Bahasa dan Remah-Remahnya yang (Hampir) Terlupakan

Bahasa adalah bentuk dari budaya. Keunikan ini adalah salah satu hal yang disoroti oleh penggiat Bahasa. Pro dan kontra timbul dari perkembangan Bahasa. Namun, haruskah disalahkan? Atau cukup memandang fenomena ini sebagai hal yang wajar? Kabar menggembirakan tentang fenomena Bahasa menjadi pembuka pada awal tahun ini. <blockquote>
<p><em>"Kezel bat uwe!" ujar Lela.</em> "<em>Nape sih lau? Rempong amat," sahut Wita.</em> </p>

<p>"<em>Jadi, uwe makan di kantin, ngantrinya seabad ghelak!"</em> </p>

<p>"<em>Yaelah, lu juga sih, uwe ajakin bawa bekel ogah"</em> </p>
</blockquote>

<p> Terasa tidak asing dengan percakapan di atas? Sebuah cuplikan percakapan anak <em>kekinian </em>yang kerap kita dengar sehari-hari. Kita anggap percakapan ini adalah hal yang wajar. Namun, adakah yang menyadari bahwa percakapan ini merupakan hasil unik dari budayapada dasarnya Bahasa adalah bentuk dari budaya. Keunikan ini adalah salah satu hal yang disoroti oleh penggiat Bahasa. Pro dan kontra timbul dari perkembangan Bahasa. Namun, haruskah disalahkan? Atau cukup memandang fenomena ini sebagai hal yang wajar? Kabar menggembirakan tentang fenomena Bahasa menjadi pembuka pada awal tahun ini.</p>

<p>Pada Januari 2018 lalu, telah rilis buku berjudul <a href="https://mizanstore.com/remah-remah_bahasa_perbincangan_dari_59833"><em>Remah-</em><em>R</em><em>emah Bahasa</em></a> karya Eko Endarmoko, seorang jurnalis, editor, dan penulis Indonesia dengan karya unggulannya, yakni <em>Tesaurus Bahasa Indonesia</em> (2006). Buku <em>Remah-</em><em>R</em><em>emah Bahasa</em> merupakan kumpulan esai mengenai bahasa Indonesia beserta penggunaannya dewasa ini. Beberapa di antaranya pernah dimuat dalam koran <em>K</em><em>OMPAS</em> dan <em>TEMPO</em>. Pembuatan buku ini didasari oleh kekhawatiran karena adanya penggunaan Bahasa Indonesia yang terkesan gado-gado<em>, </em>campur aduk, dan tidak terkontrol sehingga menjadi semakin jauh dari kaidah Bahasa yang sesungguhnya. Banyak kata-kata baru terbentuk melalui berbagai cara. Semakin lama, kata asing menjadi semakin familier di telinga kita sehingga kata-kata yang sudah terlebih dahulu ada tergeser posisinya menjadi sekadar pelengkap kamus. </p>

<p><em>Remah-Remah Bahasa</em> ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan tren masa kini. Dengan menyasar target pembaca dari kalangan umum, mulai dari pelajar hingga praktisi, buku ini menjadi buku yang dapat dibaca oleh siapa saja. Dalam buku ini, kita juga akan diberi banyak pengetahuan tentang bahasa Indonesia mulai dari siapa Bapak Kamus Indonesia, lalu penjelasan tentang tata cara penggunaan tesaurus bahasa Indonesia, hingga cara menuliskan kata yang benar. Sebuah buku penuh ilmu yang dapat menjadi pilihan untuk referensi, maupun sekadar mengisi waktu luang.  </p>

<p> </p>

<p> </p>

<p> </p>

<p>Nandani Putri Tavita</p>Publisis Bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta