Tokoh Indonesia Anggota Freemason: Siapa Saja Mereka?

Tokoh Indonesia Anggota Freemason: Siapa Saja Mereka?

Pada awal 2000-an, Madonna tercatat sebagai anggota Kabbalah Center di Los Angeles. Dia mengganti nama menjadi  sebuah nama Yahudi yang berasal dari Kitab Perjanjian Lama: The Queen Esther. Madonna atau Esther begitu tekun mendalami Kabbalah, bahkan dia sering mengunjungi situs-situs Kabbalah di Israel. Madonna tidak hanya aktif di Kabbalah, tetapi juga di Freemasonry P2, sebuah gerakan Freemason yang didanai mafia. Madonna menganggap Britney Spears bisa dijadikan kadernya. Maka, dia mendekatinya dan berhasil. Pada 2003, Britney secara resmi menjadi anggota Kabbalah, sedangkan Christina Aguilera masih jadi calon. Nah, dalam acara MTV 20th Annual Video Music Awards itu Madonna bersama Britney dan Christina bersama satu panggung membuka acara.

Kamu mungkin bertanya-tanya, apa benar di Indonesia terdapat tokoh Freemason yang sangat identik dengan organisasi rahasia Illuminati? Jawabannya adalah benar. Mengapa? Ini karena tak hanya di luar negeri, seperti halnya ajaran dan ideologi lain, Freemason pun pernah ada di Indonesia. Bahkan, organisasi yang bergerak di bawah tanah ini pernah dipimpin oleh orang-orang terkemuka di Indonesia.

Kamu pasti tidak akan pernah mengira bawah tokoh besar seperti Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, dan Raden Saleh adalah salah satu anggota mason. Selain mereka, ternyata masih banyak anggota organisasi Freemason lain. Siapa sajakah itu?

Raden Sarif Bastaman Saleh

Pria yang lahir di Terboyo tahun 1810-an ini ternyata diidentifikasi sebagai anggota Freemason. Hal ini diungkapkan dalam tulisan seorang sejarawan Belanda bernama Dr. Th. Stevens, yang ternyata juga anggota Freemason.

Menurut catatan sejarawan Belanda tersebut, Raden Sarif Bastaman Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang ikut dalam Freemason pada zaman Hinda Belanda. Hal ini karena Raden Sarif Bastaman Saleh pernah menempuh pendidikan di Eropa dan kemungkinan besar mengikuti Freemason di sana. Di Indonesia, ia dianggap sebagai penghubung antara dua kebudayaan, yakni Jawa dan Eropa.

Pangeran Ario Notodirodjo

Tokoh Freemason Indonesia yang selanjutnya adalah pangeran Ario Notodirodjo yang hidup antara tahun 1858-1917. Ia masuk dalam susunan anggota Freemason pada tahun 1887. Selain itu, ia juga menjabat sebagai ketua organisasi Boedi Oetomo selama tahun 1911-1914. Pada tahun 1913, pangeran Ario Notodirodjo mendirikan Sarekat Islam di Yogyakarta yang pada saat itu memiliki anggota elite Jawa.

Raden Adipati Tirto Koesoemo

Ia merupakan ketua pertama organisasi Boedi Oetomo sekaligus menjadi anggota Freemason Loji Mataram pada tahun 1895. Menurut catatan sejarah, pada kongres kedua organisasi Boedi Oetomo, Raden Adipati Tirto Koesoemo mengusulkan penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa Nasional.

Dr. Radjiman Wedyodiningrat

Anggota Freemason yang selanjutnya adalah Dr. Radjiman Wedyodiningrat yang hidup antara tahun 1879–1952. Namun, masih banyak yang meragukan apakah ia benar-benar seorang mason atau tidak. Pasalnya, Dr. Radjiman Wedyodiningrat kerap memegang jabatan penting di organisasi Indonesia.

Contohnya adalah ia menjadi Ketua Boedi Oetomo pada 1914-1915. Kemudian pada 1945, ia mengambil peran sebagai Ketua BPKI (Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Bersama dengan Bung Karno dan Bung Hatta, ia pergi menemui Marsekal Terauchi untuk membicarakan Kemerdekaan Indonesia.

Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo

Siapa yang tak kenal dengan mantan Kapolri RI pertama ini? Pria yang lahir di Bogor tahun 1908 ini ternyata juga menjadi seorang mason. Menurut penelitian sejarah, pada 1952 ia menjaga anggota dari Loji Indonesia Purwo-Daksina sebagai perkumpulan Freemason. Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo bahkan pernah menjadi Ketua Umum Federasi Nasional Mason.

Itulah beberapa tokoh Freemason yang ada di Indonesia. Nah kira-kira Sahabat Bentang penasaran tidak dengan fakta-fakta freemason di Indonesia yang lainnya?

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta