Kartinian, Ini Kata Kartini Bentang

Women Tree

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Siapa yang tak ingat lagu berjudul Ibu Kita Kartini ini? Dan, siapa pula yang tak mengenal sosok emansipasi perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini? Setelah berpuluh tahun perjuangan Kartini, perempuan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tegak berdiri menghadang dunia, melangkah sejajar dengan kaum pria.

Emansipasi bukan tentang kemolekan perempuan yang pandai berdandan, bukan tentang lekuk tubuh yang sedap dipandang, bukan juga tentang keindahan yang hanya mampu menjadi pajangan, tapi adalah kekuatan. Bahwa sejatinya, wanita dan pria punya kekuatan yang sama, dan hak-hak keduanya pun tak ada beda. Inilah keselarasan yang berhasil diwujudkan Raden Ajeng Kartini kita.

“Saya memaknai emansipasi sebagai kesetaraan dan pengakuan. Bahwa dengan adanya emansipasi perempuan, maka perempuan diberi hak yang sama, diberi kesempatan berbicara, dan diakui keberadaanya,” kata Dhewi Berta, editor Bentang Pustaka. “Bagi saya, tidak ada emansipasi berarti tidak ada profesi ini (editor –red). Saya tidak bisa ke luar kota, ke luar negeri, dan tidak bisa banyak belajar,” tambahnya.

Jika dahulu perempuan hanya menjadi kanca wingking kaum  pria, dan hak serta kekuatannya dianggap tidak setara dengan mereka, kini, perempuan telah mampu menunjukkan kekuatannya. Semakin banyak perempuan cerdas, semakin marak perempuan tangguh multitalenta.

“Sebagai editor, saya banyak memberi saran, anjuran, inside, serta revisi untuk proses penyempurnaan naskah dari penulis. Dan di sini, suara saya sebagai editor perempuan, yang menangani naskah penulis baik perempuan maupun laki-laki, memang diakui dan didengarkan. Tapi yang tidak kalah penting, sebagai perempuan, bagaimana agar suara editor bisa sampai dengan baik dan lembut ke si pemilik naskah,” tutur Ulil Maulida, editor komik Bentang.

“Tapi, pun emansipasi jangan kebablasan. Emansipasi bukan tentang siapa mendominasi siapa, tetapi setara,” kata Dhewi lagi.

Hakikatnya, emansipasi juga tidak selalu status pekerjaan. Bukankah mereka, para perempuan yang dengan sepenuh hati mendedikasikan waktu, tenaga, dan kekuatannya untuk merawat dan membesarkan buah hatinya juga Kartini Indonesia? Selamat Hari Kartini! Women Tree

Wahai ibu kita Kartini

Putri yang mulia

Sungguh besar cita-citanya

Bagi Indonesia

Siapa yang tak ingat lagu berjudul Ibu Kita Kartini ini? Dan, siapa pula yang tak mengenal sosok emansipasi perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini? Setelah berpuluh tahun perjuangan Kartini, perempuan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tegak berdiri menghadang dunia, melangkah sejajar dengan kaum pria.

Emansipasi bukan tentang kemolekan perempuan yang pandai berdandan, bukan tentang lekuk tubuh yang sedap dipandang, bukan juga tentang keindahan yang hanya mampu menjadi pajangan, tapi adalah kekuatan. Bahwa sejatinya, wanita dan pria punya kekuatan yang sama, dan hak-hak keduanya pun tak ada beda. Inilah keselarasan yang berhasil diwujudkan Raden Ajeng Kartini kita.

“Saya memaknai emansipasi sebagai kesetaraan dan pengakuan. Bahwa dengan adanya emansipasi perempuan, maka perempuan diberi hak yang sama, diberi kesempatan berbicara, dan diakui keberadaanya,” kata Dhewi Berta, editor Bentang Pustaka. “Bagi saya, tidak ada emansipasi berarti tidak ada profesi ini (editor –red). Saya tidak bisa ke luar kota, ke luar negeri, dan tidak bisa banyak belajar,” tambahnya.

Jika dahulu perempuan hanya menjadi kanca wingking kaum  pria, dan hak serta kekuatannya dianggap tidak setara dengan mereka, kini, perempuan telah mampu menunjukkan kekuatannya. Semakin banyak perempuan cerdas, semakin marak perempuan tangguh multitalenta.

“Sebagai editor, saya banyak memberi saran, anjuran, inside, serta revisi untuk proses penyempurnaan naskah dari penulis. Dan di sini, suara saya sebagai editor perempuan, yang menangani naskah penulis baik perempuan maupun laki-laki, memang diakui dan didengarkan. Tapi yang tidak kalah penting, sebagai perempuan, bagaimana agar suara editor bisa sampai dengan baik dan lembut ke si pemilik naskah,” tutur Ulil Maulida, editor komik Bentang.

“Tapi, pun emansipasi jangan kebablasan. Emansipasi bukan tentang siapa mendominasi siapa, tetapi setara,” kata Dhewi lagi.

Hakikatnya, emansipasi juga tidak selalu status pekerjaan. Bukankah mereka, para perempuan yang dengan sepenuh hati mendedikasikan waktu, tenaga, dan kekuatannya untuk merawat dan membesarkan buah hatinya juga Kartini Indonesia? Selamat Hari Kartini!bentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta