Kata Mbah Nun tentang Bangsa Indonesia

Kata Mbah Nun tentang Bangsa Indonesia

Apakah kamu termasuk salah satu orang yang kerap memikirkan kondisi negeri? Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar, terwujudnya persatuan dan kesatuan adalah hal yang kita impikan bersama. Namun, tentu saja itu tidak mudah dicapai.

Baca juga: Menuturkan Indonesia dari Fenomena Emha

Kerja sama yang baik antara pemerintah dan rakyat merupakan satu dari sekian syarat agar Indonesia bisa menjadi negara demokratis yang utuh. Emha Ainun Nadjib, dalam karya terbarunya Mbah Nun Bertutur, mengemukakan opininya terhadap kondisi Indonesia dengan gamblang.

Indonesia Gagal Mengelola Perbedaan

Mbah Nun dengan berani menyatakan bahwa Indonesia di era modern adalah negara yang gagal mengelola perbedaan, kecuali mengatasinya dengan otoritarianisme radikal, pembubaran, pembunuhan, atau de-eksistensi konstitusional. Menurut sang penulis, bahasa yang digunakan akhir-akhir ini untuk mengalamatkan hal itu sangatlah radikal. Makar, sempalan, ekstremis, teroris, dan anti adalah beberapa di antaranya.

Tak hanya itu, Indonesia kini diperkokoh oleh aktivis-aktivis Islam yang berpikir datar dan linier, sama radikal dan otoriternya. Hampir semua yang tidak sejalan dengan mazhab yang dipercaya oleh golongan mereka dituding haram, bidah, syirik, tagut, atau kafir. Perbedaan dan diversitas dipandang sebelah mata. Oleh beberapa pihak, justru dianggap sebagai pedang pemecah belah. Toleransi? Sepertinya bangsa kita memerlukan pemaknaan baru untuk itu.

Semboyan Indonesia: Bhinneka Gagal Ika?

Mbah Nun melihat bahwa mayoritas rakyat Indonesia tidak mengerti nasib mereka, tidak memahami apa yang sedang menimpa mereka, apalagi yang akan menimpa mereka pada masa depan. Rakyat sama sekali tidak mendapat peluang pendidikan politik dan kenegaraan pada pratik nyatanya. Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan umumnya hanya berfokus pada menghafal Undang-Undang Dasar (UUD), Pancasila, dan sederet pasal. Namun, pemaknaannya nihil.

Mengutip dalam Mbah Nun Bertutur, bangsa Indonesia melahirkan buzzer-buzzer perusak kehidupan, pengkhianat sejarah, dan pembunuh nilai-nilai dasar kemanusiaan. Bagi Emha, Indonesia adalah bangsa yang pemerintahnya selalu sombong dan omong besar tentang persatuan serta kesatuan, padahal tidak punya ilmu dan wibawa untuk mempersatukan. Selalu omong kosong tentang Bhinneka Tunggal Ika, padahal praktiknya selalu Bhinneka Gagal Ika.

 

Mbah Nun Bertutur memang berisi banyak tentang cerita kehidupan Emha muda, tetapi kritik dan opini terhadap situasi negara yang tak pernah luput dituangkannya dalam setiap karyanya menjadikan buku ini bacaan yang reflektif dan kontemplatif. Meskipun periode prapesan telah berakhir, Mbah Nun Bertutur masih dapat ditemukan dalam katalog Bentang Pustaka di sini.

 

Nur Aisyiah Az-Zahra

1 reply

Trackbacks & Pingbacks

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta