RACUN PUAN
“Temanku bilang abaikan saja kalau ada perempuan mengeluh. Semua perempuan memang begitu. ‘Tak pernah benar persoalan dunia di matanya.’ Begitu racun kalimatnya yang aku sesali.”
-Ni Nyoman Ayu Suciartini, dalam buku Racun Puan
“Temanku bilang abaikan saja kalau ada perempuan mengeluh. Semua perempuan memang begitu. ‘Tak pernah benar persoalan dunia di matanya.’ Begitu racun kalimatnya yang aku sesali.”
-Ni Nyoman Ayu Suciartini, dalam buku Racun Puan
Kisah tragis seorang perempuan Bali yang hidup dalam keluarga patriarki dan menelan banyak mitos beracun tentang perempuan.
Ni Nyoman Ayu Suciartini adalah penulis novel dan cerpen berbakat asal Bali yang karyanya banyak bermunculan di berbagai media online. Saat ini Ni Nyoman Ayu Suciartini masih aktif menulis di tengah kesibukannya sebagai pengajar di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa.
………………………………
Aruna sudah berusaha keras menjadi anak perempuan yang patut dibanggakan. Namun, tetap saja keluarganya hanya memandang sebelah mata. Aruna tidak kurang-kurangnya berusaha menjadi istri yang baik. Tetapi kata suami dan mertuanya, dia keras kepala dan sulit dipahami.
Menjadi ibu pun, dia tidak mampu. Sam, anak gadisnya, menjauh dan tidak pernah nyaman bersamanya.
Aruna hanya ingin menjalankan perannya dengan sempurna. Dia serap semua kata dan ucapan orang-orang di sekelilingnya, yang perlahan menjadi racun menjalar dalam tubuhnya.
Apakah setiap puan juga meminum racun serupa setiap harinya?
“Racun Puan membuat saya masuk terbawa dalam pusaran lapisan rumitnya perempuan yang hanya bisa disampaikan oleh perempuan. Bahasa yang puitik, penuh dengan misteri berlapis .…”
–Happy Salma, aktris dan seniman
“Novel ini layak dibaca dan layak hadir di ruang visual. Ketika perempuan bicara, seolah semesta larut di dalamnya”
– N. Payuyasa, Korprodi Film dan Televisi ISI Denpasar
“Novel ini benar-benar mengajak pikiran dan perasaan kita berkelana, menjelajah diskursus dan realitas yang kompleks tapi akrab dengan keseharian kita. Rasa cinta, kesetiaan hingga penyeselan dikisahkan dalam sebuah relasi keluarga, dengan gaya bertutur yang khas.”
– AAGN Ari Dwipayana, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud