PHP? Coba Pikirkan Lagi

PHPPHP, istilah yang tidak asing lagi di telinga anak muda. Terlebih bagi anak muda yang aktif di media sosial, wih, kata PHP ini terserak dimana-mana. Apa sih, PHP itu?

PHP adalah singkatan dari Pemberi Harapan Palsu. Zaman sekarang, apa-apa mudah sekali dikatakan PHP. Gebetan yang tidak kunjung nembak, PHP. Dosen yang tidak kunjung meng-acc skripsi, PHP. Penerbit yang tidak kunjung menerbitkan buku yang kita tunggu padahal sudah gencar promosi? PHP. eh!

Sore, 4 Maret 2015 lalu, Bentang Pustaka mengadakan #TwiTalkPenulis dengan mbak Ardelia Karisa. Ia adalah salah satu pengarang dalam novela PHP yang diterbitkan Bentang Pustaka pada Februari lalu. dalam #TwiTalkPenulis ini, mbak Ardelia bicara mengenai PHP. apa itu PHP dan mengapa terjadi PHP. Mbak Ardelia berpesan kepada para pembaca, bahwa PHP seringkali terjadi karena korbannya yg ke-GR-an. Maka pelaku yang melihat kesempatan ini akan langsung memanfaatkan situasi dan terjadilah fenomena PHP.

Memang benar kiranya bahwa PHP terjadi bukan hanya karena niat buruk pelaku namun karena ada kesempatan. Dan seringkali pula, pelaku sebenarnya tidak bermaksud untuk mem-PHP korbannya. Mereka hanya ingin berteman dan berlaku baik. Eh, malah disalah-artikan oleh korbannya sebagai perhatian lebih. Dan ketika gayung tak kunjung bersambut, jadilah si pelaku dikatai PHP. nah kalau begini, siapa korban sebenarnya? Dua-duanya rugi, bukan?

Yang menjadi persoalan sekarang adalah mudahnya seseorang mengecap orang lain sebagai pelaku PHP. dan betapa predikat PHP ini dianggap buruk. padahal, tidak semua ‘pelaku’ PHP memang berniat buruk mengobrak-abrik hati dan pikiran seseorang, ‘kan?  Kalau kita dikit-dikit mengecap orang lain PHP hanya karena mereka memberi sejumput perhatian, mungkin kita butuh introspeksi diri dahulu. Memikirkan ulang, benarkah kita di-PHP, atau kita hanya mencari pembelaan diri atas GR-nya kita? Jangan-jangan, yang menyakiti kita sebenarnya bukan orang lain namun justru angan dan harap yang kita bangun sendiri dan kita paksakan untuk terwujud di kehidupan nyata?

Sebenarnya, ada kondisi klinis yang disebut dengan erotomania. Para penderita erotomania mengalami delusi dan percaya bahwa seseorang sedang jatuh cinta padanya. Meski kenyataannya mungkin orang yang dikira jatuh cinta kepada si penderita ini bahkan tidak mengenalnya atau hanya berteman biasa dengan si penderita. Terdengar familiar, hei para korban PHP?

Ah tentu saja perkara korban PHP dan penderita erotomania ini merupakan kasus yang jauh berbeda tingkatannya. Namun perlu diwaspadai. Jangan-jangan, kita memang mengidap erotomania tingkat halus. Hiy!

Talitha Fredlina Azalia | @tithawesome PHPPHP, istilah yang tidak asing lagi di telinga anak muda. Terlebih bagi anak muda yang aktif di media sosial, wih, kata PHP ini terserak dimana-mana. Apa sih, PHP itu?

PHP adalah singkatan dari Pemberi Harapan Palsu. Zaman sekarang, apa-apa mudah sekali dikatakan PHP. Gebetan yang tidak kunjung nembak, PHP. Dosen yang tidak kunjung meng-acc skripsi, PHP. Penerbit yang tidak kunjung menerbitkan buku yang kita tunggu padahal sudah gencar promosi? PHP. eh!

Sore, 4 Maret 2015 lalu, Bentang Pustaka mengadakan #TwiTalkPenulis dengan mbak Ardelia Karisa. Ia adalah salah satu pengarang dalam novela PHP yang diterbitkan Bentang Pustaka pada Februari lalu. dalam #TwiTalkPenulis ini, mbak Ardelia bicara mengenai PHP. apa itu PHP dan mengapa terjadi PHP. Mbak Ardelia berpesan kepada para pembaca, bahwa PHP seringkali terjadi karena korbannya yg ke-GR-an. Maka pelaku yang melihat kesempatan ini akan langsung memanfaatkan situasi dan terjadilah fenomena PHP.

Memang benar kiranya bahwa PHP terjadi bukan hanya karena niat buruk pelaku namun karena ada kesempatan. Dan seringkali pula, pelaku sebenarnya tidak bermaksud untuk mem-PHP korbannya. Mereka hanya ingin berteman dan berlaku baik. Eh, malah disalah-artikan oleh korbannya sebagai perhatian lebih. Dan ketika gayung tak kunjung bersambut, jadilah si pelaku dikatai PHP. nah kalau begini, siapa korban sebenarnya? Dua-duanya rugi, bukan?

Yang menjadi persoalan sekarang adalah mudahnya seseorang mengecap orang lain sebagai pelaku PHP. dan betapa predikat PHP ini dianggap buruk. padahal, tidak semua ‘pelaku’ PHP memang berniat buruk mengobrak-abrik hati dan pikiran seseorang, ‘kan?  Kalau kita dikit-dikit mengecap orang lain PHP hanya karena mereka memberi sejumput perhatian, mungkin kita butuh introspeksi diri dahulu. Memikirkan ulang, benarkah kita di-PHP, atau kita hanya mencari pembelaan diri atas GR-nya kita? Jangan-jangan, yang menyakiti kita sebenarnya bukan orang lain namun justru angan dan harap yang kita bangun sendiri dan kita paksakan untuk terwujud di kehidupan nyata?

Sebenarnya, ada kondisi klinis yang disebut dengan erotomania. Para penderita erotomania mengalami delusi dan percaya bahwa seseorang sedang jatuh cinta padanya. Meski kenyataannya mungkin orang yang dikira jatuh cinta kepada si penderita ini bahkan tidak mengenalnya atau hanya berteman biasa dengan si penderita. Terdengar familiar, hei para korban PHP?

Ah tentu saja perkara korban PHP dan penderita erotomania ini merupakan kasus yang jauh berbeda tingkatannya. Namun perlu diwaspadai. Jangan-jangan, kita memang mengidap erotomania tingkat halus. Hiy!

Talitha Fredlina Azalia | @tithawesomeBentang

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© Copyright - PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta