Pelajar Sejati dalam Diri Kita

Selama masa isolasi diri ini semua anak menghabiskan waktu belajar di rumah, tentu saja bersama saya yang juga bekerja dari rumah atau work from home. Setiap hari guru mereka menitipkan tugas-tugas melalui grup di aplikasi percakapan WhatsApp, sesuai dengan jadwal pelajaran. Biasanya tugas tersebut berupa bahan bacaan yang diikuti latihan.

Bagi saya, hal ini memperlihatkan betul bagaimana profesi guru membutuhkan sebuah keahlian khusus yang tidak sembarangan orang mampu menguasainya. Contohnya, ketika anak saya mendapat tugas mempelajari luas bangun datar. Tidak mudah mengajari konsepnya.

Ya, menguasai materi bukan berarti mampu mengajarkannya kepada orang lain. Setiap orang memiliki alam pikirnya sendiri. Cara menyerap sebuah informasi, apalagi pengetahuan baru, pastilah berbeda. Para ahli bahkan membedakannya menjadi beberapa tipe, antara lain audio, visual, dan kinestetik. Ketika seseorang tidak bisa memahami sebuah materi dengan cara membaca, bisa jadi dia lebih paham jika menyanyikannya atau malah mendiskusikannya.

Mengajar satu anak saja terkadang sudah cukup untuk merenggut kesabaran saya. Lantas saya membayangkan para guru yang harus menghadapi puluhan anak dengan beban kurikulum di pundak mereka. Dalam waktu yang sangat terbatas pula. Sudah barang tentu, itu bukan perkara mudah.

Kebetulan belum lama ini saya menyunting naskah Guru Aini, yang ditulis oleh Andrea Hirata. Guru Aini berkisah tentang Bu Desi, yang sangat mencintai matematika dan memiliki obsesi menemukan murid genius di daerah terpencil, jauh dari sentuhan teknologi dan kilau kota besar. Dia bahkan rela menempuh perjalanan berhari-hari demi mengejar idealismenya menjadi guru Matematika di daerah pelosok.

Pertemuannya dengan Aini, siswanya di SMA yang nilai matematikanya bak bilangan biner komputer, 1 0 1 0, membuatnya merasa tertantang. Dia pernah menemukan seorang murid genius, tetapi anak itu justru menyia-nyiakan kecerdasannya sehingga Bu Desi pun patah hati.

Dengan Aini, Bu Desi yang telah patah hati semakin tertekan. Nilai Aini yang selalu menempati peringkat bawah sepertinya tidak menyisakan harapan sedikit pun. Namun, Aini memiliki semangat yang berbeda. Dia tidak kenal menyerah. Impiannya hanya 1, menguasai matematika agar dia bisa masuk sekolah kedokteran. Maka dimulailah cerita dua orang keras kepala ini.

Kisah Guru Aini sangat jamak terjadi di sekitar kita. Anak-anak seperti Aini yang memiliki kemauan tinggi untuk belajar. Orang-orang seperti Bu Desi yang selalu punya banyak cara untuk membuka cahaya ilmu pengetahuan. Hanya saja, tidak selalu orang-orang macam itu saling bertemu. Yang lebih sering terjadi adalah pembelajar dengan rasa ingin tahu tinggi bertemu pengajar yang kurang bersemangat. Atau, pengajar yang penuh dedikasi dan pengabdian, bertemu dengan siswa yang malas-malasan. Situasi-situasi itu kerap berakhir mematahkan semangat, seperti yang pernah dialami Bu Desi.

Meskipun demikian, ada di posisi mana pun, kita tidak seharusnya patah semangat. Seperti halnya Aini yang belajar keras mengejar impiannya, tak peduli dengan kondisinya saat itu. Atau, Bu Desi, yang setengah mati belajar menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan matematika kepada Aini. Seharusnya kita bisa meniru semangat belajar itu. Semangat belajar yang diterjemahkan menjadi persistensi dan berbuah kreativitas dalam mencari jalan mencapai tujuan.

Bagaimanapun, selamanya manusia akan menjadi makhluk belajar untuk bisa bertahan hidup. Situasi-situasi tidak mengenakkan kerap singgah dalam hidup. Misalnya, bertahan untuk tetap di rumah saja dalam situasi wabah pandemi COVID-19 jelas tidak mudah. Godaan untuk tamasya ke luar rumah, wisata kuliner, bolak-balik ke warung di pertigaan jalan untuk beli kebutuhan dapur, atau sekadar ngobrol dengan teman di kafe pun terpaksa dikurangi atau bahkan ditunda. Namun, mau tidak mau kita harus belajar beradaptasi dengan situasi ini. Seperti halnya Bu Desi dan Aini yang terus belajar beradaptasi dengan situasi tidak bersahabat untuk mempertahankan tujuannya, semangat ini pula yang harus kita tumbuhkan dalam diri, terutama dalam era wabah ini, bentuk sederhananya adalah semangat mempelajari cara yang menyenangkan untuk mengajar anak-anak selama masa belajar di rumah.

Bacalah Guru Aini, Anda akan menemukan pijar semangat yang mencerahkan tentang pelajar sejati. Siapa yang ingin belajar tak bisa diusir.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta