala macam,” kata Dee dalam bincang-bincang “Dee Lestari RAPIJALI Media Meet”, Jumat.

rapijali dewi lestari

Di tahun 2000-an, Dee membuat manuskrip “Supernova”. Karena sifatnya serial dan sudah berjanji untuk menerbitnya, “RAPIJALI” pun kembali “terkubur”.

Waktu terus berjalan, karya-karya Dee yang lain pun terus bermunculan seperti “Perahu Kertas”, “Filosofi Kopi”, “Madre” hingga “Aroma Karsa”. Namun “RAPIJALI” yang mati suri terus mengusik pikiran Dee.

“Tahun 2007 saya sempat ada di persimpangan saat ditawari cerbung digital, saya ada di dua pilihan ‘Perahu Kertas’ atau ‘PLANET PING’, tapi ‘Perahu Kertas’ lebih rampung akhirnya saya memutuskan menghidupkan lebih dulu ‘Perahu Kertas’,” ujar Dee.

“Saat itu saya seperti terus dihantui oleh ‘PLANET PING’. Selain itu sebagai musisi masa saya enggak punya manuskrip tentang musik,” imbuh dia.

Alasan Dewi Lestari Menghidupkan Kembali Rapijali

“RAPIJALI” akan hadir sebagai cerita bersambung digital melalui platform Storial.co dan juga buku fisik yang dijadwalkan rilis pada akhir Februari 2021.

Dee mengatakan sengaja merilis dalam dua versi untuk memberikan pengalaman yang berbeda bagi pembacanya. Selain itu, Dewi Lestari ingin mengembalikan “RAPIJALI” pada sejarah terbentuknya yang berupa cerita bersambung.

“Menerbitkan kembali jadi cerbung sama dengan mengembalikan ke fitrahnya. Dulu kita mengandalkan media cetak, sekarang untuk menciptakan sensasi itu saya harus beralih ke digital dan memang kali ini partner-nya dengan Storial,” kata Dee.

RAPIJALI” berkisah tentang Ping, remaja perempuan berusia 17 tahun yang hidup damai di Pantai Batu Karas bersama kakeknya yang seorang pemusik di rumah mereka dekat tepian Sungai Cijulang.

Dengan bakat musiknya yang istimewa, Ping merasa tidak memiliki wadah di Batu Karas. Namun, dia tidak berani bercita-cita besar karena keterbatasan yang melingkupi hidupnya.

Hidup Ping mendadak jungkir balik ketika dia harus pindah ke Jakarta dan tinggal bersama keluarga calon Gubernur. Dia harus menghadapi sekolah baru, kawan-kawan baru, dan tantangan baru. Dari sana, Ping menyadari hidupnya ternyata tidak sesederhana yang ia duga. Ada sesuatu dari masa lalunya yang menanti untuk dikuak.

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2021


Berita dilansir dari Antara News, pada 22 Januari 2021.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta